BAB 2 - Kakak Cantik

Comenzar desde el principio
                                    

"Nenek tidak tau dia siapa. Tapi tadi nenek lihat gadis itu ada di pantai. Makanya nenek bawa dia ke sini."

"Di pantai, Nek?" ulang Rendi bingung. Sang nenek mengangguk. Rendi menoleh ke arah kamar Resta dan kembali menoleh ketika neneknya kembali bercerita.

"Nenek yakin gadis itu ada masalah dan berniat mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri ke laut. Untung nenek sempat menolong dia. Saat nenek tanya siapa namanya, gadis itu tidak menjawab."

Sang nenek beralih mengusap lengan cucunya. "Ya sudah, kita tunggu saja sampai besok. Mungkin dia masih syok karena kejadian tadi. Besok baru kita tanyakan nama dan alamat rumahnya. Supaya kita bisa mengantarkannya pulang."

Rendi mengangguk pelan. Mengiyakan ucapan sang nenek.

"Kamu sudah makan?" Kini sang nenek bertanya pada Rendi.

Rendi menggeleng sambil menyengir. "Belum. Masih ada sisa makanan gak, Nek?"

Sang nenek mengangguk pelan. "Sudah nenek duga. Untung nenek sisakan makanan untuk kamu. Ayok!" Sang nenek kemudian mengajak Rendi ke ruang makan.

***

Pagi hari begitu terasa sejuk karena semalaman habis diguyur hujan. Sisa-sisa air hujan masih menempel di dedaunan dan juga jalanan. Begitu pun dengan embun yang masih menempel pada jendela-jendela rumah.

Rendi merenggangkan tubuhnya ketika mendengar suara ayam berkokok. Lelaki itu lantas bangun dari tidurnya dan beranjak pergi ke kamar mandi. Rendi memang sudah terbiasa bangun pagi. Walaupun semalam ia tidur dari jam 2 pagi, tapi Rendi tidak mengantuk sama sekali di pagi harinya.

Sudah menjadi kegiatan rutinnya di pagi hari, setelah mandi Rendi selalu pergi ke kamar sang adik. Tentu saja untuk membangunkan gadis kecil itu.

"Hei, Peri kecil. Wake up!"

Rendi duduk di tepi kasur yang serba merah muda itu. Membangunkan sang adik yang masih bergelung di bawah selimutnya.

"Emhh ...." Mia menggeliat kecil dari tidurnya.

"Hei, mau ikut liat burung gak?"

Mendengar kata 'burung', gadis kecil itu langsung membuka matanya. Menatap Rendi dengan tatapan sayunya. Namun ada sedikit binar di sana.

Rendi tersenyum ketika sang adik sudah terbangun. "Nah gitu dong."

Mia merentangkan tangannya manja bermaksud agar Rendi membantu membangunkannya. Lelaki itu terkekeh melihatnya. Lantas menarik pelan kedua tangan mungil itu sampai terduduk. Saat Rendi ingin melepaskan tangannya, Mia malah memeluk leher Rendi dengan erat.

"Gendong. Mia masih ngantuk, tapi Mia pengen liat burung," ujarnya pelan dengan nada manja di ceruk leher sang kakak.

Rendi tertawa sekaligus gemas dengan tingkah adiknya. "Siap Peri kecil!" Lantas menggendongnya keluar kamar.

***

"Berhenti, Kak!"

Rendi menghentikan langkahnya dengan kening yang mengerut. Bingung kenapa adiknya itu menyuruhnya untuk berhenti.

"Itu ... Kakak cantik," ujarnya sambil menunjuk siluet  punggung seseorang yang berada di luar rumah.

"Kakak cantik?" tanya Rendi bingung.

"Turunin Mia, Kak." Gadis itu sedikit berontak supaya Rendi segera menurunkannya. Setelah turun, gadis kecil itu berlari menghampiri Resta.

"Kakak cantik," panggilnya sedikit berteriak. Resta langsung menoleh ketika mendengar teriakan dari dalam rumah. Mendapati gadis kecil cantik nan imut tengah menghampirinya.

"Kakak cantik di sini?"

Rendi yang melihat hal itu segera menyusul Mia. Berjalan menghampiri dua orang tersebut.

"Kakak cantik lagi liat burung juga?" Mia terus bertanya pada Resta. Walaupun tidak ada jawaban dari gadis itu.

"Mia juga suka loh liat burung di sini kalau pagi-pagi. Burungnya banyak. Inih makanya sekarang Mia mau liat sama kak Rendi."

Tatapan Mia beralih pada Rendi sambil tersenyum manis. Lalu kembali melihat ke atas langit.

"Yahh burungnya udah gak ada. Mia telat liatnya pasti gara-gara telat bangun." Mia melunturkan senyumnya dan memasang wajah kecewa. Namun sedetik kemudian gadis kecil itu tersenyum. "Gapapa deh, besok Mia bisa liat lagi. Kakak cantik mau gak temenin Mia liat burung lagi?" lanjutnya bertanya pada Resta.

Mia menatap Resta penuh harap. Tak lupa dengan senyuman manisnya. Resta sedikit terhenyak dengan tatapan mata itu. Seolah baru saja terhipnotis, Resta menganggukan kepalanya pelan. Membuat Mia bersorak senang.

"Ternyata kalian di sini."

Suara sang nenek mengalihkan atensi mereka bertiga. Melihat sang nenek yang berjalan dari dalam rumah.

"Ayok kita sarapan. Nenek sudah buatkan makanan."

***

#1044kata

Kisah Resta✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora