Mark Si Jamet Kuproy

10.1K 1.1K 31
                                    

12. Pait Kek Idup

***

Mark menyesuaikan cahaya matahari- yang masuk melalui celah-celah kain gorden yang terbuka lebar- Mark menyipitkan mata dan mengusap wajahnya. Ah, sinar matahari pagi begitu menusuk mata. Jeno pasti membukanya lebar-lebar, memberi arahan tersirat untuk Mark segera membuka mata.

Mark menajamkan pendengarannya, dia seperti mendengar gerutu seseorang dan suara blender yang bising. Apalagi yang dilakukan Jeno pagi-pagi ini?

Mark melirik jam dinding yang menunjukkan pukul lima empat puluh, masih pagi. Dan di dapur, pasangan hidupnya itu sudah membuat pagi ini penuh keributan dan berisik?!

Hah!

Mark menghela nafas gusar, rencana tidur nyenyak yang tenang dan damai terusik. Lantas Mark melangkahkan kaki ke arah dapur, yang diyakini tempat sang istri berada dan membuat keributan pagi-pagi buta.

Jeno berkacak pinggang melihat mesin chopper  yang memutar, bibirnya maju lima senti sembari memberikan wajah cemberut.

"Apa yang diributin sih hm, pagi-pagi lho ini." Mark membawa tangannya membelai lembut dahi Jeno yang mengkerut.

"Ga ada." Jeno memalingkan mukanya cuek.

Mark menghela nafas gusar, apalagi sih yang ada diotak odong-odong istri manisnya ini, merasa cape dan lelah juga Mark tuh.

Mark kembali mengarahkan tatapannya, dan oh shit! Apa yang ada dipikiran istrinya pagi-pagi ini dengan membuat jus tomat bercampur pare, yang ewh- Mark tidak menyukainya sama sekali.

"Lo mau minum begituan gitu, Jen?" Mark mengenyeritkan dahinya sedikit jijik, tomat dan segala olahannya- Mark tidak menyukainya.

"Ya engga lah, dipaksa bunda Jess asal lo tau. Katanya tomat bisa nyuburin kandungan, like wtf men? Gua ga suka gila ihh." Sama halnya dengan Mark, Jeno juga tak suka tomat dan apa-apan ini, tomat bercampur pare? Orang mana yang mau meminumnya.

Jeno membawa hati-hati gelas penuh berisi cairan sedikit pekat itu ke meja makan. Keduanya heran dengan pola pikir bunda Jess yang sedikit nyeleneh, hush durhaka lu bedua.

"Siapa yang mau minum?" Mark bertanya.

"Yang pastinya bukan gue, gila sih. Big no!" Jeno menegaskan ucapannya.

"Terus siapa dong? Lo tau kan Jen gue ga suka tomat, dan ini? Ya pastinya juga bukan gue." Mark mendorong jusnya ke hadapan Jeno.

Jeno menyengeritkan dahinya tak senang,
"Lo aja mending kata gua, sebagai suami yang baik sesekali gitu Mark."

"Ga, gue jahat." Mark menirukan gaya Jeno dengan bersedekap dada pula.

"Oasuw lo, ayolah ah minum." Jeno agak memaksa tampaknya yah bunda.

"Kalau minum gue dapet apa?" Mark anda sedang menawarkan win-win solution apa engas? Jujur hayo    ͡° ͜ʖ ͡°

"He itu lo macem-macem gue tambah tuh jus satu galon. Dapat berkah udah," ucap Jeno ngegas. Maen-maen Ama Jeno, ntar digigit mampos.

"Dih, orang satu macem aja kan it-"

"Diem, mulut lu gue gulai." Jeno mencapit mulut Mark dengan jari tangannya diremes juga nih ah.

***

Mark berkutat dengan laptopnya, dahinya sesekali mengerut apabila ada sesuatu laporan yang tak sesuai. Mark memilih kerja dari rumah semenjak pandemi menyerang.

Dulu sebelum menikah, Mark full kerja sampai jam tujuh atau kalau lembur bisa jam sepuluh. Mark yang awal-awal banget didunia perkantoran bekerja keras sampai bisa meyakinkan ayahnya untuk menduduki posisi manager.

Setelah menikah, Mark memangkas waktu kerjanya sampai jam lima sore saja. Lho emang bisa? Anak bos kenapa engga ya kan. Lagian yang nyuruh orang tua Mark supaya melakukan pendekatan lebih intens dengan Jeno.

Semenjak pandemi menyerang, pemerintah menerapkan new normal dan dampaknya kerasa banget. Kerja dari rumah, atau kalau penting banget Mark meeting bersama klien dengan peraturan yang sudah diterapkan tentunya. Perusahaan ayahnya cukup perhatian dengan para karyawan-karyawannya, kalaupun ada yang ter-PHK perusahaan memberi pesangon lebih kepada mereka yang telah berjuang sebelumnya.

Mark menoleh mendapati sofanya ikut bergerak, seseorang menduduki. Jeno, sang tersangka datang dengan muka bantalnya lalu menduselkan kepalanya dibalik punggung lebar sang suami.

Jeno menaikkan tangannya, meraba tengkuk belakang Mark. Memainkan rambut belakang Mark yang mulai memanjang.

"Mark, ayo potong rambut."

Mark berdehem sejenak dan memalingkan muka ke belakang,
"Biarin rambutnya aja lah, biar keren."

"Keren apanya, kek jamet kuproy iya." Jeno memainkan jarinya dirambut Mark. Gemes pen botakin, eh.

"Gapapa, gua mau jadi anak punk dulu ea."

"Ih kasian punya anak bapaknya rambut jamet kuproy. Ih gue sih malu ya, Mark." Jeno berucap dengan nada mengejek, ditambah bibirnya yang ugh aura julid menguar.

"Ngapain malu, bapaknya cakep kok. Mau digimanain juga ganteng," jawab Mark songong nauzubillah tapi emang bener.

"Jangan ngelantur lagi Mark, ntar potong ya rambutnya." Keluar titah nyonya Lee, perintah harus disegera laksanakan.

"Huum," jawab Mark pasrah saja sama maungnya.

**

Sudah dua jam Mark duduk disofa ruang tengah dan memangku laptop. Akhirnya selesai juga segala pertetek-bengekan kerjaannya. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh lewat tiga lima, apakah Mark melewatkan makan malam?

"Mark, makan diluar yuk. Pengen nyate deh." Jeno datang dari arah dapur dengan membawa secangkir teh hangat, sesuai dengan suasana sehabis hujan.

"Habis hujan lho, Jen. Mau sakit?"

"Ya gapapa. Ayolah, ngapa sih keluar doang. Jarang tau kita keluar." Jeno mengguncang lengan Mark agak brutal ya sodara-sodara.

"Hm yaudah. Janji jangan sakit, kalau sakit bukan salah gue."

"Iya janji, bentar ganti baju."

Jeno berlalu dari hadapan Mark dan segera menuju tangga ke atas, ke kamar utama alias tempat tidur mereka dan mengganti pakaian.

Emang dasarnya cewe, submissive, atau sejenisnya lah kalau ganti baju lama ya?

Mark udah kayak jamuran aja nunggu Jeno turun, mau pake tuxedo atau gaun segala sih Jeno. Ntar malah malu-maluin kan astaghfirullah, mending samperin langsung ke atas.

"Yang telat dibdsm!" ucap Mark lantang didepan pintu kamar. Gatau aja maungnya udah kebakaran jenggot.

"Mark! Wah anjeng nyari emosi."

Jeno ga peduliin dia yang kek gembel langsung ngejar Mark. Ah, kejar-kejaran kayak sinetron India dulu MarkNo kita guis.


📌 Jumat, 29 Oktober 2021
present by : yofierasisc

So ... We Marriage? [MarkNo]Where stories live. Discover now