Epilogue

17.5K 435 12
                                    


Kayla berdiri di depan sepasang batu nisan bernama sama; Zachary—walaupun dengan nama belakang yang berbeda. Ia berjongkok untuk meletakkan satu buket anyelir putih di depan masing-masing nisan tersebut, dan tetap dalam posisi seperti itu selama beberapa saat. Angin musim gugur bertiup, membuat rambut merah Kayla berkibar seperti kobaran api.

Orang yang melihatnya mungkin akan merasa aneh karena ia memakai gaun selutut bermotif bunga fern biru, didampingi dengan kardigan berwarna putih, dan sandal berhak rendah; jelas bukan pakaian seseorang yang sedang berziarah.

Nyatanya, hari itu ia memang hanya kebetulan lewat di depan kompleks pemakaman saat sedang berjalan-jalan bersama keluarganya. Mumpung sudah lewat, ia memutuskan untuk membeli anyelir pada kios bunga terdekat, lalu mengunjungi makam ayah dan putranya. Tadinya suaminya bermaksud menemani, tapi ia minta untuk pergi sendiri. Dan di sanalah ia berada.

"Dua minggu lalu Zachary baru saja dapat adik, lho, ayah," Kayla memulai, memandangi nisan yang berukir nama ayahnya dengan wajah rindu. "Adiknya kembar, laki-laki dan perempuan, dan manis sekali seperti malaikat kecil."

"Karena lahirnya lebih cepat enam minggu dari yang seharusnya, tubuh mereka kecil sekali dan harus masuk ke dalam inkubator selama seminggu, tapi mereka baik-baik saja sekarang. Aku sempat takut waktu melihat mereka tidak punya kuku, tapi dokter bilang kuku mereka akan tumbuh secara normal kalau usianya sudah cukup."

"Yang laki-laki namanya Belvedere, dan yang perempuan namanya Ethel. Aku dan Zai yang memikirkan nama mereka berdua. Terus mata mereka warnanya biru kehijauan, mirip seperti mata ayah."

Kayla terdiam lagi selama beberapa saat, lalu akhirnya berdiri. Ia berkata, "Kalau mereka sudah lebih besar sedikit, aku akan membawa mereka kemari." Lalu berbalik dan mulai berjalan keluar kompleks pemakaman tersebut.

Zai berdiri di samping gerbang pemakaman, tangannya memegang kereta bayi tempat bayi-bayi mereka tampak tertidur pulas. Tangan kedua bayi itu terjalin satu sama lain, dan wajah mereka saling berhadapan. Kayla memandangi kedua bayinya sambil mendesah pelan, ia tidak pernah bosan memandangi wajah kedua malaikat kecilnya tersebut.

"Sudah selesai?" Zai bertanya sambil mengulurkan sebelah tangan, dan Kayla menyelipkan tubuhnya dalam rangkulan pria itu, lalu keduanya mulai berjalan bersama.

"Habis ini kita mau ke mana?" Zai bertanya.

Kayla tampak berpikir selama beberapa saat, lalu akhirnya berkata, "Ke rumah orangtuamu. Aku mau pamer dulu pada mereka."

"Ayah dan ibuku kan sudah pernah melihatnya," ujar Zai.

"Tapi mereka belum melihat malaikat-malaikat kecilku dengan gaun baru yang kubelikan," Kayla membalas sambil terkekeh pelan.

“Aku nggak pernah setuju kau memakaikan gaun pada Belv, lho.”

“Terserah. Belv kelihatan manis, kok. Mumpung dia belum bisa protes, akan kupakaikan apapun yang kuinginkan.”

“Jangan bilang aku nggak memperingatkanmu.”

Kayla hanya membalasnya dengan tawa, dan Zai juga ikut tertawa bersama tidak lama kemudian.

~Fin~

Glossary:
White Carnation: Anyelir putih (Dianthus caryophyllus), dalam bahasa bunga internasional berarti cinta yang murni dan kepolosan. Walaupun tidak ada aturan khusus, bunga ini biasa digunakan untuk berkabung.

Author's Note: Terima kasih buat kalian yang sudah sampai sejauh ini. Maaf kalau ada typo atau kesalahan penulisan lainnya. Cerita ini sebenernya bisa berdiri sendiri, tapi bisa juga dijadiin prekuel "Look at Me" (it's on my page, read it if you have some times to spare).

Anyhow, constructive criticism and suggestion are very much welcome! Feel free to tell me anytime! Have a good day, everyone!

My Baby, My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang