○ Akankah lebih baik?

480 58 76
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Apapun yang ku lakukan adalah kesalahan" itulah pendapatku dan pendapat mereka yang membenciku. Itu juga caraku mendapat pengakuan mereka.

Satu hari dimana akhirnya aku mulai beranjak menuju remaja yang takut pada kedewasaan. Itu adalah masa SMA.

Dikenal dengan julukan tak berguna dan dianggap sebagai parasit di sekolah hanya karena mereka tak menerima sikapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikenal dengan julukan tak berguna dan dianggap sebagai parasit di sekolah hanya karena mereka tak menerima sikapku.

"Apa mereka tak memiliki cermin untuk melihat seberapa buruk hidup mereka? Dari pada harus melihat orang lain sebagai cerminan diri mereka agar terlihat lebih baik? Hm....benar-benar seorang pecundang besar"

"Len, lu udah liat mading hari ini?" Ujar Reno yang berlari ke arah Valentino yang berjalan santai masuk ke dalam kelasnya.

"Paling juga tentang gue"

"Lu kenapa sih suka cari gara-gara sama si Sasya? Kan udah gue bilang bolak balik, jangan diperduliin ucapannya" Valentino tak menjawab ucapannya dan masuk ke dalam kelas.

"Valen! Lu dengerin gue ngomong napa sih? Susah amat diajak ngomong" tak berhenti disitu, Reno terus mengomeli Valentino hingga mulutnya berbusa, namun tetap saja ia terus menutup telinga.

"Saatnya jam pertama dimulai"

"Len, lu nurut sekali aja sama gue, jangan nyari gara-gara sama golongan Sasya titik"

"Berisik lu anak bunda, udah sana balik ke kelas lu" ketus Valentino mengusir Reno dari hadapannya.

Reno pergi dengan wajah kesalnya dan guru mulai memasuki kelas. Pelajaran pertama dimulai, sebagian murid sibuk memperhatikan dan mencatat. Sedangkan sisanya, tidak jauh berbeda dengan sifat Valentino.

Hari terus berputar menjalang sore dan bel pulang sekolah akhirnya terdengar membuat semua anak sibuk membereskan meja mereka dan kembali ke rumah.

"Len, lu langsung pulang?" Panggil Reno yang melihat Valentino berjalan ke arah parkiran.

"Gue mau ke markas, males gue dirumah"

"Gue ikut"

Mereka berangkat dengan motor milik masing-masing dan melesat di jalan raya menuju markas terpencil mereka.

Mereka memang dijuluki sebagai anak berandal, namun kenyataannya mereka tak seburuk julukan itu. Tak melakukan kekerasan pada orang lain ataupun kejahatan yang lain, tapi mereka yang sebenarnya adalah sekelompok manusia yang tak memiliki tujuan hidup dan mencoba menjauhkan diri mereka dari beban hidup dengan bercerita satu sama lain, bermain game atau pergi ke pasar malam hanya ingin melihat tong setan.

Abang - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang