○ Hilangnya kontrol

Mulai dari awal
                                    

Mencekik Joshua yang tak melawan dan terus meminta jawaban dari pertanyaan itu. Keributan itu terdengar di telinga ayah yang membuatnya sigap berlari ke arah kamar Valentino.

Situasinya begitu terlihat buruk, ruangan yang berantakan dengan pecahan kaca yang telah lama pecah. Ayah yang melihat posisi Joshua yang tersudutkan sontak membuatnya menerobos masuk tanpa memperdulikan sekelilingnya.

"ALEN!" Teriakan ayah semakin membuat hati Valentino kacau.

"Ay-yah"

"Jhangan bentak alen—" kesadaran Joshua perlahan hilang setelah ia memaksakan untuk memperingati ayah yang berlari ke arahnya.

Lutut Joshua yang  melemah membuatnya jatuh dari cengkraman Valentino. Joshua hanya tergeletak lemah di depan Valentino tanpa gerakan sedikit pun. Ayah yang mendorong pundak Valentino dengan keras membuatnya jatuh diantara kaca-kaca di lantai.

Pandangan Valentino begitu kosong saat melihat ke arah Joshua.

"Bunuh..."

"Joshua!" Teriak bunda yang ikut masuk ke dalam ruangan.

Ayah segera mengangkat Joshua keluar dari kamar Valentino dan sibuk menghubungi dokter, sedangkan bunda mulai berdiri di depan Valentino dengan tatapan yang begitu buruk padanya.

"Alen, bunda butuh penjelasan kamu" ucap bunda tegas dihadapan Valentino yang masih belum beranjak dari tempatnya terjatuh.

"A-aku engak sengaja—"

Plak!

Tamparan itu mulai menyadarkan Valentino. Rasanya begitu sakit saat menerima tamparan itu, namun entah mengapa Valentino tak merasakan rasa sakit itu di pipimya, melainkan di dalam hatinya yang perlahan semakin rusak.

"Bunda, alen kenapa? Itu bukan alen!" Ucapnya mencoba menyadari keadaannya.

Bunda yang tak menerima alasan akhirnya berjalan keluar dari kamar Valentino.

"Bunda! Bunda! Ini bukan salah alen! Alen beneran enggak sengaja, alen gak bermaksud mau nyelakain abang!" Valentino mencoba meraih tangan bunda yang perlahan pergi, namun bunda tak lagi menjawab panggilan Valentino hingga pintu mulai kembali tertutup dan tinggallah ia sendiri di dalam sebuah kamar.

"Kalian benar-benar pergi?" Bisik Valentino kembali menumpahkan air matanya saat melihat pintu yang telah lama ditutup itu.

"AAAAAGGGHHHHH" Teriakkan itu begitu kuat dari hati terdalam Valentino. Ia hanya menutup mata dan telinganya lalu terus berteriak, hingga gema itu berhasil merenggut kembali kesadaran Joshua.

"Alen!" Joshua yang bangun dengan tersentak. Joshua yang berada di dalam kamar segera berlari keluar dan membuka paksa pintu itu.

Ayah dan bunda begitu takut saat melihat dan mendengar teriakan itu.

"Ayyah, budha, kenapa pintunya dhikunci?" Tanya Joshua yang panik dan mendobrak kuat pintu itu.

"Joshua! Biarin aja alen di dalem, biar dia tau rasanya dihukum. Dia cuman cari sensasi makanya teriak-teriak kayak gitu" ujar ayah menarik Joshua untuk menjauh dari pintu itu.

Kerutan pada dahi Joshua terlihat begitu jelas di mata ayah.

"Ayyah pikir ini pherbuatan yhang benar? Ini bhisa menjadi khekerasan dalam kheluarga yah" jelas Joshua yang melepaskan tangan ayah yang menariknya.

"Joshua, ayah tau kamu sayang sama alen, tapi dia bukan alen yang kamu kenal lagi. Dia udah gila!"

"AYYAH! ALEN BHUKAN ORANG GILA" pekik Joshua di depan kedua orang tuanya.

"Joshua, kamu enggak ingat apa yang dilakuin alen terhadap kamu? Liat leher kamu yang punya bekas cekikan itu! Dia mau bunuh kakaknya sendiri. Kalo tadi enggak ada ayah, gimana nasib kamu?" Jelas bunda.

Joshua diam dengan mengatur nafasnya yang tak stabil setelah membentak ayah. Tangannya yang gemetar kembali mengingatkannya pada pertanyaan Valentino.

"Ayyah, bundha, apa khalian menganggap akhu sama alen bherbeda?"

"Ya kalian berbeda" jawab tegas ayah.

"Apa hanya akhu anak khalian? Lalu shiapa alen bagi khalian?"

Setelah Joshua bertanya, ayah dan bunda terdiam. Mulut yang sedari tadi terus menjawab itu kini tertutup.

"Khenapa kalian diam? Apa Joshua pherlu ngulangin pertanyaannya?"

"Joshua"

"Bundha, Joshua chuman butuh jhawaban bukan panggilan nhama"

"Ayyah" Joshua mulai menadahkan tangan kanannya, berharap ayah luluh dan memberikan kunci itu.

Tangan ayah yang gemetar begitu tidak yakin dengan pilihannya.

"Tholong alen ayyah" ucap Joshua dengan mata berkaca-kaca.

"Tholong alen ayyah" ucap Joshua dengan mata berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•—Abang—•
Tbc •>

Minggu, 17.04.22

Abang - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang