1. Intan & Yuda

Zacznij od początku
                                    

"Ck! Lagi di bikinin! Sabar bisa ga?!" gemas Dini seraya sibuk mengolah baksonya dengan saos dan kecap tak lupa cuka dan cabai basah.

Intan mendengus, perhatiannya tertarik pada ponsel yang kini menyala.

Intan membuka pesan itu.

Yu 🐴🐎
Lebih baik kita pura - pura ga kenal ya, cewek aku banyak, kalau kamu ga mau ya ga papa, blokir aja aku dari hidup kamu.

***

Intan melirik Dini dengan agak jengah. "Masih aja bucin sama si Atha, ga bosen lo? Dunia terasa milik berdua mulu." cerocosnya jengkel.

Dini tertawa pelan. "Dih, lo kaya lesbi yang cemburu gitu." ledeknya.

"Najis!" Intan mengusap lengannya yang merinding itu. "gue masih suka pangeran berkaki panjang, sorry." lanjutnya.

"Belagu banget itu muka!" Dini mengusap wajah Intan sekilas.

Intan hanya mendelik lalu kembali sibuk dengan ponselnya, perasaan gelisah kembali menyapa.

Intan berselancar di akun Yuda, fotonya itu bagai model, banyak yang suka dan komentar.

"Perempuan." gumam Intan saat kebanyakan komennya berisi perempuan.

"Tan, lo tahu sama namanya, Yuda?" Dini menyenggol bahu Intan sekilas dengan sikutnya.

Intan berdecak. "Apa?" tanyanya sewot.

"Dih! Gini, dia lagi jadi topik panas tahu, dari semenjak selama mos dia di gosipin terus sama kakak kelas, lo tahu kak Irina Bella?" bisiknya dengan mengamati sekitar.

"Ga peduli!" balasnya semakin senewen.

Dini berdecak gemas. "Dengerin! Jangan sampe kita kayak orang bloon yang ga tahu apa - apa tentang kemajuan sekolah ini." cerocosnya serius.

"Lah, gosip murahan gitu apa hubungannya sama sekolah? Gila lo, Din." untung Dini sahabat dari kecil, dia bisa maklum dengan ke ngacoannya.

Dini kembali berdecak. "Gosip itu pemersatu, bikin yang ga kenal bisa kenal." jawabnya santai.

Intan meringis tanpa suara, iyain deh biar cepet.

"Dia jadian sama kak Irina, mereka berangkat bareng tadi pagi."

Intan terdiam, terus dirinya apa? Pacar bayangan? Intan semakin sakit dan tidak paham dengan situasi.

Yuda menembaknya, dia terima karena terlanjur suka lalu sekarang cowok itu jadian sama cewek lain, Intan harus bagaimana meresponnya? Cemburu?

***

Yu 🐴🐎
Kenapa, honey?

Me.
Soal kak Irina, itu beneran?

Yu 🐴🐎
Iya

Dini tersenyum kecut, dia pacaran dengan buaya tanpa ekor? Sudah tahu kenapa masih lanjut? Harusnya dari awal dia tidak menerimanya, tapi kenapa malah dia terima?

Lo bodoh Intan batinnya meraung.

Me.
Terus aku? Aku ga paham, padahal kita udah jadian, bulan ini kita ke 3 bulan.

Yu🐴🐎
Terima bagus, ga terima aku ga masalah. Aku ga bisa sama satu cewek, dari awal aku udah bilang.

Me.
Ketemu di tempat biasa. Aku mau ngomong, jam kayak biasa.

Intan melempar ponselnya ke atas kasur."Bodolah! Ngapain juga di pikirin!" tapi setelahnya Intan sibuk menangis.

***

"Kalau tahu kenapa masih mau?" Yuda mengusap pipi tembem Intan yang dia sukai itu.

Intan menjauh, menolak untuk terus di sentuh, matanya sudah memerah bahkan basah.

"Aku udah suka sama kamu, udah mau turutin semua kemauan kamu."

Yuda menggeleng. "Belum, kamu belum turutin semua kemauan aku, honey." di usapnya lagi pipi Intan.

"Belum? Bahkan aku rela di jadiin pacar rahasia, aku bahkan harus selalu tutup kuping soal kamu yang deket ini itu, sekarang kak Irina Bella, kamu jadiin dia—"

Intan tak sanggup kalau berbagi Yuda dengan perempuan lain. Terlalu sakit.

"Terus mau kamu apa?" Yuda memasang wajahnya datar, masih setia mengusap pipi Intan.

Intan menepisnya dengan kuat, dia tidak boleh lemah oleh cinta. "Kita putus! Aku capek sama buaya kayak kamu!" bentaknya dengan berderai air mata.

"Cium dulu."

Intan menatap Yuda dengan tidak percaya, kenapa bisa ada yang sebrengsek dia?

"Lo gila!" Intan menggeram marah lalu hendak keluar namun di tahan Yuda.

Yuda membanting pelan Intan ke kasurnya, mengukung dengan membungkam bibir Intan tanpa lumatan-lumatan.

"Cuma gitu kenapa ribet? Itu ciuman perpisahan." Yuda beranjak, berlalu ke dapur mengabaikan Intan yang terisak dan berlalu.

Yuda meliriknya, mengangkat bahunya acuh lalu merogoh ponselnya yang terus berdering itu.

"Hallo, Mam?" sapanya malas.

"Jangan lupa, pulang ya, dek."

"Iya, di usahain pulang."

Tanda Cinta Rahasia (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz