"Kok mirip monyet?" Ucap polos Jashua yang mengerutkan alisnya sambil terus melihat kearah adiknya yang diberi nama Valentino Permatariza.

"Valentino?" Geming Joshua yang akhirnya mendatangi adik kecilnya. Menyentuh pipi lembut sang adik yang masih berwarna sedikit merah dengan ujung telunjuk milik Joshua.

Senyum Joshua yang tertarik dengan lebar dan tatapan binar yang begitu indah pada adiknya.

"Joshua, sekarang kamu udah jadi kakak. Jadi jaga adiknya ya?" Ujar bunda yang tersenyum tipis sambil menyurai rambut tebal milik Joshua.

"Hm, Joshua janji bakal jaga adhek" anggukkan cepat bersamaan dengan munculnya senyum pada wajah Joshua yang terlihat bahagia.

•🤍•

Beberapa minggu setelah kelahiran Valentino akhirnya mereka bisa pulang kerumah.

"Joshua, kamu jaga Valen ya? Bunda sama ayah mau siap siap kerja dulu"

"Iyyah" anggukan cepat kembali dilakukan Joshua, sambil berdiri memegang ayunan tidur adiknya.

"Bunda pulang nanti sore, jadi kalo ada apa apa telfon bunda aja ya?" Tunjuk bunda yang mengarah pada telfon rumah.

"Iyyah, Joshua janji bakal jaga adhek" sebuah janji pertama yang selalu diulangi Joshua sebagai pelindung anggota keluarga paling muda sebagai seorang kakak yang bertanggung jawab.

"Owek...owek.." tangisan Valentino tiba-tiba muncul saat suasana begitu hening dirumah.

"Alen" sentak Joshua yang terkejut dengan suara tangis Valentino saat Joshua sedang bermain dikamarnya.

Berlari dengan langkah kecilnya kearah kamar adiknya yang tertutup rapat.

Ceklek

"Adhek alen!" Panggil Joshua yang mencoba menggapainya disela sela tempat tidur Valentino.

"Adhek alen jangan nangis. Kakak adha disini" ucap Joshua yang ikut menangis saat melihat adiknya menangis.

"Adhek alen jangan nangis, kakak udah janji ke bundha buat jagain alen. Jadi jangan nangis ya? Adhek baik, adhek baik" tepuk pelan Joshua dengan ujung jari tengahnya yang akhirnya sampai dipipi Valentino.

Ceklek

"Oh...pintunya bisa dibuka!" Sentak Joshua yang terkejut saat pintu ranjang bayi itu menepuk dahinya.

Joshua yang segera mundur perlahan hingga pintu itu terbuka seluruhnya. Mengangkat kaki kanannya dengan lebar untuk menaikkan tungkai kaki ke atas tempat tidur diikuti pantat dan kaki kirinya.

"Adhek baik...jangan nangis ya...kak Joshua ada disini...cup cup" tepukkan pelan dikaki alen perlahan menenangkan tangisnya.

"Kak Joshua gak bakhal ninggalin adhek alen sendirian, karena kakak sayang sama adhek alen" bagaikan sebuah janji dari bisikan udara tipis yang keluar dari bibir manis Joshua.

Suasana yang hangat, dengan heningnya satu rumah ditengah hari yang menjelang sore. Joshua yang tertidur dengan merangkul Valentino hingga kedua orang tuanya akhirnya pulang.

"Joshua?" Panggil bunda yang tak mendengar suara kebisingan apapun dirumah. Membuka pintu kamar dengan perlahan dan melihat kedua anaknya yang begitu dekat membuat mereka berdua tersenyum hangat.

"Joshua udah jadi kakak yang bertanggung jawab ya?" Bisik bunda yang meletakkan kepalanya pada pundak ayah.

Ayah hanya tersenyum, akhirnya Joshua bisa menjadi anak yang hebat dimatanya. Walau dia tau bahwa anaknya bukanlah anak yang normal lagi seperti adiknya. Karena, ini adalah kesalahannya.

•🤍•

"Aphasia"

Aphasia adalah kondisi di mana anak tidak mempunyai kemampuan dalam berbahasa akibat dari kerusakan otak.

Seperti itulah yang dikatakan dokter. 5 tahun yang lalu, tepatnya saat joshua berumur 2 tahun. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan malam disebuah tol gelap tanpa pencahayaan sedikit pun, hingga tak sadar mereka melaju begitu cepat dan menabrak mobil di depan mereka yang tak menyalakan lampu belakang. Tabrakan singkat, namun berdampak begitu mengerikan. Joshua yang terbentur keras kaca mobil hingga membuat kepalanya mengeluarkan darah. Joshua yang hanya bisa menangis, mengharapkan seseorang mendengarkan teriakan kesakitannya. Kedua orang tuanya yang pingsan lebih dulu, tak lagi bisa menjawab panggilan Joshua.

30 menit berlalu sejak kecelakaan itu, akhirnya polisi datang dan mencari suara tangisan Joshua yang tak henti hingga membuatnya harus kehilangan banyak darah di kepalanya.

"Sangat disayangkan" ucap dokter yang mengangkat pelan Joshua dengan kedua tangannya.

"Kemungkinan besar dari kecelakaan itu, melukai saraf otak Joshua. Dan kita tak akan tau apa yang terjadi selanjutnya. Kita mungkin harus menunggu hingga Joshua bisa berbicara" ucap dokter yang hanya menarik nafas panjang saat melihat kemalangan joshua.

"Sayang, maafin aku ya? Ini kesalahanku karena gak hati hati waktu nyetir-"

Bunda hanya menangis dengan menunduk dan mengepal kedua tangannya. Berharap semua bisa diulang kembali, namun percuma keadaan punya kenyataan yang tak bisa diubah siapapun juga.

Bunda sangat menyayangi joshua, maka dari itu, dia tak tega harus melihat Joshua dengan umur yang begitu dini, harus merasakan kemalangan yang begitu mengerikan di dunia ini. Anak yang seharusnya bisa hidup seperti orang pada normalnya, kini tak dapat dirasakan oleh Joshua.

Bunda yang masih menangis perlahan mengulurkan kedua tangannya untuk merangkul sang anak. Memeluknya dengan hangat sambil terus membisikkan sesuatu yang di jadikannya sebuah janji seumur hidup.

"Joshua sayang, apapun yang terjadi sama anak bunda. Joshua harus kuat ya nak. Bunda tau bahwa Joshua bisa tumbuh menjadi anak yang hebat, dan bunda janji buat jagain Joshua terus. Bunda janji..." ucap bibir gemetar itu hingga meneteskan air mata tepat dia ujung hidung joshua yang akhirnya bisa membuka matanya sambil kembali menangis.

" ucap bibir gemetar itu hingga meneteskan air mata tepat dia ujung hidung joshua yang akhirnya bisa membuka matanya sambil kembali menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•-Abang-•

Tbc •>

Senin, 20 des 2021

Abang - Lee HaechanWhere stories live. Discover now