*Nicardipine adalah obat yang fungsinya untuk menurunkan tekanan darah.

Salah satu perawat yang bertugas untuk mengatur anestesi langsung melakukan apa yang Jisya titah. "Tekanannya turun, tapi belum stabil, Dok"

"Jis, kalo gini terus bisa-bisa paru-parunya ngga akan ada oksigen yang masuk" ujar dokter residen tahun kedua satunya lagi dengan bidang yang sama bernama, Lola Agaisha.

"Gue tau." tungkas Jisya. "Rasel dimana?"

"Disini."

Sontak Jisya, Lola serta yang lainnya menoleh ke belakang dan melihat dokter residen tahun kedua bidang kardiotoraks sedang memasang sarung tangan medis. Tak lama dokter itu pun melangkah menghampiri ranjang pasien, "Kondisi sekarang?"

"Dipta Pratama, usia 32 tahun, korban kecelakaan mobil yang ditabrak truk. Kemungkinan besarnya dada dia nabrak area stir mobil, soalnya dia sempet ngeluh sakit. Tekanan darah awalnya 79/58 tapi naik drastis jadi 143/92, kadar oksigen masih normal. Gue udah kasih Nicardipine tapi masih tekanannya masih diatas angka normal" jelas Jisya tanpa jeda.

"Kornea matanya masih ngerespon jadi gue pikir kemungkinan cedera otaknya kecil" lanjutnya.

"Tapi tetep aja buat jaga-jaga, daftarin dia buat CT scan" ucap Dokter Residen yang baru datang.

"Oke." jawab Jisya mengangguk paham.

*CT Scan atau pemindaian crania, adalah teknologi terkini sinar-X yang berfungsi untuk mengambil gambar santir dari kepala.

Dokter residen bidang jantung melihat secara seksama area tubuh pasien yang sudah terekspos karena perawat menggunting pakaiannya agar para dokter bisa memberikan penanganan dengan cepat.

Satu-satunya Dokter Residen tahun kedua bidang Kardiotoraks atau istilah umumnya adalah bedah jantung bernama, Raselia Emmera Abiyaksa.

Mata maniknya melihat memar yang cukup besar di bagian dadanya, otak pintarnya tidak perlu memakan waktu yang lama untuk memilih penanganan lebih lanjut. "Tolong ambilin USG"

*USG bukan cuma untuk cek kandungan ya.

"Oh iya, panggilin Dokter Kanara sekarang juga" ucap Rasel yang diangguki perawat yang lain.

Seolah profesional dan berpengalaman salah satu perawat ternyata sudah menyiapkan sebelum dokter memberikan perintah. Maka dari itu, alat yang Rasel pinta tidak membutuhkan waktu lama.

Rasel segera memeriksa dengan alat tersebut tepat di bagian dada yang memar, sedikit memakan waktu yang lama karena ia ingin memberi diagnosis secara pasti dan tidak ada kesalahan.

"God, ada gumpalan besar" gumamnya.

"La, lo liat ini?" Rasel menunjuk ke arah layar USG pada bagian yang paling hitam. Lola dan Jisya menyipitkan matanya sesuai arah tunjuk Rasel.

"Shit man. Itu besar banget, Sel" ujar Lola sedikit terkejut.

"Kadar oksigen menurun, Dok" celetuk perawat yang sedari tadi memperhatikan monitor pasien.

"Darah yang terkumpul di jantung terlalu banyak jadinya ngga ada oksigen yang masuk ke paru-paru." jelas Rasel yang berkewajiban memberi ilmu kepada para dokter magang.

"Intubasi, Jis" titah Rasel seraya menjauhkan diri dari ranjang pasien dan menyilahkan yang lain untuk melakukan proses yang untuk memberikan bantuan bernafas oleh alat khusus.

"Lo, anak magang!" Jisya menunjuk dokter magang yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. "Lakuin Intubasi sekarang"

Jisya merupakan tipikal senior yang galak namun tegas. Meskipun begitu niat Jisya itu baik, sebagai Residen ia harus memberi banyak bimbingan serta pelajaran kepada para pemagang. Kegalakannya ini lebih untuk melatih mental karena menjadi seorang dokter adalah hal yang sulit.

The Fate of Us | JaerosèDonde viven las historias. Descúbrelo ahora