4. Pesta 🎊

104 24 9
                                    

Racelio diam di kursi taman terlihat keringat mengalir dari dahinya. Masih dengan pakaian besi yang menempel di sana. Matahari siang ini begitu terik membuat dirinya semakin panas, namun semilir angin seolah berhembus kencang untuk membuat suasana menjadi lebih segar.

Pikirannya berkelana teringat perkataan Rizard kemarin malam. Pestanya nanti malam bukan? Lantas mengapa sampai sekarang Ia tak diberitahu juga? Ada rasa sesak yang merambat di relung hati entah bagaimana hal semacam ini terjadi. Menyedihkan.

Napasnya berhembus pasrah, menyenderkan tubuh lelah itu ke senderan kursi. Matanya terarah ke depan melihat pengawal berlalu lalang. Tepat di balik pilar dekat pohon besar Ia melihat orang dengan jubah hitam. Terlihat mencurigakan.

Racelio berdiri ingin segera menghampiri dan mencari tau siapa sosok itu, namun belum genap langkahnya ada seseorang yang menarik tangan.

"Bunda mau bicara." Suara lembut itu menginsterupsi telinga Racel.

"Apa?"

"Ganti pakaianmu dulu. Bunda tunggu di ruang keluarga." Ia melepas pergelangan sang pangeran kemudian melenggang pergi.

"Apa yang kau harapkan Racel?" Monolognya sambil mengacak rambut.

🪴🪴

Disini Racelio sekarang, duduk diantara ayah dan bundanya. Hening, belum ada yang bersuara.

Raja dan ratu bersitatap seolah mengisyaratkan untuk memulai pembicaraan. Pangeran hanya menatap bosan kearah mereka. Lama.

"Nanti malam akan ada pesta di kerajaan." Raja dengan suara yang tegas akhirnya angkat bicara. Memberitahu.

Racel masih diam enggan bersuara. Ah tidak. Ia hanya menunggu kata selanjutnya. Tidak mungkin pesta biasa bukan? Seperti kata Rizard di malam sebelumnya.

"Akan ada banyak putri bangsawan yang hadir. Aku harap kamu memilih salah satu dari mereka. Kalaupun kau tidak mau perjodohan akan tetap dilanjutkan kami yang akan memilihkan pasangan untukmu." Imbuh sang bunda.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa harus aku? Bukankah kak Gei terlihat lebih siap dan pantas? Aku masih sangat muda untuk memikirkan hal tersebut. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan. Aku tidak peduli dengan keinginan kalian apapun alasannya. Aku akan tetap datang ke pesta tapi jangan harapkan aku menyetujui perjodohan sialan itu."

"Jaga bicaramu pangeran! Kau sedang bicara dengan raja bukan dengan ayahmu." Ucapnya dengan nada yang meninggi. Sang ratu menatapnya lembut mengisyaratkan untuk tenang.

"Itu perintah bukan tawaran."

"Maka aku aku sebagai rakyatmu akan membangkang." Pangeran tak mau kalah. Sungguh dia sudah sangat muak.

"Racelio." Suara sang raja rendah terdengar tegas. Tak mau ada penolakan.

"Apa? Tidak cukupkah kalian selalu mengatur hidupku bahkan sejak aku lahir di dunia ini? Menyuruhku berhenti melakukan hal-hal yang aku sukai, membatasi aktivitasku, memberi ku jadwal-jadwal yang tidak masuk akal, membatasi pergerakanku, bahkan kalian juga membatasi pertemananku!" Racelio tersulut emosi. Sudah cukup. Biarkan dia membangkang kali ini.

"Bahkan tidak ada pelukan hangat untukku, tidak ada kata-kata manis, tidak ada dongeng saat mau tidur, tidak ada senyum lembut atau bahkan masakan yang kalian buat dengan tangan sendiri untukku! Kalian yang membesarkanku dengan sifat egois! Kenapa hanya aku? Bahkan kulihat kalian lebih menyayangi kakak dan adik dibanding aku. Lalu kalian berharap aku masih mau menuruti perintah konyol itu?"

Sorot matanya menunjukkan rasa amarah. Menatap tajam kearah raja dan ratu. Jika mereka masih memaksakan kehendaknya maka Ia akan benar-benar kabur dari istana.

AGUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang