02 | Secangkir Kopi

75 35 234
                                    

Happy Reading

Walau sudah ada orang baru, namun hatiku masih menginginkan Kak Mada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Walau sudah ada orang baru, namun hatiku masih menginginkan Kak Mada. Aku masih tidak habis fikir kenapa dia bisa se-dingin itu, bahkan terlihat asing bagiku. Apakah aku tidak penting lagi baginya?

Setiap aku rindu pada Kak Mada aku selalu melihat puisi nya, dengan sesekali men-stalk akun Facebook nya karena Instagram nya sudah ku blokir. Tidak ada alasan untuk memblokirnya aku hanya ingin saja.

Setiap hari aku mengirim pesan padanya lewat nomer yang entah masih aktif atau tidak, aku tidak peduli. Namun aku berharap suatu saat centang satu itu berubah menjadi centang biru lalu membalas semua pesanku sehangat dulu.

 Namun aku berharap suatu saat centang satu itu berubah menjadi centang biru lalu membalas semua pesanku sehangat dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setiap berangkat sekolah aku selalu melewati permukiman yang dulu biasanya Kak Mada sering main disitu. Dengan di temani lagu Sisa Rasa oleh Mahalini yang terdengar sangat jelas lewat earphone yang kupakai, aku berharap ada suara yang memanggil ku lagi, meminta maaf padaku lalu mengusap kepalaku.

Namun harap hanyalah harap semata, nyatanya Kak Mada sudah kembali pada jiwanya, Jakarta. Aku dengan segudang sesal dan lara hanya bisa merutuki diri yang belum bisa melupakan kenangan bersamanya.

Kenangan kita tidak begitu banyak, hanya jalan ini, sekolah dan juga secangkir kopi hitam yang pernah aku bawakan untuknya. Tentang secangkir Kopi, aku mau menceritakannya.

Waktu itu aku sedang dekat dengan temanya yang bernama Agung, sebut saja begitu. Aku sedang ke kantin, namun aku tidak tahu bahwa ada dia. Dia sedang membeli tiga cangkir kopi yang entah untuk siapa.

Dia kesusahan, lantas dia minta bantuan ku. "Ehhh ada Nacita, Na bantuin mau gak?" Tanyanya.

"Apa?" Kataku.

"Bawain Kopi ke kelas gw, gw susah bawa nya." Pintanya.

Aku melihat dia hanya sendirian ke kantin, aku mau membantu, namun aku takut teman-teman kelasnya mengira aku caper pada Kak Agung.

"Ehmm gaada yang lain ya kak?" Elakku.

"Gaada, kan cuman Lo disini." Katanya.

"Temen gw aja nih." Ucapku.

[✓] Mesin Waktu [Mark Lee]Where stories live. Discover now