"Kita emang belom kenal. Tapi, kalo lo mau tau, sebenarnya kita udah pernah ketemu tiga kali sebelumnya—ah, lebih tepatnya, gue yang ngeliat dan nemuin lo. Gue yakin lo gak sadar—"

"Tiga kali? Di mana?" Sinbi menyela, keningnya mengernyit dalam. Otaknya pun mulai berproses, berusaha mengenali sosok pria di hadapannya. Apa iya, keduanya pernah bertemu? Okay, Sinbi terlihat sungguh clueless untuk kasus ini.

Pria itu kembali tersenyum, "di resepsinya Bang Seokjin-Sowon, di resepsinya Bang Kai-Kak Krystal, juga di resepsinya Minhyun-Bona. Dan sekarang kita ketemu lagi di sini, resepsinya Jonghyun-Nayoung. I guess, it's our destiny? Lucu, gak, sih, ketemunya di wedding party terus? Haha.."

Mulut Sinbi bungkam mendengar rentetan kata yang keluar dari bibir pria itu.

"Dan lo tau, apa bagian paling menariknya?" Manik Sinbi kini terpaku pada manik galaksi milik pria itu, seakan-akan menyuruh dirinya untuk tetap stay menatapnya. "Tiap gue nemuin lo, selalu dalam keadaan lo yang sibuk makan, acuh sama dunia di sekitar lo. Padahal ya, Bi, di nikahan kan rame banget, berisik. Tapi, lo kayak yang gak peduli gitu. Lo cuma peduli sama makanan. Lemme guess, lo sekarang pengen banget misuhin gue yang ngehalangin lo buat lari ke stall ice cream? Right?"

Mata Sinbi sudah terbelalak lebar sejak pria itu berujar kata 'makan'. Semburat merah mulai menjalar di wajahnya. Jadi, selama ini, ada orang yang mengawasinya ketika dia makan? What the fuck? God, for real? Do I look like a hungry pig? Damn!

Pasalnya, Sinbi sangat sadar diri, segila itu dirinya terhadap makanan. Iya, food for lyfe!!!! Apalagi ketika di pernikahan, waktunya all you can eat gratis. Ugh.

Eh, apa tadi katanya? Stall ice cream?

Sinbi sontak melirik arah stall ice cream yang berada tak jauh di seberang mejanya itu kini dipenuhi anak kecil yang mengantri.

"Eh, mau ke ma—" Gadis itu terkesiap ketika pria di hadapannya tiba-tiba bangkit berdiri.

"Tunggu di sini." Intruksi pria itu menyela dan berjalan menuju stall ice cream. Gadis itu tertegun memperhatikan punggung tegap pria itu, tubuhnya terbalut jas berwarna abu-abu, juga celana kain berbahan sama dengan jasnya. Sembari menunggu gilirannya mendapat ice cream, pria itu sesekali menyibak rambut hitam legamnya ke belakang. Membuat beberapa pasang mata—tentunya dari para perempuan di sekitarnya—menatap puja eksistensi makhluk seksi satu itu. Tak terkecuali Sinbi.

Kedua mata Sinbi membola ketika netranya bertubrukan dengan netra pria itu yang tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah Sinbi, lalu dengan sengaja mengedipkan satu matanya. Gadis itu tahu, dirinya tertangkap basah mengamati pria itu.

'Apa-apaan maksudnya, anjir?! Gue dikedipin cowok!'

'Wait, did I just check him out?'

Sinbi langsung memalingkan wajahnya, menatap sekitar—kecuali pada sosok pria aneh itu.

"Here," atensi Sinbi teralih pada empat cup ice cream yang disodorkan pria itu di atas meja, di hadapannya, "buat lo. Semua." Ujar pria itu riang kala Sinbi masih saja bergeming.

Kepala Sinbi mendongak, "semua?" Pria itu lantas mengangguk.

"S-serius, semua?!" Mata Sinbi melebar ketika hanya anggukkan kepala lagi yang didapat dari pria itu sebagai respon.

"Wow.." Gumam Sinbi pelan, nampak tak percaya. Ini benar-benar di luar nalarnya. Bayangkan, untuk mendapat cup ice cream yang kedua saja, biasanya dia harus menahan malu karena dua kali mengantri di stall ice cream, yang biasanya selalu dipenuhi anak kecil—yang sudah mengantri beberapa kali, bolak-balik, sampai diomeli penjaga stall.

instant-story [SinB]Where stories live. Discover now