Satu

122 11 1
                                    

"Sayangku, bangun yuk, sudah pagi."

"Sebentar lagi.."

Akaashi tersenyum menatap istrinya, "Yasudah, mas mau siap-siap dulu ya." Dia mengecup kening istrinya kemudian melanjutkan kegiatan paginya.

Akaashi bergegas mandi kemudian memasak sarapan pagi, nasi goreng telur. Dia tahu betul istrinya keras kepala semalam, merengek meminta begadang menonton film, lalu salah siapa jika perempuan itu susah dibangunkan pagi ini.

Tentu, salah Akaashi. Aturan pertama, wanita selalu benar.

Akaashi berganti pakaian dan kembali menuju kasur tempat istrinya, (name) dengan tampang berantakan masih tertidur, "Dek, ayo bangun dulu, mas mau berangkat."

(Name) membuka matanya perlahan, Akaashi masih terus memperhatikan wajah istrinya, "Masih ngantuk yaa?" Akaashi membelai istrinya lembut. Perempuan itu mengangguk.

"Nanti jangan lupa sarapan ya, mas sudah siapkan di meja makan. Mas berangkat dulu ya sayang.." Akaashi mengecup kening istrinya.

Lihat (name) yang kembali tertidur setelah kecupan itu, Akaashi menyelimuti istrinya, berangkat ke kantor.

10.30

Telepon berdering.

"Mas kok ngga bangunin aku?!"

Lihat, Akaashi sudah menduga ini. Sekarang perempuan itu bangun dan mengomel di telepon.

Salah siapa jika sudah begini, yap, tetap salah Akaashi. Aturan kedua, jika wanita salah, lihat aturan pertama.

"Dekk, dengerin mas dulu ya." Akaashi menjelaskan bagaimana dia sudah membangunkan (name) berulang kali pagi tadi.

"Aku harusnya bisa siapkan sarapan dan bekal buat mas.."

"Mas tau itu kok, mas ngga tega kamu kelihatan masih ngantuk dan cape. Gapapa, kan masih ada hari besok, yaa?" Akaashi mencoba menghibur istrinya.

"Iyaa.."

"Sarapannya sudah dimakan?"

"Belum, mas."

"Nanti dimakan yaa, mas juga udah kupasin mangga di kulkas, nanti dimakan juga yaa."

"Iyaa, setelah ini dimakan kok."

"Baguslah, mas lanjut kerja dulu yaa, nanti kalau mau nitip makanan atau apapun telpon mas yaa?"

(Name) mengiyakan itu, telepon ditutup. Sore harinya (name) ganti memasak untuk Akaashi, tebak apa yang dimasaknya, mie instan rebus. Pikirnya hujan di sore hari tidak lengkap tanpa mie rebus.

"Maaf ya mas, aku cuma bisa masak mie instan."

Akaashi senang saja dengan itu, "Mas seneng kamu masakin mas, kalaupun itu cuma mie instan. Mas bahagia dengan apapun yang kamu buat untuk mas." Akaashi tersenyum lembut menatap istrinya lalu menyantap mie instan bersama.

Senin yang sederhana, dengan mie instan sebagai penutupnya.

Perfect PairWhere stories live. Discover now