Pertemuan sekali seumur hidup (一期一会)

203 12 2
                                    

Seperti gulungan roll film yang panjang, waktuku yang telah kujalani bersama dirinya tidaklah sebentar. Bagiku, pertemuanku dengan nya adalah anugrah yang kudapati sepanjang hidupku ini. Aku tidak mau membuat orang lain menilai apa yang akan kuceritakan adalah buruk. Ini hanyalah cerita dari satu sisi yang tidak bisa kalian nilai dengan sebelah mata, karena belum tentu diriku yang selamanya benar. Tapi anggaplah ini seperti buku harian yang kutulis sejak pertama diriku bertemu dengan dirinya. Hingga akhirnya buku harian ku akan selesai pada masanya.

.

.

.

"Kamu suka denganku?" tanyaku gamblang kepada lelaki itu yang setiap hari bertukar pesan lewat chat.

"Sepertinya iya," balasnya dengan jeda, membuatku berpikir sejenak. Ada rasa beredebar didada ini tapi tidak terlalu, aku ragu apakah ini memang perasaan suka atau aku yang hanya terbawa suasana.

Tentu saja aku tidak langsung membalasnya, aku takut jika jawaban ku terkesan tergesa-gesa. Walaupun aku sudah tahu bahwa dia menyukaiku, dibuktikan dengan aku yang bertanya terlebih dahulu dibandingkan dia yang menyatakan lebih dulu. Tetapi tetap saja, aku takut kami hanya terbawa suasana dan memanfaatkan kesedihan kami masing-masing untuk saling bergantung.

Tetapi jika kupikir kembali bagaimana dia memperlakukanku, dan membuat diriku seperti seorang yang penting dalam hidupnya, aku tidak bisa jika tidak luluh.

"Baiklah, tapi tidak apa-apa kan kalau kita memulai dari awal? Karena saat ini aku belum menyukaimu, tapi kurasa seiring berjalannya waktu aku akan menyukaimu," balasku untuk perasaannya dihari itu.

"Terimakasih, kalau begitu mulai sekarang kita sepasang kekasih kan Hinata?" tanya nya dengan menyodorkan jari kelingkingnya.

"Yup, sekarang kita sepasang kekasih," balasku sembari mengaitkan jari kelingkingku. Aku tersenyum lebar, kurasa aku tidak salah memilih. Debaran ini semakin terasa, membuatku yakin bahwa aku memang tertarik kepadanya bukan hanya terbawa suasana. Sungguh, jika aku mengingatnya kembali, kami kekanakan sekali saat itu.

"Tapi Naruto-kun harus janji, bahwa kau tidak akan selingkuh, ya?" tanyaku sedikit memaksa.

"Tentu saja tidak, kan kau juga tahu Hinata kalau kita berdua ini sudah pernah diselingkuhi. Jadi, mana mungkin aku juga begitu," balas nya dengan nada kesal karena teringat masa lalu.

"Hahaha kan tidak ada yang tahu Naruto-kun, aku hanya memastikan," aku cukup geli melihat ekspresi kesal nya yang lucu, wajahnya memerah seperti akan meledak.

"Dasar kau ini," ujar nya sembari mengusap puncak kepalaku hingga rambutku sedikit berantakan.

"Aah! Mou! Naruto-kun! Jangan buat berantakan" jujur aku sedikit kesal jika rambutku berantakan, siapa juga yang tidak kan?

"Hahaha," sekarang lelaki itu yang tertawa melihat respon ku yang berlebihan.

Sungguh, kali ini aku benar-benar terpesona dengan dirinya yang terlihat sangat bersinar ketika tertawa. Aku jadi ingin selalu melihat tawanya, dan aku berharap bisa menjadi sumber kebahagiaannya. Begitulah janjiku dalam hati ketika kami pertama kali menjadi sepasang kekasih. Pertemuan ini yang mungkin akan menjadi pertemuan sekali seumur hidup bagi kita, entah akan bertahan sampai akhir atau akan selesai ditengah perjalanan.

.

.

.

"Kita bertemu hanya sekali jadi jangan sia sia kan"

.

つづく

Bersambung

あなたを手放す- Anata o tebanasu [Melepaskanmu] [Naruto Fanfiction]Where stories live. Discover now