Episode 5 - Pemerasan

645 103 19
                                    

"Hanie cuma dikasih lima ribu sama Ayah."

"Minie tadi udah jajan jadi uangnya sisa tiga ribu."

Lino hanya bisa menatap datar uang lima ribuan di tangan Han juga selembar dua ribuan dan dua koin lima ratusan di tangan Seungmin. Seingatnya, uang sebanyak ini harusnya bisa membelikannya paling tidak lima bungkus es krim. Kenapa sekarang satupun tidak bisa?

"Sejak kapan es krim jadi semahal ini?" tanya Lino ke kasir yang menghitung belanjaan mereka. "Terakhir saya jajan, lima ribu itu bisa dapet tiga, ini kenapa lima ribu buat satu aja ga cukup?"

"Ada kenaikan pajak dari pemerintah, Kak." jawab si kasir asal. "Kalo kakak ga jadi beli biar saya balikin ke freezer lagi, nanti cair es krimnya." si kasir hendak mengambil es krim, tapi lengannya lebih dulu dicengkram oleh Lino. Dia mendapat tatapan tajam sebelum sosok itu menoleh ke dua bocah yang dibawanya.

"Hanie, telfon Ayah kamu, cepetan."

×××

Lino keluar minimarket dengan senyum juga dua batang es krim di kedua tangannya, sementara Han dan Seungmin memegang masing-masing satu di tangan mereka.

Oh, Chan juga membawa satu yang belum dibuka.

Iya, Chan akhirnya datang dan membereskan masalah di minimarket. Beruntung Han menelfonnya saat jam istirahat jadi Chan bisa datang. Kalau tidak mungkin Lino bisa mengamuk dan memberantakan semuanya.

"Bahagia, Lino?" tanya Chan melihat Lino menyantap es krimnya dengan lahap.

Lino mengangguk dan mengeluarkan es krim yang memenuhi mulutnya, "Sedikit."

"Cukup buat bayaran jaga Hanie hari ini?"

"Ga." jawab Lino langsung sebelum menunjuk Seungmin, "Dia buat boneka saya kotor."

Seungmin yang sedang menyantap es krimnya balas menatap kesal, "Minie 'kan udah minta maaf sama Ino."

"Tetap aja boneka saya kotor."

"Kotor kayak gimana, sih?"

Lino melirik Chan sebelum menoleh ke Han, "Kasih tau Ayah kamu, Hanie."

Setelahnya, Han mengambil boneka Lino dari tasnya dan menunjukannya ke ayahnya. "Ada bekas susu cokelat di kakinya, Ayah."

Chan mencoba mencari, memang ada sedikit noda cokelat, tapi dia hampir tidak melihatnya. Chan jadi dibuat tertawa. "Noda begini buat kamu berantem sama bocah lima tahun? Kamu umur berapa, Lino? Lima tahun?"

Wajah Lino seketika berubah datar. "Kamu ga tau seberapa berharganya itu boneka buat saya." ujarnya terdengar menahan amarah membuat Chan merinding seketika.

"Oke-oke. Saya minta maaf. Saya harusnya ga menilai tanpa tau keadaannya." balas Chan langsung. "Ya udah, nanti sampai rumah, bonekanya langsung saya cuci dan jemur."

"Sampai bersih?"

"Sampai bersih kayak sebelumnya."

Senyum Lino kembali terpahat. "Oke!" serunya girang sebelum beralih ke dua bocah di depannya. "Kalian berdua jangan buat kotor boneka saya lagi." ingatnya ke pelaku yang sudah mengotori bonekanya.

"Siap, Ino!"

"Iya, nanti Umin bawa susu putih aja biar kalo tumpah, boneka Ino ga kotor."

"Heh. Itu juga kotor. Sama aja."

"Tapikan...."

Perdebatan tiga bocah itu berlanjut dan Chan hanya bisa geleng kepala melihatnya.

×××

happy birthday uri bang-leader!
makasih juga selcanya inoo :")

dapet selca banginho 2 kali dalamsebulan gini rasanya ajaib banget :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dapet selca banginho 2 kali dalam
sebulan gini rasanya ajaib banget :")

yuk ga usah malu-malu keluarin semua selcanya yuk :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Azimat +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang