Merah digigit...?

12.3K 1.3K 32
                                    

06. Kecup Manjah

***

"Lo nyesel nikah sama gue?"

"Mark bukan itu yang gue maksud..." Jeno berlirih memejamkan matanya, cairan bening terjatuh bebas dari netra yang biasa ikut tersenyum manis.

"Terus apa? Lo mau cerai dari gue? Iya huh?" Mark emosional dan memukul setir mobil.

"Kenapa? Kalau lo ga bahagia bilang, biar gue balikin lo ke orang tua lo Jen. Kenapa hah kenapa?"

"Diam Mark!" Jeno memegang dadanya yang sesak, Mark tak mengerti juga. Mau bagaimana lagi, Jeno sedang emosi dan reflek menampar Mark.

Mark memegang pipinya sebelah kiri, rahangnya terasa sakit dan pipinya mencetak jelas lima jari Jeno.

Jeno menunduk, matanya memanas merasakan liquid bening terjatuh. Bibir Jeno bergetar dan tangannya mencengkram erat seat belt saat Mark melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Jeno takut, takut dengan lingkungan sosialnya, takut ditanya tentang pernikahannya dengan Mark, bahkan takut dengan masyarakat. Well, society itu kejam.

Mark menggila, hampir saja menerobos lampu merah dan menabrak tiang listrik. Untung saja Jeno berteriak,

"Lo boleh marah sama gue, tapi jangan sampai ngabaikan peraturan lalu lintas. Apa tadi hah, lo hampir aja nerobos lampu. Dan kalau sempat kita nabrak, mati kita Mark."

"Kalau kaya gini terus, gue udah ga tahan sama lo Mark. Lo kasar." Jeno memberanikan berbuka suara setelah berdebat dengan batinnya.

Mark terdiam. Lelaki kelahiran Agustus itu mengatur napasnya yang memburu, dan menjalankan kembali mobilnya dengan pelan. Menyisakan Jeno dengan ketakutannya.

***

Jeno segera masuk ke dalam rumah sambil mengusap air matanya kasar, tidak memedulikan Mark yang terpaku di depan pintu dengan baju basah terkena air hujan.

Tadi di mobil Mark dan Jeno bertengkar hebat sampai-sampai Jeno menampar pipi Mark. Bekas tamparannya tercetak jelas dipipi kiri dan meninggalkan rasa perih.

Jeno membanting keras pintu kamar, dan langsung merebahkan diri. Jeno masih sesegukan dan badannya bergetar.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, Mark berjalan terlebih dahulu ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti baju. Lalu ikut merebahkan tubuhnya di samping Jeno.

Mark menatap langit-langit kamar dan Jeno yang memunggungi Mark.

Mark yang tak tahan dengan situasi hening itu mendekat ke arah Jeno dan membalikkan tubuh Jeno.

Jeno memalingkan muka, sedangkan Mark melihat Jeno intens. Menatap langsung bola mata yang binarnya redup karena menangis tadi.

Keduanya masih terdiam, Mark memberanikan diri memeluk Jeno. Dan ya, Jeno memundurkan tubuhnya tidak ingin dipeluk Mark.

Mark mengetatkan rahangnya dan memeluk paksa Jeno erat. Jeno terkejut, dan menyikut perut Mark.

Mark semakin berani, tubuh Jeno yang membelakanginya dipeluk erat. Tangan Mark yang semula diperut naik ke atas menuju dada Jeno dan merabanya.

Jeno hanya diam saat Mark menindihnya dan menurunkan kepalanya ke dada Jeno. Baju Jeno disingkap Mark sedikit, mengelus pinggang Jeno dengan gerakan sensual.

Jeno semakin erat memejamkan saat merasakan terpaan napas dilehernya. Ada bibir basah yang mengecup leher Jeno dan menghisapnya.

Mark hendak mencium Jeno, tapi Jeno menahan dada Mark dan menggelengkan kepalanya pelan.

Mark terpaku, mengusap wajahnya kasar dan bangkit dari atas tubuh Jeno. Berniat untuk merapikan kembali pakaian istrinya, namun ditepis kuat oleh Jeno.

***

"Jen!"

Jeno yang sedang menjemur pakaian langsung menghentikan kegiatannya dan menghampiri Mark.

Memang sejak malam mereka bertengkar, keduanya agak canggung. Tapi sebisa mungkin untuk tidak mengungkitnya lagi, Jeno juga berusaha untuk memaafkan Mark walaupun kadang otak ga sinkron dengan perasaan.

"Kenapa?" Jeno masuk ke dalam kamar dan melihat Mark yang mondar-mandir mencari sesuatu.

"Kunci mobil di mana?" Mark menyugar rambutnya, mengerutkan dahi mencoba mengingat.

"Semalam kan lo yang make, ditaruh di mana?" Jeno mengambil tumpukan pakaian Mark tadi malam dan meraba-raba kantungnya.

"Perasaan emang disaku celana Jen, tapi ga ada. Pagi ini ada meeting, masa gue telat karena ga ada kunci mobil."

Jeno mengomel kesal, gara-gara Mark pagi-pagi udah berisik jadi ga tenang hidup indah Jeno. Jeno berlalu ke bawah, mencari disofa ruang tamu dan melihat ke bawahnya.

Masih tidak ketemu, sementara Mark mencak-mencak sampai dasinya udah longgar karena stress ga ada tuh kunci mobil. Jeno yang dengar Mark ngomel-ngomel panas sendiri. Mark yang ngilangin, Mark sendiri yang marah, udah gitu ga dibantu nyarinya lagi ah.

"Ini kenapa sampai ke tempat sampah sih Mark?" Jeno menemukan kunci mobil Mercedes Benz C-Class ditempat sampah dapur.

"Lah di sana, gatau gue asli. Yaudah makasih banget." Mark mengambil kunci mobil ditangan Jeno dan mengecup dahi Jeno. Ga marahan lagi nih?

Jeno melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi. Mengibaskan pakaian dan menjemurnya, mumpung masih pagi sinar matahari lagi hangat-hangatnya.

Sebenarnya Jeno masih kesel sama Mark, dia dengan seenaknya ngerasa kaya ga bersalah setelah kejadian tadi malam. Kayak seolah-olah ga pernah kejadian.

Tapi dasarnya aja Jeno baper, selalu kepikiran, ga enakan juga orangnya. Mau gimana lagi, kepribadiannya emang begitu. Jeno kira Mark bakal minta maaf, eh tau-taunya melengos pergi, ya walaupun sempat cium kening. Tapi kan Jeno belum puas hatinya sebelum liat Mark nunduk minta maaf.

Jeno mengambil keranjang cucian dan masuk ke dalam rumah. Setelah itu dia mau mandi dan ke rumah mama Yoona

Selesai mandi Jeno mematut diri di cermin, menyisir rambutnya dan mengambil parfum. Tapi lewat ekor mata Jeno, tertangkap sesuatu. Apa tuh merah-merah dilehernya?

Jeno memegangnya, tidak membengkak, hanya merah saja. Ditekan pun tak sakit, Jeno awalnya mengira itu gigitan nyamuk.

Dipikir-pikir tadi subuh Jeno ke atap loteng ngambil karpet, apakah karena kesana dan digigit nyamuk terus jadi merah-merah gini?

Cukup lama Jeno terdiam, dan ah dia mengetahui kenapa timbul merah-merah gini. Siapa lagi kalau bukan bapak Mark Lee kan?

Jeno segera mengaplikasikan concealer  ke lehernya dan meratakan. Harus ditutupi ini, kalau ga bisa-bisa diejekin mama Yoona ntar.


📌 Minggu, 17 Oktober 2021
present by : yofierasisc

So ... We Marriage? [MarkNo]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant