Part 5→Hadapi.

5.4K 236 1
                                    

p.o.v. Quinsa.

Aku Menyandarkan tubuhku di balik toilet, rumah sakit, menangis, "kenapa?, kenapa aku di pertemukan kembali dengannya?, tidak cukupkah, rasa sakit yang engkau berikan Tuhan?", Tanyaku menengada kelangit.

Setelah merasakan cukup tenang, aku berjalan keara wastafel, membersihkan diriku, tidak seharusnya aku begini, semuanya ada hikmahnya, buktinya dengan kejadian itu aku, dan kedua orang tuaku berkumpul, di tamba ada Kelvin di tenga tenga kami.

"Aku harus kuat, dan menghadapinya!!, Karenina yang dulu sudah tidak ada..., yang ada, Karenina Quinsha Klain yang kuat, semangat, dan pantang menyerah!", tekatku di dalam hati, menguatkanku.

____

Hari ini aku lalui, dari ruangan satu, keruangan yang lain, memeriksa berbagai pasyen, berbagai generasi, tua, muda, anak anak, ataupun lansia, tapi satu masalah, Jantung, pebunu yang mengerikan selain, Kangker.

"Huff...Melelahkan, memang, tapi aku senang bisa membantu mereka" .

Saat ini jam menunjukkan pukul 12:15, siang, saatnya makan siang, itupun aku di ingatkan  oleh suster Lili, Suster pendampingku, yang suaranya cetar membahana, aku juga kaget melihat kecerewetannya tadi, tapi tidak apalah yang terpenting cara kerja dan otaknya.

"Doter! Dokterr... !!
hos... hoss... !! ", suara ngosngosan Suster Lili, mengagetkanku yang tenga menyuapkan Baksoku di kantin rumah sakit.

"Ada apa Suster?", tanyaku langsung, menghentikan makanku.

"Itu Dok, pasyen Viv ruangan 012, anfal lagi Dok'!!", jelasnya masih ngos nyosan, kemungkinan dia berlari dari lantai empat, sampai kemari, ke kantin, di lantai bawah rumah sakit ini.

Segera saja aku bangkit dari dudukku, berlari, menuju ruangan yang telah di sebutkan tadi, tampa menunggu Suster Lili, dia membutuhkan bantuanku pikirku mempercepat langkahku.

___

Setelah aku memberikannya obat penenang, dan berbagai pemeriksaan lainnya, akhirnya Kakek, yang kuperiksa ini detak Jantungnya kembali normal.

"Alhamdulillah...", gumamku, setelah kakek itu, melewati masa kritisnya.

Aku menoleh keara Suster Lili yang juga tengah tersenyum melihat pasien kami telah kembali normal.

"Suster Lili, tolong kabari keluarga pasyen dan suru dia menemui saya, saya tunggu di ruanganku..", pesanku padanya.

Suster Lili mengangguk, mengerti, "Baik Dokter!".

Aku mengangguk sebagai balasan, dan berlalu, menuju ruanganku.

Setengah jam kemudian, suara ketukan di pintu, membuyarkan konsentrasiku membaca Dokumen, pasyen pasyen yang harus aku tangani.

"Tok...Tok..Tok..!!.

Sekali lagi, orang itu mengetuk.

"Masuk!", jawabku tegas dari dalam.

Sosok itu muncul, Regaldo Ashafat Darmawan, aku langsung menunduk, pura pura membaca Dokumen Dokumen yang aku pelajari tadi.

"Aku harus fokus, dan profesional...", yakinku dalam hati.

"Silahkan duduk Pak..", kataku formal, setelah dia berdiri di depan meja kerjaku.

Setelah aku yakin dia, sudah duduk, aku mendongakkan kepalaku, kearahnya, aku memang sudah membaca dan mempelajari Dokumen, tentang kesehatan Pak Rashan Darmawan, kakek Regaldo.

Aku melihat Sinar kekagetan di pupil matanya saat melihatku, tetapi dia bisa menguasai dirinya, menjadi normal kembali.

"Perkenalkan, nama saya Karenina Quinsha Klain, Dokter baru yang menangani, pak Rashan Dewantera karna kebetulan Dokter Arif sedang ada urusan di luar..", jelasku, memperkenalkan diriku terlebih dahulu, membuka suara.

Young Wild And Free? {Story 6}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang