Ntahlah, sampai kapan ia akan menyebut suami nya dengan sebutan Dokter Hanan. Annisa masih memikirkan nya, lidah nya terasa kaku jika harus memanggil Hanan dengan sebutan mas.

"Annisa antar aku ke perpus yuk."

"Yuk." Annisa menerima ajakan Balqis.

"Eh, tapi tangan kamu udah gapapa?"

"Masih sedikit perih, tapi gapapa."

Balqis hanya mengangguk.

Kedua gadis ini berjalan menuju perpustakaan yang berada di lantai dua.

Balqis sedang sibuk mencari buku yang ia cari. Sedangkan Annisa masih dengan santai memilah buku mana yang ingin ia baca.

Bola matanya menangkap sebuah buku dengan cover berwarna biru langit.
Tertulis disana dengan judul "Istri Sholihah."

Annisa meraih nya, membuka lembaran buku itu. Satu halaman yang membuat Annisa berhenti dan membacanya dengan seksama.

 Satu halaman yang membuat Annisa berhenti dan membacanya dengan seksama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti ada yang menyentil hati nya. Annisa tersenyum getir melihat setiap kata yang tertulis disana.

Apakah dirinya mampu untuk melakukan semua itu?!

Bahkan saat malam pertama pernikahan mereka pun Annisa lari dari Hanan. Meninggalkan lelaki itu di kamar nya sendirian.

Ntah lah..ini baru awal pernikahan. Mungkin suatu saat nanti ia akan mencoba dengan perlahan untuk memperlakukan Hanan menjadi suaminya.

Semoga saja.

***

Hanan sudah sampai di tempat yang sudah di janjikan dengan Annisa. Jam sudah menunjukan pukul dua siang.

Beberapa menit kemudian, Hanan melihat Annisa berjalan menghampiri nya.

Tapi tunggu.. kenapa Annisa tetap berdiri di hadapan nya dengan menyodorkan tangan kanan?

Hanan mendongak, alis nya terangkat sebelah.

Annisa memutar bola matanya malas. Lelaki di hadapan nya ini sangat tak paham.

"Salaman." Ucap Annisa menjawab pertanyaan fikiran Hanan.

Hanan masih diam, memandang Annisa dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.

Lama banget sii..salaman doang juga!

"Tangan kamu kenapa?" Tanya Hanan tanpa diduga ketika melihat lengan kiri Annisa yang sedikit melepuh.

Annisa mengangkat lengan kirinya yang terluka dan kelihatan merah. Ia mengangkat bahu nya tak peduli.

Annisa berdecak pelan. Kesal karna lengan kanan nya yang masih di angguri oleh Hanan. Dengan inisiatif sendiri, ia meraih tangan Hanan yang kokoh dan di cium nya lengan suami nya itu.

Sekali Seumur HidupWhere stories live. Discover now