Dua

36 7 1
                                    

"Dek? Kenapa nangis? Mas ada salah yaa?" Akaashi mendapati istrinya sesenggukan di kamar.

(Name) diam saja, masih menangis, "Sayang, mas minta maaf ya kalau mas ada salah yaa?"

Akaashi benar-benar bingung melihat istrinya yang tangisnya makin menjadi. Dia tidak ingat apa yang dilakukannya hingga membuat istrinya kesal dan sedih seperti itu.

"Mas nyebelin.." Perempuan itu akhirnya membuka suara.

"Iyaa, mas minta maaf ya sayangku?" Akaashi mengusap wajah (name) pelan, menghapus air matanya. (Name) mengeratkan pelukannya, "Mas sayang aku ngga?"

"Mas sayang banget sama kamu, banget." Akaashi membelai rambut istrinya. Dia baru ingat, ini minggu adalah tanggal datang bulan (name), pantas saja suasana hatinya gampang berubah. Bagi para pria mungkin sulit memahami wanita. Akaashi pun terkadang begitu, seperti hari ini, istrinya tiba-tiba menangis. Namun Akaashi tau, wanita ingin dimengerti dan dimanja di saat-saat seperti ini.

"Sudah lebih tenang?"

(Name) yang masih tenggelam dalam pelukan Akaashi mengangguk. Akaashi membiarkan (name) dalam pelukannya sambil terus membelai lembut sang istri.

"Sayangku mau makan apa?"

Diam saja istrinya, rupanya tertidur. Akaashi membawa (name) tidur di kamarnya, menyelimutinya. Dia pergi ke supermarket untuk membeli snack, makanan, apapun itu yang disukai istrinya.

***

(Name) terbangun, mendapati suaminya, Akaashi tidur lelap di sampingnya. Dia menatap wajah Akaashi.

Kok bisa pria setampan dan sebaik ini menikah denganku?

"Mas.."

"Hmm?" Akaashi membuka matanya perlahan, "Sudah bangun yaa, mas tau pasti hari-hari pertama tidak nyaman dan merasa lelah."

"Iyaa mas, maaf bikin mas kerepotan."

"Mas itu ngga pernah merasa direpotkan, mas nikahin kamu sudah janji mau bikin kamu bahagia dek, perkara seperti itu memang sudah sewajarnya tugas mas sebagai suami kamu. Jadi, tidak perlu khawatir kamu merepotkan mas."

"Mass.." (name) mulai terisak.

Akaashi menyadari itu dan memeluk istrinya, hati perempuan memang bisa sangat sensitif, mereka memang diciptakan untuk disayangi dan dilindungi. Akaashi tau betul hal itu, "Kalau sudah lebih tenang, nanti kita makan yaa, mas sudah belikan jajan kesukaan kamu, nanti mau nonton juga?"

"Aku mau mas, tapi memangnya mas tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan?"

"Itu bisa dilakukan besok, hari ini mas mau nemenin kamu, masa ngga boleh?"

"Ya boleh mas, tapi kan,"

"Engga ada tapi lagi, nurut sama mas."

(Name) mengiyakan itu, dia senang sekali. Pada akhirnya memang Akaashi memilih menghabiskan waktunya bersama (name), menonton film berdua.

Perfect Pairजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें