Awal Mula

30.4K 1K 30
                                    

Jangan lupa vote & komen 😘

***

Karen melempar senyuman pada wanita bernama Hazel yang dirinya tahu sebagai salah satu teman dekat kakaknya di dunia modeling. Mereka baru berkenalan secara resmi hari ini. Sebelumnya dia pernah melihat Hazel main ke rumah sekali, hanya saja saat itu dia merasa bukan waktu yang tepat untuk mengajak berkenalan model papan atas dengan jutaan followers di instagram itu. Ada pekerjaan yang mengharuskannya segera pergi saat itu.

"Kenapa tadi tidak kesana saja, daripada disini sendirian?"

Hazel bergabung bersama Karen yang duduk sendirian di bar stool sembari membawa sebotol wine di tangan kanannya.

Karen mengikuti telunjuk Hazel yang mengarah ke ruang tamu dimana Sahira--kakaknya, sedang mengadakan pesta bersama teman-temannya untuk merayakan iklan terbaru dengan brand ternama yang akan dibintangi sang kakak. Sementara keberadaannya di apartemen sang kakak tak lain untuk membantu mempersiapkan hidangan pesta. Tentu saja Hira yang memintanya datang. Karena kakaknya pasti kerepotan bila melakukannya seorang diri.

Ngomong-ngomong, Hira beserta keempat temannya dimana dua diantaranya adalah laki-laki, mereka dalam keadaan tidak sadarkan diri--mabuk. Sebenarnya Karen ingin pergi sejak tadi karena tidak nyaman, tapi dia merasa memiliki tanggung jawab membersihkan apartemen. Lagipula Hira memintanya untuk menginap.

Ah ya, satu hal yang Karen lupakan. Wanita itu tidak melihat keberadaan Rasen--kekasih Hira. Si es balok yang susah sekali dibuat mencair. Um, itu hanya berlaku untuk Karen saja sebenarnya. Entah alasan apa yang membuat Rasen terlihat tidak menyukainya. Tapi dia sendiri juga tidak begitu menyukai pria itu. Jadi impas.

"Saya lebih suka menyendiri begini. Lagipula saya tidak mau mengganggu pesta kalian." Karen menjawab tanya Hazel sebelumnya.

"Kami tidak merasa terganggu sama sekali dengan keberadaan kamu, Ren."

Hazel tiba-tiba meraup gelas kosong milik Karen lalu mengisinya dengan isi dalam botol yang Hazel bawa.

"Saya tidak minum, Kak." tolak Karen yang ingin menarik gelasnya kembali namun ditahan Hazel.

"Ayolah Ren, sekali ini saja. Coba okay? Nanti kamu juga ketagihan."

Karen menggeleng. "Saya tidak pernah minum alkohol. Takut nanti mabuk."

"Makanya ini nyobain. Tenang saja, rasanya bikin nagih kok Ren. Ayolah, aku nggak ada temen minum. Mereka tidak seahli yang aku kira." kekeh Hazel yang kemudian menuangkan segelas wine untuk diserahkan pada Karen.

"Coba sekali aja Ren. Kamu pasti bakalan ketagihan deh."

Karen memandang ragu gelas dihadapannya.

"Ayo dong Karen. Kamu bakalan nyesel kalau nggak pernah nyicipin alkohol seumur hidup kamu."

Mencoba menghilangkan ragu, Karen meraih gelasnya lalu mencicipi minuman alkohol pertamanya. Ia lantas mengernyit saat merasakan keanehan yang menjalari lidahnya.

"Nggak enak," komentarnya yang membuat Hazel tertawa.

"Langsung diteguk semuanya, Karen. Ayo cobain deh,"

"Tapi Kak--"

"Udah coba aja!"

Karen mengangguk pasrah. Ia menjepit ujung hidungnya lebih dulu sebelum membabat habis segelas wine di tangannya. Awalnya hanya satu gelas, sampai akhirnya isi botol yang tadinya masih penuh, kini berhasil dihabiskan Karen seorang diri.

"Luar biasa!" Hazel bertepuk tangan heboh begitu mendapati botol yang sudah kosong. "Aku nggak nyangka kamu peminum yang handal, Ren."

Karen merasa kepalanya benar-benar pusing sekarang. Dia juga ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Parahnya, dia juga merasakan panas menjalari seluruh tubuhnya.

"Kak, rasanya kenapa gerah banget ya?" gumamnya dengan mata terpejam. "Kepalaku juga pusing, ingin muntah."

Hazel salah. Karena Karen justru merasa sangat menyesal telah mencoba minuman beralkohol yang akhirnya membuatnya sangat menderita.

"Ya udah kamu ke kamar aja Ren. Ganti baju habis itu istirahat. Mau aku anterin kesana?"

Karen menggeleng. "Aku bisa sendiri, Kak."

Karen nyaris saja terjatuh saat turun dari kursi seandainya Hazel tidak gesit menolongnya.

"Hati-hati, Karen. Saya pamit pulang kalau begitu. Udah nggak ada teman disini."

Karen hanya mengangguki tanpa mengatakan apapun lagi. Dia benar-benar pusing sekarang. Apalagi tubuhnya yang terasa begitu panas membuatnya tak tahan untuk melepas seluruh bajunya.

Klek.

Karen membuka pintu kamar yang telah Hira sediakan untuknya. Matanya sudah tak mampu lagi terbuka sempurna. Bahkan untuk melihat sekitar pun semuanya terasa membayang.

Tak tahan dengan panas yang menjalari tubuhnya, Karen segera melucuti pakaiannya dan berlari ke arah kamar mandi. Namun baru sampai diambang pintu, sebuah tangan kokoh memeluk perutnya dari belakang.

Ada rasa aneh yang menjalarinya. Keinginan untuk mandi langsung sirna. Karena kini tubuhnya membutuhkan hal lain yang lebih dari sekedar mandi air dingin. Tetapi dia terlalu sulit untuk memperjelas keinginan tubuhnya itu. Sampai akhirnya dia menemukan jawaban saat tangan kokoh tadi membawa tubuhnya ke ranjang lalu memberinya kenikmatan yang membuatnya terbebas dari rasa panas yang sejak tadi begitu menyiksanya.

"Ahhh, Hira.."

Dan Karen benar-benar akan menyesali semua kenikmatan yang dirinya dapatkan malam ini. Karena ada harga mahal yang harus dirinya bayar setelah ini.

***

Kayaknya aku udah kelewat gila deh. Bukannya rampungin cerita yang lain, ini malah nambahin beban hidup 😭🤣

Ini tuh semua gara2 dari kemarin keinget sama salah satu fanfiction yang dulu pernah aku buat. Aku lupa judulnya, tapi keinget sama sedikit ceritanya. Terus tiba2 pas lagi dengerin ost 49days, secara refleks otak dan tangan merancang nama. Lalu jadilah prolog ini 😭

Jadi ini tuh remake dari salah satu fanfiction aku. Udah lama banget jadi lupa deh judulnya apa 😁

Jangan tanya kapan up part 1 nya. Nanti lah kalo rame, mood dan banyak waktu, aku cicil dah beban hidup yang satu ini 🤣

Selamat datang di kegilaanku selanjutnya guys 🤗

-- 26 September 2021 --

Forced MarriageHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin