first || Fajira Relanda

35 1 1
                                    

Assalamualaikum

Seorang gadis tengah berlari disepanjang lorong rumah sakit dengan napas memburu. Cairan bening yang sedari tadi membendung dikelopak matanya kini terjun membasahi pipi mulus nya. Tangannya bolak-balik naik untuk menyerka air mata itu.

Gadis itu adalah Fajira Relanda. Ia kini berdiri tepat di depan ruangan dimana mamanya di rawat. Jira, mendapat telepon dari pihak rumah sakit jika mamanya drop lagi.

Tanpa basa-basi lagi ia menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut. Didalam itu sudah ada dokter dan juga beberapa suster dengan alat-alat medis untuk membantu Kina—mamanya menormalkan detak jantung nya.

Jira menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya tidak kuasa. Ia menyaksikan langsung apa yang mamanya alami sekarang.

"Ma....plisss bertahan," lirihnya dengan terus meneteskan air mata.

Jira akhirnya memilih untuk menunggu diluar ruangan. Ia duduk dengan kedua telapak tangannya tertaut menutupi wajahnya yang basah karena menangis.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter laki-laki yang berada di dalam ruangan itu keluar. Jira buru-buru berdiri dan menghampiri dokter itu.

"Dok, gimana keadaan mama saya? Mama saya baik-baik saja kan dok?" Tanya Jira penuh harapan.

Raut wajah dokter itu terlihat sendu. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun...." Dokter itu tidak berani melanjutkan ucapannya.

"Namun kenapa dok?! Mama saya kenapa?! Mama saya baik-baik saja kan dok?" Kedua tangan Jira menggoyangkan lengan dokter itu dengan penuh penekanan.

Sebuah brankar ,diatasnya adalah seseorang dengan seluruh badan ditutupi kain rumah sakit keluar dari ruangan tersebut.

Pandangan Jira teralihkan pada brankar tersebut. Dengan tatapan tidak percaya, badannya mematung seketika. Nafasnya sesenggukan dan tangan kanannya naik untuk membuka kain yang menutupi badan seseorang dibaliknya.

"Mama!" Jira dapat melihat siapa dibalik kain tersebut. Jujur ia tidak percaya.

Jira memeluk erat mamanya yang sudah tidak bernyawa, bibir memucat, dan mata yang memejam sempurna. Tangisnya pecah dan menggema dipenjuru lorong itu.

"M-mama...hikss."

"Ma bangun ma." Tangannya menggoyang-goyangkan badan mamanya.

"Jangan tinggalin Jira....hikss."

"Jira udah nggak punya siapa-siapa lagi ma.....hikss."

Seorang lelaki paruh baya dengan pakaian sangat lusuh,juga wajah yang terlihat kusam itu tiba-tiba datang dan mematung.

Terlihat dari tatapan nya,ia seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kakinya perlahan melangkah dengan kaku menuju brankar tersebut.

Sepersekian detik akhirnya, tangisnya pecah begitu saja. Lelaki itu adalah suami Kina, papanya Jira. Namun, Jira tidak pernah mengakui bahwa itu papanya.

Tak lama kemudian, Jira kembali duduk di kursi yang ia pakai tadi. Dan jenazah mamanya akan segera diurus oleh pihak rumah sakit. Untuk biaya, Adi yang akan mengurusnya. Entah uang darimana pria itu, mungkin dari istri baru nya?.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melawan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang