MARK: 21

14.9K 1.7K 63
                                    

Istana Aludra terasa semakin suram setelah ditinggal oleh dua ratunya di waktu yang hampir bersamaan. Meski begitu, ditengah ke suraman yang terjadi di Aludra tentu saja ada yang justru bersuka cita. Ratu Lisa contohnya.

Perginya Haechan dari istana baginya adalah suatu kemenangan. Haechan berbeda dari ratu lainnya, ia adalah ancaman. Bukankah bagus, kini ia bisa menyingkirkan dua burung dengan satu batu. Renjun dan Haechan sudah, hanya tinggal Ratu Jaemin. Tapi untuk saat ini Ratu Lisa akan membiarkannya terlebih dahulu. Ratu Jaemin bukanlah sesuatu yang penting, ia tidak bisa menjadi ancaman besar bagi Ratu Lisa.

Dan tentu saja selain suasana Aludra yang semakin suram, Raja Mark juga tampak seperti itu. Setiap kali Raja itu menampakkan batang hidungnya ia selalu memasang wajah yang seolah bisa membunuh siapapun kapan saja.

Ratu Lisa juga menyadari perubahan yang sangat besar dari Raja Mark. Perubahan itu sejujurnya membuat Ratu Lisa juga merasa sedih. Ia merasa sudah tidak dianggap. Bahkan pertemuan mereka sudah benar-benar jarang terjadi. Setiap kali Ratu Lisa berniat menemuinya pasti Raja Mark beralasan tidak ingin menemui siapapun. Dan lagi sekarang ini Raja Mark lebih banyak menghabiskan waktu diluar istana, entah untuk apa tapi sepertinya ia sedang mengurus para pemberontak kerajaan.

"Ganti menu nya, aku tidak menyukai rasanya."

"Tapi ratu, it-"

"Cukup turuti saja perintahku!"

Inilah yang membuat banyak orang tidak suka kepada Ratu Lisa. Semakin ia merasa berkuasa semakin arogan pula kelakuannya. Percayalah, diantara para pelayan yang sedang menunduk pasti ada yang sedang mengumpati Ratu Lisa dalam kepala mereka.

"Panggilkan Ratu Jaemin, suruh ia menemuiku."

Para pelayan bergegas melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Ratu Lisa.

Ratu Jaemin tidak tau apa yang diinginkan oleh Ratu Lisa sampai menyuruhnya datang kesana. Padahal ia sedang bersedih karena dua sahabatnya sudah tidak ada di istana lagi. Ia kesepian. Meski ada ratu Lisa ia tetap merasa kesepian, Ratu Lisa dan dia juga tidak sedekat itu.

Lagipula Ratu Jaemin juga kurang menyukai Ratu Lisa. Beberapa waktu ini setelah kepergian Haechan, Ratu Lisa menjadikannya seolah pelayan pribadi. Padahal jika mau diingatkan, ia juga Ratu di Aludra.

"Kenapa kau memanggilku, Ratu Lisa?"

"Aku ingin memintamu memijat kakiku, pijatanmu enak sekali."

Ratu Jaemin mendengus mendengar itu. Meski sedikit tersanjung karena pujian akan kemampuan memijatnya, tetap saja nada yang digunakan terdengar merendahkan.

"Para pelayan bersedia melakukan itu, Ratu Lisa. Aku juga mempunyai urusan lain selain memijatmu."

"Kau menolakku? Kau harus ingat, Ratu Jaemin. Aku adalah Ratu pertama di istana ini."

"Kau juga harus ingat, Ratu Lisa. Aku juga Ratu di istana ini, bukan pelayan yang bisa dengan mudah kau suruh-suruh. Jangan pikir aku akan seperti dulu yang diam saja saat kau melakukan hal keterlaluan. Aku permisi."

Ratu Jaemin dengan cepat melangkah pergi dari sana. Ia sangat tau kalau saat ini Ratu Lisa sedang tersulut emosi karena perkataannya. Tapi biarkan saja, ia sudah muak dengan Ratu Lisa. Hanya sebentar lagi sampai permainan ini benar-benar akan dimulai.

.

.

.

.

.

.

MARK✓Where stories live. Discover now