Part 1 - "Dia yang (tidak) Mencintaiku"

201K 5.2K 202
                                    

Reza berjalan gontai. Sungguh, seharusnya dia puas melihat Bulan menangis karena kekalahannya akan hak asuh Bumi. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Hatinya pun ikut meneriakan kesedihan yang sama. Hanya menunggu waktu, Bumi akan kehilangan sosok ibunya. Perempuan yang begitu dia cintai tapi juga yang paling dia benci.

Benci, karena tidak ada sedikit pun rasa yang dimiliki Bulan untuknya.

Benci, karena Bulan sekarang benar-benar lepas dari hidupnya.

Dan apakah ini balasan untuk kebencian yang dia miliki untuk Bulan? Separuh hatinya menjawab iya. Tapi separuh hatinya menyesali hal ini, karena bagaimana pun tindakanya telah menyakiti Bumi, buah hati mereka yang tidak tahu apa-apa tentang persoalan hidup yang mereka jalani.

Bulan masih bergeming di sudut ruangan pengadilan. Wajahnya masih merah akibat tangis dan luapan emosi yang baru saja terjadi. Dia sudah benar-benar kehilangan segalanya. Tidak ada yang lebih berarti bagi seorang ibu selain kehadiran anaknya. Dan mulai kini, dia akan terpisah dari Bumi.

Sesaat Reza ingin menghampiri Bulan. Ya, dia hanya ingin menawari tumpangan untuk Bulan. Meski mereka telah resmi bercerai, masih banyak hal yang harus mereka selesaikan secara baik-baik.

"Maaf ..." kata itulah yang pertama kali keluar dari mulut Reza.

Bulan menahan dadanya yang sesak. "Kamu menang." suara Bulan terdengar parau.

Menang katanya? Adakah dari mereka yang pantas disebut sebagai pemenang di sini. Tidak kah Bulan sadar, kalau mereka semua sudah hancur berkeping-keping?

"Iya, aku menang." jawabnya sinis. "Menang atas semua kesalahan yang telah kamu buat."

Bulan ingin membalas Reza, tapi bibirnya tertutup rapat. Ini memang salahnya. Salahnya karena tidak pernah mencintai Reza yang sah sebagai suaminya dan justru mencintai laki-laki lain.

"Tega kamu, Mas." tuduhnya. "Akan lebih mudah bagimu untuk mencari perempuan yang lebih baik dari aku tanpa Bumi disamping kamu."

Reza tersengat mendengar perkataan Bulan. Sedikit pun dia belum memiliki rencana untuk mencari perempuan lain untuk menggantikan posisi Bulan dalam hidupnya. Dia mempertahankan Bumi, karena Bumi adalah satu-satunya hal terindah yang akan dia kenang, kalau dia pernah mencintai Bulan dengan sepenuh hati.

Ada senyum Bulan di wajah Bumi,

Ada keteduhan mata Bulan di saat Bumi menatapnya,

Ada darah Bulan yang mengalir di tubuh Bumi,

Dan hal itulah yang membuatnya sekuat tenaga untuk mempertahankan Bumi tetap disampingnya.

"Kamu bisa bertemu dengan Bumi di akhir pekan." Reza mengingatkan. "Dan satu hari penuh di hari kerja." Mungkin dengan cara ini akan membuat Bumi tidak terlalu merasa kehilangan sosok Ibunya.

Bulan tetap menggeleng. "Apa kamu bisa membacakan dongeng untuknya setiap malam? Apa kamu bisa membujuknya saat dia nggak mau makan? Apa kamu bisa menghabiskan waktu untuk bermain dengannya?" cecar Bulan.

Tanpa harus menjawab pun mereka sama-sama tahu jawabannya. Hanya Bulan yang mampu melakukan hal itu, tapi dia tidak mungkin menyerah untuk memberikan Bumi pada Bulan.

"Benar kata kamu. Aku memang tidak bisa melakukan semua yang kamu bilang." Reza terlihat berpikir sejenak. "Tapi mungkin ... ada perempuan di luar sana yang bisa menggantikan posisi kamu sebagai Ibu Bumi."

Hati Bulan mencelos. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Bukan karena Reza yang akan mencari perempuan lain. Tapi Bumi? akankan nanti Bumi masih mengingatnya sebagai Ibu kandungnya, perempuan yang melahirkan dan mencintainya sejak dia tumbuhh dalam rahimnya.

Over The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang