14. [ H-1 ] Penyuluhan Bank Sampah

Start from the beginning
                                    

"Jadi niat gue ngumpulin kalian di sini buat bahas penyuluhan bank sampah besok. Sekarang Karin lagi ngedit surat peminjaman. Dan kita nggak perlu khawatir karena untuk masalah peminjaman tempat dan peralatan jelas dapet ACC langsung dari Pak Lurah. Gue juga mau bagi tugas. Nanti setelah suratnya jadi Jendra sama Karin yang bakal nganter langsung ke kelurahan. Sie konsumsi seperti biasa Hilman sama Sella udah bisa langsung eksekusi buat makanannya. Sisanya kepake buat pas acara kayak Seno sama Yusuf, gue minta tolong banget buat bantu angkat-angkat yaa. Jev juga bisa selagi lo nggak lagi dokumentasi. Shasha sama Talia kebagian ngatur warga, usahakan duduknya antara ibu-ibu sama bapak-bapak dipisah. Terus Ajeng sama Yesmin kalian bikin PPT buat materi besok. Gue bakal bantuin kok. Gue juga yang bakal sambutan. Ntar gampanglah gue bikinin rundown acaranya."

Semuanya terlihat manggut-manggut saja. "Kalau boleh tahu besok dimulai jam berapa acaranya?" tanya Ajeng.

"Harusnya jam 8 udah bisa dimulai. Jadi jam 6 kita siap-siap, jam 7an kita breafing. Buat yang baca doa gue masih bingung, kalian ada yang mau ngajuin diri?"

Tidak ada yang menjawab, semuanya diam. Mungkin mereka malu atau lebih tepatnya tidak hafal bacaan. Namun untuk acara yang seperti ini baca doa tidak harus menghafal. Cukup melihat catatan saja.

"Yaudah, kalau gitu biar gue yang milihin. Gimana kalau Jendra aja?" ucap Renan sembari menatap ke arah Jendra. Laki-laki itu sontak kaget karena sama sekali tidak mengira kalau dirinya lah yang dipilih.

"Jangan gue dong, Nan. Gue nggak bisa! Tuh Hilman tuh, mantan anak rohis."

"Sembarang. Enggak. Bohong!"

"Terus siapa?"

"Yaudah, gue aja kalau gitu," sahut Ajeng dengan tangan yang terangkat sebelah. Akhirnya ada juga yang mengorbankan diri. Namun belum sampai di situ saja. Ucapan Renan selanjutnya berhasil membuat yang lain diam seribu bahasa.

"Tinggal yang presentasi nih. Kira-kira ada yang mau jadi relawan?"

"Kenapa nggak lo aja?" ucapan Yusuf mendapat anggukan dari yang lain.

"Nggak bisa, bos. Gue udah sambutan. Yok angkat tangannya siapa yang mau," ucap Renan antusias.

"HILMAN."

Shasha yang sedari tadi diam kini mulai memperlihatkan keberadaannya-dengan cara menumbalkan temannya yang lain. Kalau tidak begitu bukan Shasha namanya.

"Lo punya mulut minta ditabok yaa, Sha. Kenapa lo pake nunjuk gue. Gue sengaja diem dari tadi biar nggak ditunjuk!" sungut Hilman tidak terima.

"Eh tapi bener juga, Hilman, kan ambil prodi ilkom. Gue rasa lo bakal lebih mudah buat nyampeiin materinya langsung." Karin terkekeh di akhir ucapannya. Ia tidak tahu tentang kebenaran yang ia ucapkan. Anggap saja hal tersebut merupakan cocoklogi.

"Kenapa nggak Yesmin aja? Dia, kan, yang kebagian nyari materi. Harusnya dia yang paham."

"Nggak juga, sih. Ini, kan, program kerja kita. Jadi meskipun kita nggak nyari materi dulu seenggaknya kita udah paham sama konsepnya. Tenang, ntar gue bantuin deh. Kita gantian."

Mau tidak mau, akhirnya Hilman setuju juga. Memangnya siapa lagi jika bukan dirinya yang akan menjelaskan? Oh tentu saja Yesmin. Tapi perempuan itu hanya akan membantunya jika mengalami kesulitan saja. Hilman tidak yakin kalau nanti mereka akan bergantian.

"Okeh, buat jobdisk-nya udah selesai. Sekarang giliran Jendra yang mau nyampaiin sesuatu. Silahkan, Jen."

Sebelum memulai pembahasannya, Jendra lebih dulu berdehem pelan. Laki-laki itu lalu memposisikan tubuhnya senyaman mungkin agar ia bisa menjelaskannya secara lancar. Meskipun tidak ada sangkut pautnya tapi Jendra tetap melakukannya.

Dear, KKNWhere stories live. Discover now