Bab 2 - A Man with a White Hair

28 0 0
                                    

Raquel memandang ke luar jendela kereta, bibirnya mengulas senyum tipis. Udara sejuk pagi hari membuatnya nyaman, ia beberapa kali menghela napas, menikmati udara segar. Rambut panjang cokelat kemerahan miliknya diterpa angin, menambah sensasi sejuk ke wajahnya.

"Nona, apakah anda yakin kita harus ke padang Loseri? Apakah Anda tidak takut?" Ella yang duduk di samping Raquel menampakkan ekspresi khawatir.

"Takut? Kenapa?"

"Kabarnya, jalanan yang menuju Loseri itu rawan perampok." Ella melirik jendela, ke arah pohon-pohon di pinggir jalan yang terlalu rindang, sangat cocok menjadi tempat kejahatan.

Raquel tertawa, "Pagi-pagi begini tidak ada perampok, Ella. Tenang saja."

Ella menunduk, ia masih merasa takut, tapi juga tidak bisa mencegah keinginan Raquel. Majikannya itu sangat ingin memetik bunga aster alih-alih memetik bunga mawar atau zinia yang sudah ada di kebun keluarga Natkinson.

"Bunga aster melambangkan harapan dan kesetiaan, Ella. Selama bertahun-tahun aku setia menunggu kakakku kembali dan kali ini, dia benar-benar akan kembali. Eloam mengabulkan doaku, jadi, aku ingin mempersembahkan bunga yang cocok dengan harapanku untuk altar kapel."

Ella teringat kata-kata Raquel saat di kamar. Nonanya itu memang setiap minggu menyumbangkan bunga-bunga dari kebun keluarga ke kapel. Bunga-bunga itu kemudian Raquel tata sendiri untuk menghias altar. Ella sangat mengagumi putri Duke Natkinson itu. Bagi Ella, Raquel adalah sosok sempurna sebagai putri seorang bangsawan. Cantik, dermawan, dan baik hati.

Ella awalnya seorang gadis yang akan dijual menjadi budak secara ilegal oleh paman dan bibinya. Namun, pasukan Duke Natkinson menggagalkan operasi itu dan menyelamatkannya serta perempuan-perempuan lain. Ella yang saat itu tahu akan hidup sebatang kara berusaha membalas budi kepada keluarga Natkinson. Ia berjanji akan setia mengabdi seumur hidupnya. Kegigihannya itu meluluhkan hati Duke Natkinson dan akhirnya membuat Ella menjadi pelayan Raquel.

"Bunga aster hanya tumbuh beberapa bulan saja di musim panas. Sangat pas sekali waktunya."

Ucapan Raquel menyadarkan Ella dari lamunan masa lalunya. Namun, beberapa waktu kemudian mereka tersentak ke depan ketika kereta mendadak berhenti. Mereka lalu mendengar suara tawa beberapa lelaki di luar kereta.

"Serahkan harta benda kalian!" teriak salah seorang lelaki.

Raquel dan Ella saling berpegangan. Di luar, bunyi tubuh yang jatuh ke tanah terdengar kemudian diikuti erangan lelaki kusir kuda mereka. Tampaknya, mereka menyerang sang kusir. "Astaga, Nona. Kereta kita diserang perampok."

Raquel melihat wajah Ella yang ketakutan, ia bahkan bisa merasakan tubuh Ella yang gemetaran. Raquel menarik napas, menenangkan diri. Ia juga ketakutan. Sangat. Namun, jika ia juga lemah dan takut, mereka tak akan bisa menyelamatkan diri. Di saat seperti ini, Raquel menyesal pergi tanpa pengawalan.

Seorang perampok berjambang tebal membuka kereta dengan paksa dan menuntun dengan ancaman pisau tajam kepada kedua perempuan itu untuk turun.

Dua lelaki berwajah seram dan bercondet menjaga Raquel dan Ella yang saling berpegangan tangan dan tiga sisanya menggeledah kereta.

"Jika kalian menginginkan uang, aku ada beberapa keping koin, ambillah dan pergi dari sini." Raquel memberanikan diri berbicara dengan mereka. Kemudian ia mengambil kantong uang yang digantungkan di ornamen gaunnya dan melemparkannya kepada salah seorang di antara para perampok.

Lelaki bercondet yang menerima kantong itu membukanya, mengintip di dalam dan menggoyangkan kantong itu, praktis bunyi koin beradu terdengar.

"Hanya segini?"

The Secret Prince's AffectionWhere stories live. Discover now