1.

18 0 0
                                    

Hai, kenalkan. Namaku Jill. Sudahkah kau mengenalku? aku rasa belum.

Mari kita mulai perkenalan dengan diawali kegiatanku pagi ini.

Suara kereta MRT melintas dihadapanku dengan mulus terdengar dan berhenti beberapa detik kemudian.

Mau kemana aku? Tentu saja berangkat kuliah.

Dimana? Yup, disinilah aku belajar bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik.

Sebuah gedung bewarna putih dengan kaca jendela biru berdiri kokoh sejak 50 tahun yang lalu. Nama University X bewarna emas terpampang dengan megah.

Ya, nggak megah-megah amat juga sih.

Anyway, untuk menjadi seorang calon pendidik di masa depan aku tak hanya mempelajari hal-hal yang berbau methodology, pedagogy dan semacamnya. Aku juga bisa mengambil mata kuliah literatur dan linguistik bahasa.

Walaupun demikian, aku sebenarnya nggak berminat untuk menjadi seorang guru. Aku lebih memilih pekerjaan yang bisa membuatku bekerja dimana saja, seperti penerjemah, jurnalis atau mungkin penulis

Karena itu aku sangat senang ketika aku bisa mengambil matkul Introduction to Literature di semester ini.

Dosen pengampu matkul ini ialah Mrs. Amy. Dia adalah dosen muda yang sangat energik dan cerdas.

Beruntung aku bisa masuk di kelasnya setelah bertarung dengan puluhan mahasiswa saat online untuk memperebutkan kursi di kelasnya.

Phew.

Dan, here I am.

Duduk di kursi barisan tengah menanti kedatangan beliau. Disampingku, Andre sedang bergosip dengan anak lain.

Dia selalu begitu. Tak mau ketinggalan gosip sedikitpun. Mangkanya, ia bisa tahu rahasia setiap orang. Mulai dari dekan, dosen, mahasiswa, bahkan staff kebersihan pun!

Astaga, Andre benar-benar tak bisa menahan dirinya hingga ia duduk diatas mejanya. Aku pun menarik kebelakang bahunya agar ia duduk dengan baik karena Mrs. Amy akan segera datang sebentar lagi.

"What?!" tanyanya sembari memandangiku dengan kesal.

"Lo belum dengar gosip terbaru?"
Aku menggeleng dan memohon kepadanya untuk berhenti.

Andre tau aku nggak begitu suka bergosip, mungkin jika mendengarkan sedikit, yeah baiklah. Tapi, dia selalu membicarakan gosip-gosip bodoh dan murahan.

"Hey, ini hot news. Ada dosen baru yang katanya keren banget sampai-sampai katanya Miss Elina cinlok!"

Lihat? Semua kata 'katanya' itulah yang membuat semua gosipnya terdengar semakin murahan.

"Oke, gimana lo yakin kalo lo aja dengernya dari orang lain?!"

"Semua fakta berawal dari gosip, sayang."

Yup, itulah yang selalu dikatakannya.

Lagipula, dosen baru? Setahuku, dosen di prodi kami sepertinya memiliki cukup banyak dosen di setiap matkul dan cukup mubazir jika menambah seorang lagi.

Kecuali, jika ada dosen yang berhenti, mungkin cukup masuk akal.

Namun, sejauh ini belum ada kabar salah satu dari dosen kami yang berhenti, pensiun atau alasan lainnya.

Dan, pembicaraan tentang gosip murahan ini berhenti seketika Mrs. Amy memasuki ruangan kelas.

---

Seusai kelas, Mrs. Amy mengajakku berbicara. "Jill, aku mau meminjamkan sebuah buku untukmu."

"Untuk saya?" tanyaku hampir tak percaya.

"Yes, waktu kamu menjelaskan karakter Debbie kamu terdengar tertarik sekali. Kamu cukup tertarik dengan kelas literatur ini ya, Jill?" "Dan, aku punya sebuah novel yang karakter utamanya memiliki sifat yang sama. Let's go to the office."

Aku sangat antusias mendengarnya dan mengikuti Mrs. Amy ke kantor.

Di dalam kantor terdapat beberapa ruangan yang salah satunya adalah ruangan khusus dosen karena mahasiswa tidak boleh memasukinya.

Dan, aku berdiri di dekat pintu menunggu Mrs. Amy.

Tak sadar seseorang berdiri di belakangku dan berdehem.

Sontak aku menoleh dan mendapati seorang pria berbadan tinggi, tegap dengan rambut sedikit gondrong menatapku.

Aku ternganga melihatnya.

"Jangan berdiri didekat pintu, bisa?"

-------

TIGHT CORNERS (ENGLISH, BAHASA INDONESIA)Where stories live. Discover now