• Chapter three

Start from the beginning
                                    

"Nanti pipis nya kalau pemeriksaan udah selesai, oh atau ga di ruangan dokter aja pasti ada toilet kok," ucap Saddam.

"Huhf.." Shannon mendengus pelan, kali ini ia kalah dan tak bisa pergi kemana-mana lagi.

Hingga tak terasa langkah Saddam dan sang anak sudah berhenti tepat di depan ruangan yang bertuliskan Dr. Pramudipta. Saddam mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi asisten sang dokter agar membuka kan pintu. Dan benar saja tak lama pintu ruangan tersebut pun terbuka.

"Tuan Saddam dan Shannon Argani Adelard. Benar?" tanya suster yang membuka pintu ruangan itu.

"Ya, I'm Saddam and you can call me Saddam, just Saddam. Ah dan ini anak saya Shannon," jawab Saddam dengan tatapannya yang berubah datar.

"Baik tuan silahkan masuk dokter Dipta sudah menunggu kedatangan anda," sang suster pun mempersilahkan Saddam untuk masuk ke dalam beserta sang anak.

"Terimakasih nurse cantik!" bisik Shannon dengan senyum tipisnya yang membuat sang suster tersipu malu.

"Hi selamat siang tuan Saddam, silahkan duduk," sapa dokter Dipta ramah.

Saddam mengangguk dengan menunjukan senyum tipisnya lalu duduk di hadapan sang dokter, begitu juga dengan Shannon.

"Jadi anda dokter yang di rekomendasikan oleh dokter Lexa sebagai dokter pribadi anak saya yang baru selama di Indonesia?" tanya Saddam.

Sang dokter mengangguk, "betul sekali, saya Pramudipta yang mulai sekarang akan menjadi dokter pribadi Shannon. Dokter Lexa sudah mengirimkan data-data kesehatan Shannon, bahkan hasil pemeriksaan terakhir saat di Amerika pun sudah saya terima," jawab dokter Dipta.

"Alright, mulai sekarang saya menyerahkan sepenuhnya kesehatan anak saya pada anda. Jika terjadi kesalahan yang berakibat fatal, just wait and see.." ucap Saddam yang membuat bulu kuduk dokter Dipta meremang seketika.

"Ya saya pastikan tidak akan membuat kesalahan dan saya akan melakukan yang terbaik untuk Shannon."

Shannon yang mendengar basa basi antara ayah dan sang dokter pun mendelik malas.

"Ayah, periksa nya kapan sih? Aku udah bosen, lama banget!" lagi lagi Shannon kembali merengek, dan hal itu membuat dokter Dipta dan sang suster yang melihat pun gemas. Shannon memang terlihat tampan dan cool, tapi jika sudah merengek begini ia terlihat seperti anak kecil.

"Iya sabar dong dek, tadi udah janji kamu ga akan rewel, kok sekarang rewel gini? Kejantanan kamu harus di pertanyakan ga sih?"

Dokter Dipta yang mendengar Saddam berucap sangat lembut pada anaknya pun sontak di buat terkejut, padahal jelas-jelas sejak berbicara dengan dokter Dipta tadi, Saddam terkesan dingin dan tatapannya penuh dengan ancaman.

"Iya udah cepetan atuh, aku mau pulang, mau makan cheesecake tiramisu banyak-banyak!"

"Iya sabar cah bagus," Saddam mengusap lembut kepala sang anak.

"Hi Shannon," dokter Dipta menyapa Shannon dengan senyuman hangatnya karena mulai sekarang anak tampan itu akan menjadi pasiennya.

"Halow dokter! Ayo cepet periksa aku sekarang dok, aku mau cepet pulang! Ohiya dokter jangan takut sama pak Saddam, dia tuh luarnya emang serem tapi hati nya hello kitty banget lochhhhh!" oceh Saddam membuat dokter Dipta terkekeh pelan dan sang ayah mendelik malas.

"Memangnya Shannon sudah siap untuk mulai melakukan pemeriksaannya?"

"Siaplah! Ini udah siap banget dok, cepet dah."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EccedentesiastWhere stories live. Discover now