Bagian 1

3 0 0
                                    

"selamat pagi, gadis senja!" sapa seorang laki-laki seusiaku muncul secara tiba-tiba dari balik pintu kelas.

Aku hanya memutar bola mata malas dan melanjutkan kembali kegiatanku, menghapus papan tulis. Berhubung hari ini adalah jadwal piketku dan aku adalah orang yang pertama masuk kelas, jadi tidak ada salahnya aku hanya piket menghapus papan tulis. Walaupun aku tahu pasti nanti jika Miss Glenn masuk kelas aku akan diberi tugas tambahan untuk mengambil kacamatanya yang selalu tertinggal di laci guru.

"Aku merasa lapar deh, Ra. Kamu mau ke kantin bersamaku?" tanya laki-laki itu bangkit dari kursi yang sempat ia duduki beberapa menit lalu.

Aku menggeleng pelan. Laki-laki itu tiba-tiba mendekatkan jaraknya kepadaku. "Sayang sekali kamu belum pernah merasakan ambil 3 buah bakwan tapi hanya membayar 2 lainnya." Laki-laki itu kemudian pergi seenaknya keluar dari kelasku.

Kelas lengang sejenak. Bersyukur sekali saat laki-laki berambut seperti gembel itu keluar dari kelas. Beberapa saat kemudian teman-teman sekelasku satu-persatu datang.

"Oi oi oi, bantu tugas lah. Yang cantik yang manis, liat tugasnya dong bebep" seru salah satu teman laki-laki di kelasku. Namanya Rapi dengan dasi diikat di kepala yang menjadi ciri khasnya. Seringkali dia dimarahi oleh Miss Glenn atas semua kelakuannya itu, pun dengan rambutnya yang tidak dipangkas.

"Awas saja kalau besok rambutmu masih seperti itu, akan saya pangkas dengan pemangkas tanaman milik Mang Koko ya, Rapi!" ucap Miss Glenn berkacak pinggang minggu lalu. Semua siswa di kelas tertawa, tapi tersangka atas ceramah dari Miss Glenn hanya meringis menggaruk tengkuk kepalanya.

"Mira! Papan tulisnya sudah kamu bersihkan, ya? Kamu ini bagaimana sih! Ini kan tugasku, Ra" teriak perempuan seusiaku di depan kelas. Gadis itu berkacak pinggang menghadapku dengan kacamatanya yang terlihat berembun.

"Siapa cepat dia dapat. Kamu kan bisa menyiram tanaman di depan kelas, Del. Lagian aku juga lelah jika setiap piket harus menyiram tanaman, apalagi bolak-balik mengambil air di kamar mandi yang harus turun tangga juga" ucapku. Bukan karena lelah untuk naik-turun tangga sebenarnya. Hanya saja aku malas jika didapati oleh laki-laki biang kerok itu di sekitaran tangga kelas. Kerjaannya hanya mengganggu adik kelas ataupun teman seangkatan yang baru masuk sekolah. Jika tidak untuk menggoda murid perempuan pasti laki-laki itu juga akan menjahili siapapun siswa yang akan menaiki tangga. Yah, walaupun aku tahu jika piketku hanya menghapus papan tulis pasti nanti akan mendapat tugas mengambil kacamata Miss Glenn di laci guru juga. Menurutku itu lebih baik jika harus berpapasan dengan laki-laki biang kerok itu di tangga sebelum jam pelajaran berlangsung.

Aku berjalan santai menuruni anak tangga. Tujuanku mengambil kacamata Miss Glenn di laci guru. Terfokus melihat bawah aku tidak sengaja menabrak seseorang.

"Brukk!!"

Aku menatap orang itu. Aduh! Kenapa harus orang ini yang aku temui di jam pelajaran pertama seperti ini. Maksudku, lihat saja dia. Saat jam pelajaran pertama seperti ini, laki-laki bernama Raka itu malah membawa semangkuk nasi soto dan juga segelas esteh yang sekarang minuman itu telah tumpah di rok sekolahku.

"Miracle? Eh? Aduh maaf, maaf. Eh, bagaimana jika aku ambilkan tisu dulu di kelas? Atau bagaimana? Atau kamu mau memakai celana sekolahku?" ucapnya bingung meletakkan mangkuk sotonya dimana.

"Tidak perlu. Ini cuma tumpah sedikit, bisa dibasuh sama air di toilet" ucapku kemudian pergi perlahan dari pria menyebalkan itu. Maksudku, aku sudah tau Raka ini seperti apa. Tentang apa yang semua dia ucapkan tadi. Mengambil tisu di kelas? Lebih tepatnya pasti dia menodong tisu milik anak perempuan di kelasnya untuk diserahkan kepadaku.

Aku sempat menoleh ke belakang sekilas. Laki-laki itu sudah pergi tak ada wujudnya. Aku tidak peduli.

Aku membasuh rokku yang mulai terasa lengket terkena air esteh, sesekali berkaca merapikan poniku yang sedikit berantakan.

"tumben jam pelajaran kamu keluar kelas, Ra?" sapa seseorang yang tiba-tiba ada di sebelahku, membasuh tangannya di wastafel.

"eh. iya, aku mau ambil kacamatanya Miss Glenn di laci guru" Sesaat dia menoleh kepadaku kemudian fokus membenarkan dasi sekolahnya.

"selalu saja tertinggal, ya. maksudku, mungkin Miss Glenn sengaja meninggalkan kacamatanya di laci guru supaya anak yang piket hanya menghapus papan tulis atau mengelap jendela kelas mendapat kerja tambahan?"

Aku tertawa kecil mendengarnya. "mungkin saja begitu ya, Chel. Tapi aku tidak masalah sih, malah itu menyenangkan. Aku bisa melihat siswa yang dihukum di lapangan karena telat berangkat sekolah" ucapku sesekali melirik lapangan sekolah yang seperempat bagiannya digunakan untuk ceramah mendadak oleh guru konseling kepada siswa yang terlambat.

"hahaha, kamu bisa saja, Ra. Eh aku harus masuk kelas, hari ini ada ulangan biologi. Sampai jumpa ya, Ra?" katanya melambaikan tangan.

Aku ikut tersenyum dan melambaikan tangan kecil kepada perempuan itu.

Setelah menyerahkan kotak kacamata kepada Miss Glenn, aku dipersilahkan duduk di mejaku dan menyimak pelajaran kimia dengan seksama. Kelas lengang sejenak dengan Miss Glenn yang masih menulis rumus di papan tulis.

"Kamu pulang naik apa, Ra?" tanya Dela, teman sebangkuku. Sudah lima belas menit sejak bel pulang berbunyi, siswa yang piket hari ini masih membersihkan kelas. Aku sendiri mendapat bagian mengangkati kursi ke atas meja dan menutup korden.

"Bareng ayah deh, Del. Tadi katanya dia pulang siang hari ini"

Dela terlihat mendengus. "Aku pulang naik angkutan sendirian, dong. Malas sekali jika harus menghadapi asap rokok orangtua yang menyebar sembarangan di dalam angkutan"

Aku tertawa kecil melihat wajah kesal Dela. "Lain kali kamu jangan lupa bawa masker dari rumah saja, Del"

Dela ikut tertawa menyadari sikap kesalnya sendiri.

"Gimana sekolahnya, Ra?" sambut ayah di dalam mobil setelah aku mengunci pintu.

"Hmm baik kok yah, tadi ada materi baru dari Miss Glenn dan aku lumayan bisa mengikutinya" ucapku meletakkan ransel di kursi belakang.

"Kamu mau makan siang di luar? Soalnya tadi Bi Gina sempat menelpon ayah, katanya tetangganya ada yang meninggal dunia jadi dia tidak bisa masak untuk makan hari ini, Ra" kata ayahku menceritakan alasan tukang masak di rumahku tidak bisa berangkat bekerja.

"Iya Yah, eh? Kok Zalin belum pulang?" tanyaku mencari tahu sebab saudara perempuanku yang belum pulang.

"Zalin minggu ini tidur di rumah Mama, Ra. Otomatis Ayah tidak perlu menjemputnya karena sudah dijemput oleh Mama juga" ucap Ayah mulai menyalakan mesin mobilnya.

Aku mengangguk dalam diam. "Kita makan di mana, Yah?"

"Racle maunya dimana?"

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MIRACLEWhere stories live. Discover now