"Pasti," Balas Melvin dengan menggenggam tangan Diana.

"Kak, malam ini aku gak nginep aja deh," Ucap Diana, ia tidak ingin citra keluarga-nya dan Melvin jadi buruk akibat ia sering berada dirumah Melvin.

"No! Kamu harus bermalam," Balas Melvin tidak ingin terbantahkan.

"Baiklah,"

"Jangan tidur bareng!" Peringat Arkan.

"Pah!" Melvin tidak terima dengan keputusan Papah-nya.

"Apa?"

"Udah Kak, bener kata Papah kita tidak boleh satu kamar dulu karena belum Sah." Sahut Diana.

Melvin mendengus. "Hm."

__

Brak!

Srak!

"Anjing," Seorang pemuda dengan perawakan tampan melempar semua barang yang berada didekatnya dengan penuh emosi.

"Gak! Ana cuma milikku!" Gumam pria itu dengan menatap kearah depan.

"Aku yakin Ana masih mencintaiku!"

"Arghhh Anjing!"

Prang!

Pria itu kembali mengamuk dan melempari barang-barang yang tidak bersalah.

Pria itu emosi ketika mendengar gadis yang sangat dicintai-nya tengah dekat dengan lelaki lain.

Pria itu merogoh saku-nya untuk mengambil handphone.

"Atur keberangkatan saya besok ke Indonesia!"

"Maaf tuan bukannya anda ke Indonesia setelah wisuda?" Balas-nya.

"Lakukan apa yang saya suruh!" Ucap pria itu dengan nada dingin.

"B-baik tuan," Jawab pria yang berada di sebrang telepon dengan gugup.

Tut!

Pria itu langsung memutuskan sabungan-nya.

"Tunggu aku, sayang."

__

"Huh," Diana menghela napasnya lelah, ia baru saja menidurkan Alvan dan sekarang ia akan keruangan Melvin atas perintah-nya. Tapi sebelum itu Diana membuatkan kopi untuk pria yang sebentar lagi akan menjadi suami-nya.

"Ck kok Akhir-akhir ini Revan tidak mengirimku pesan?" Gumam Diana.

"Dasar, pasti dia sedang bersenang-senang dengan gadis pujaan-nya." Kesal Diana, bukan cemburu hanya saja ia tidak suka jika Revan melupakan-nya.

"Lihat saja aku akan mengirim undangan pernikahanku kepadanya. Dia pasti terkejut dan tidak terima karena aku mendahului-nya. Hahaha," Diana tertawa kecil ia jadi tidak sabar dengan reaksi Revan saat dia tau jika dirinya akan menikah.

Ting tong...

"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" Tanya Diana, lalu ia memutuskan untuk membuka pintu Mansion karena ia yakin jika para maid tengah istirahat karena waktu sudah menunjukkan tengah malam.

Ceklek.

Diana memantung melihat orang yang berada didepannya. "Mona?"

"Hai, nyonya Diana." Sapa Mona dengan tersenyum ramah.

"Ngapain?" Tanya Diana.

"Saya tidak menyangka jika yang membuka pintu Nyonya, tidak sesuai rencana." Jawab Mona.

"Semua orang sudah tidur, dan kebetulan saya berada didapur," Diana berucap dengan mempersilahkan Mona masuk, ia pikir mungkin ada barang wanita itu yang tertinggal.

"Makasih, anda sangat baik." Mona masuk kedalam.

"Nyon--"

"Kamu tidak perlu memanggilku Nyonya, panggil saja Ana." Potong Diana.

"Baiklah. Ana, aku hanya ingin meminta maaf," Mona menundukkan kepalanya.

"Untuk?"

"Semua kesalahanku," Mona langsung menatap Diana.

Diana tersenyum tipis. "Aku sudah memaafkanmu," Balasnya.

"Termasuk hari ini," Ujar Mona dengan tersenyum miring kearah Diana.

"M-mon?!" Kaget Diana saat Mona mengeluarkan pisau dari tas-nya.

"Mona, jangan gila!" Bentak Diana.

"Saya memang gila karena cinta saya terhadap tuan Melvin. Jika saya tidak bisa mendapatkan beliau anda juga tidak!" Mona berjalan mendekat kearah Diana.

Diana mundur ia bingung harus berbuat apa. Jika ia lari ia takut Mona akan melempar pisau-nya.

"Mon,"

Mona mengangkat pisau-nya tinggi-tinggi. Dan... Bles!

"Akhhhh S-sakittt..."
___

Kukira Mona tobat;v

raniiii_999
Saling follow yuk;v

MAS DUDA (SELESAI✔)Where stories live. Discover now