Bonus Chapter 2

Mulai dari awal
                                    

Memang sudah lama sejak terakhir keduanya berbicara langsung seperti ini. Ia sedikit terkejut menyadari pertumbuhan adiknya yang luar biasa drastis.

"Kalian mengabaikan ku!"

Ah ia melupakan adiknya yang manis. Gemas sekali melihat pipi itu menggembung karena kesal.

"Maaf little prince. Ayo ke kakak iparmu, dia mencarimu tadi."

"Ada apa?"

"Dia sudah memasakkan makanan spesial untukmu."

"Baiklah, ayo!"

Pangeran Chenle dengan semangat berlari meninggalkan dua orang yang lebih tua darinya itu. Pangeran mahkota Sungchan pun menyusul setelah sebelumnya mengatakan kepada pangeran mahkota Jisung untuk menemuinya nanti.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa? Kau tidak suka minum?"

"Bukan. Hanya ingin sadar saja saat menjawab pertanyaan darimu."

Pangeran mahkota Sungchan tertawa mendengar hal itu. Seperti dugaan, singa muda dari Mizar ini mempunyai pemikiran yang lumayan. Ia selalu memikirkan dan menebak dengan tepat kemungkinan apa yang akan terjadi.

Pangeran mahkota Jisung memanglah seseorang yang kuat, cermat dan tangguh, tapi tentu saja ia tidak akan mempercayai anak itu dengan mudah jika berkaitan dengan pangeran Chenle. Seperti ayah yang menjaga ibunya, pangeran mahkota Sungchan juga harus menjaga pangeran Chenle sebaik mungkin. Ia tidak akan lengah sedikitpun.

"Kau tau, bukan hanya aku, Raja Rigel Markala Ludra juga akan menjadi penghalang mu. Tidak ingin mundur sekarang?"

Baiklah, pangeran mahkota Jisung mulai kesal sekarang. Nada yang digunakan oleh pangeran mahkota Sungchan benar-benar terdengar mengejek ditelinganya.

Ia mungkin tidak akan menang jika harus berhadapan dengan Raja Markala sang penguasa Aludra karena Raja itu masihlah yang terkuat, namun bukan berarti ia bisa dengan mudahnya mundur dan mengalah. Kekuatannya mungkin hampir setara dengan pangeran mahkota dari Aludra ini.

Jika ia memang harus melawan dua orang dengan kekuatan luar biasa sekaligus, bukankah itu akan sia-sia? Tapi tetap saja! Demi mendapatkan pangeran Chenle ia akan berusaha.

"Jangan meremehkanku, kak."

"Wah wah, adik kecil ini sudah berani rupanya."

"Kau terus saja memanggilku seperti itu."

Pada akhirnya cairan beraroma pekat itu meluncur juga di tenggorokan pangeran mahkota Jisung. Ia peminum yang baik, namun tidak sebaik pangeran mahkota Sungchan.

"Kau memang adik kecilku. Bagaimana, apa semuanya baik-baik saja?"

"Apa maksudmu?"

"Hidupmu. Apa hidupmu baik-baik saja?"

"Aku cukup muak dengan segala urusan kerjaan."

Ya, pangeran mahkota Sungchan bisa memahami hal itu. Dulu, bahkan sehari setelah kelahirannya gelar pangeran mahkota sudah dilimpahkan kepada dirinya. Artinya, bahkan di hari pertama kelahirannya ia sudah dilimpahkan begitu banyak tanggung jawab. Masa kecilnya tidak bisa seperti rakyat biasa sekeras apapun ia mencoba. Tapi tentu saja ia sudah mengerti, itu adalah jalan hidupnya.

Pangeran mahkota Jisung mungkin masih mendapat sedikit keringanan. Namun ia tau dengan pasti anak itu juga merasa kesulitan untuk beradaptasi.

"Ayahmu masih muda dan tidak akan secepat itu mati, jadi bersantailah."

Sebutir buah apel hampir saja hinggap di kepala pangeran mahkota Sungchan jika saja ia tidak segera menghindar. Melihat wajah kesal pangeran mahkota Jisung membuatnya tertawa puas.

"Apa itu benar?"

"Apa?"

"Tentang istrimu yang saat ini tengah hamil."

"Tentu saja benar. Aku akan menjadi ayah dalam waktu kurang dari tujuh bulan."

"Wah kau luar biasa kak."

Pangeran mahkota Sungchan dan Jungwon memang menjalin hubungan sudah cukup lama dan pangeran mahkota itu bukanlah orang yang dapat mengontrol hormonnya.

Saat itu Jungwon tengah berlatih panahan bersama ayahnya dan tiba-tiba saja ia pingsan. Setelah diperiksa, ternyata ia sedang mengandung anak dari pangeran mahkota Sungchan. Langsung saja para ibu menyiapkan pernikahan untuk keduanya. Pangeran mahkota Sungchan pun tak luput dari bogeman sang ayah dan perdana menteri Aludra.

"Lupakan tentangku dan kembali kepadamu. Apa yang akan kau lakukan untuk membuktikan kepada kami?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Bodoh. Benar-benar bodoh ternyata."

"Aku tidak benar-benar harus melawan Raja Mark, kan?"

"Kuberi tau. Pak tua itu jika menyangkut ibu dan Chenle akan bersikap lebih dari diriku. Persiapkan dirimu. Kalau perlu kau bisa meminta saran pada ayahmu, dia pernah berhadapan dengan ayahku saat meminta ibumu."

Tujuannya mengatakan ini bukan untuk menakut-nakuti, hanya ingin memberi saran saja. Tapi untuk wajah ketakutan itu ia anggap sebagai bonus.














***

Malam Minggu kalian kemana nih??

Hari ini ada kejadian gak enak dan aku milih update. Siapa tau kalian komen gitu karena komentar kalian tuh bener-bener moodbooster banget.

Anw, lebih suka vampire atau werewolf?

MARK✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang