prolog

87 12 0
                                    

Seorang gadis cantik duduk sambil menekuk kedua lututnya. Ia menenggelamkan kepalanya di antara kedua kakinya, bersandar pada ranjangnya. Darah segar menetes keluar dari pergelangan tangannya yang terluka, namun ia tidak menghiraukannya.

Gadis itu mendongak menatap lurus kedepan. Ia kembali mengambil pecahan kaca dan menggores tangannya. Sakit? Tentu saja. Tapi rasa sakit yang ia rasakan belum seberapa dibanding derita yang ia terima.

Gadis itu menggores pergelangan tangannya lebih dalam. Sudah banyak luka yang ada pada tangannya, tapi ia terus mengambah lagi dan lagi.o

"Sakit." Berbeda dengan ucapannya, gadis itu malah semakin menekan pecahan kaca itu lebih dalam.

"Buka pintunya!!!"

"Sialan buka pintunya!!!"

"BUKA PINTUNYA SEKARANG JUGA!!"

BRAK BRAK!!

Teriakan yang disertai gedoran keras dari pintunya tidak membuat sang gadis menyudahi aktifitasnya.

"Sakit banget." Gadis itu memijit kepalanya. Rasa sakit di kepalanya tidak bisa hilang. Ia menekan keras kepalanya dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar.

Pandangannya terhenti pada meja belajarnya. Bukan pada meja, lebih tepatnya dengan apa yang ada di meja tersebut. Ia berjalan dengan tergesa gesa ke arah meja belajarnya.

Tangan kanannya mengambil sesuatu sambil tangan kirinya yang tidak pernah berhenti memegang kepalanya.

"Setelah ini pasti nggak akan sakit lagi."

Buk buk buk!!!

Gadis itu memukul kepalanya sendiri dengan kencang, menggunakan vas bunga.

Prang!!

To be continue..

Jangan lupa follow and votenya teman-teman☺️💗

Spam untuk next part.

enam petang [on going]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin