BAB 02

200 39 1
                                    

Joan Company, Seoul.

"Tuan Jeon ingin bertemu dengan anda, sir." Lelaki itu menoleh kepada orang yang baru saja mengeluarkan suaranya itu. Melihat lelaki bertubuh tegap memasuki ruangan-nya saat ini, sembari membawa beberapa berkas yang ada ditangannya itu. Wonwoo mengernyit heran, ia tidak ingat bahwa memiliki janji temu dengan ayahnya siang ini. Apakah ia lupa?

"Apakah aku memiliki janji dengannya hari ini?"

"Tidak, sir."

"Lalu kenapa tiba-tiba dia ingin bertemu denganku?" Pertanyaan yang dijawab dengan keheningan itu menjelaskan semuanya. Sang asisten juga tidak tau maksud dan tujuan pertemuan mendadak dari ayahnya ini, yang bisa ia simpulkan bahwa ada hal penting yang ingin disampaikan ayahnya.

"Apakah aku ada janji siang ini? Kalau ada, batalkan saja!"

Permintaan sang boss tentu adalah ucapan mutlak yang harus ia patuhi. Ia hanya bisa mengangguk guna menyetujui permintaan boss-nya itu. Jadwal yang memang sudah padat membuat ia harus memutar otak untuk mengatur kembali jadwal-jadwal ini. Menyusun pertemuan penting berikutnya yang harus dihadiri Wonwoo. "Tetapi anda memiliki jadwal meeting pagi ini Tuan. Anda tau meeting ini sudah anda tunda kemarin dan anda harus menghadirinya kali ini."

Perkataan sang asisten pribadi yang mencakup menjadi sekretarisnya itu, membuat Wonwoo menatapnya singkat. Kemudian menatap layar komputernya yang menyala, jari-jarinya bergerak liar di atas keyboard komputer itu. Menatap lama sesuatu yang berada di layar tersebut yang membuatnya hampir kehilangan fokus apabila sekretarisnya tidak memanggil namanya.

"Hmm"

Lee Seokmin - sang asisten - mengangguk paham dan menulis sesuatu di ipad miliknya. Kemudian pamit untuk mengundurkan diri dari ruangan itu, tak lupa ia menyerahkan berkas-berkas yang ada ditangannya sejak tadi dan kemudian meninggalkan Wonwoo yang masih asyik melihat komputernya. Pandangan Wonwoo masih tidak beralih dari layar komputernya. Tampak ia seperti menggumamkan sesuatu, kemudian mematikan komputernya dan mulai memberikan perhatian kepada berkas-berkas yang diberikan kepadanya tadi. Membuka berkas-berkas itu, membacanya dengan seksama dan kemudian membolak-baliknya memastikan hal yang ia lihat itu benar. Wonwoo menggeram pelan ketika meneliti apa yang tertulis di dalam itu.

Mengambil ponselnya dan mulai melakukan panggilan, yang langsung diangkat oleh orang di seberang sana. "Ke ruangan ku sekarang juga!"

Tak lama bunyi ketukan pintu terdengar dan terbuka, seorang pria memasuki ruangan yang belum lama ia tinggalkan itu. Wonwoo menatapnya tajam meminta penjelasan. Seolah paham dengan arti tatapan itu, Lee Seokmin membuka mulutnya menjelaskan, "Seperti yang anda lihat ada beberapa hal yang janggal dengan laporan keuangan itu. Saya sudah memeriksanya terlebih dahulu dan benar saja ada beberapa oknum yang sepertinya sengaja ingin bermain dengan anda."

Wonwoo menghela napasnya kasar. Bajingan kecil mana yang ingin menantangnya. Apakah tidak cukup dengan perubahan besar yang ia lakukan dahulu untuk menakuti mereka semua? Sepertinya masih ada yang ingin melihatnya melakukan hal lebih. "Sejak kapan kau tau?"

"Saya sudah merasa janggal seminggu yang lalu, tetapi karena anda sangat sibuk saat ini saya melakukan pencarian terlebih dahulu. Dan ketika sudah yakin baru saya memberitahu kan kepada anda."

"Apakah ada yang sudah tau tentang ini?"

"Tidak. Seperti kemauan anda, saya pasti akan menyelesaikan hal seperti ini dengan tenang. Apakah anda ingin membawa masalah ini kepada polisi?"

"Ya. Sesuai kemauanku tadi, selesaikan dengan tenang. Aku tidak ingin hanya karena para tikus kecil ini para investor menodong pertanyaan yang tidak penting nanti. Dan-"

Tied The KnotWhere stories live. Discover now