08🌜Kamu Bilang, Cita-citamu Nikahin Aku

51 18 6
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Bulanku, Cantikku.

Aku pernah mimpi, di sana aku lagi gendong bocil sambil dikejar sama kamu yang marah-marah.

Cantik, apa itu gambaran masa depan aku, kamu dan anak kita, ya?



•••



Bulan tersenyum saat melihat keberadaan Juni di depan pagar panti asuhan berdiri menyandar sambil memainkan hapenya, cowok itu memang bilang akan menjemputnya setelah selesai acara.

Bulan itu anak PMR, dia salah satu anggota di organisasinya dan berperan penting dalam acara donasi ke panti hari ini. Makanya kenapa sekarang dirinya ada di panti asuhan dan Juni di sana menjemputnya.

Bahu Juni ditepuk Bulan, si cowok menoleh lalu tersenyum lebar sambil mengantongi hapenya.

"Halo, cantik?"

"Halo, ganteng!"

Juni tertawa kecil sambil mencubit gemas pipi Bulan, "Antusias banget kayaknya?" katanya bertanya yang langsung dijawab anggukan Bulan.

"Acaranya seru banget, aku belajar banyak hal sama anak-anak disini. Kamu mau dengar semua ceritaku?" kata Bulan tersenyum lebar, dengan senang hati Juni mengangguk.

"Boleh, sambil makan tapi, ya? Pasti kamu capek banget sampe laper." kata Juni, Bulan hanya mengangguk menanggapinya.

Keduanya lalu pergi menuju motor Juni yang terparkir di depan warung, keduanya naik ke motor dan segera pergi menyusuri jalan raya sambil mencari tempat makan.

Sampai Juni menemukan tenda yang menjual pecel, cowok itu memarkirkan motornya di sana mengajak Bulan untuk makan di sana saja. Untungnya Bulan tipe cewek yang tidak susah diajak makan di pinggir jalan, mungkin semua perempuan juga banyak yang seperti Bulan, cuman yang bikin rese sih kebanyakan dari mereka suka tiba-tiba bilang 'aku lagi nggak mau makan ini' saat sampai di tempat, lalu ketika ditanya mau makan apa malah jawab 'terserah'.

Sumpah, yang kayak gitu tuh rese banget. Untung Bulan nggak kayak gitu---kecuali kalau anaknya lagi serba pundung.

Juni langsung memesan dua porsi ke si Abang penjual, lalu setelah itu duduk di kursi panjang yang lebih dekat dengan jalan agar bisa kena angin dari luar tenda.

Baru duduk, Bulan langsung berseru bertanya, "Cita-cita kamu apa?"

Ditanya begitu, Juni mengerutkan keningnya sambil menatap ke atas, bibirnya manyun dan jari telunjuknya mengusap dagu perlahan. Agak bikin kesal sih gaya mikirnya, tapi Bulan lagi malas mengkritik.

Kirain mikir lama tuh bakal dijawab dengan benar, tapi Juni malah balik bertanya.

"Kalau kamu, cita-citanya apa?"

Bulan JuniWhere stories live. Discover now