“Perasaan itu sebenarnya ada, hanya ia enggan untuk menampakkan diri “
– Ar Dirga Alvarendra -
Dira berjalan dengan hati yang serasa di taburi segunung bunga di dalamnya, perasaan bahagianya membucah menyebar ke seluruh nadinya, mengalir bersama darah, dan berdetak manis seperti irama jantung.
Setelah 2 minggu pria itu menghilang, kini ia kembali dan ingin bertemu. Tepat di hari anniversary mereka ke 2 tahun. Hubungan yang bermula sejak mereka menginjak kelas IX dan berlanjut hingga saat ini, mereka akan memasuki bangku kelas XI
“Hi Dirga. Long time no see right?” sapa Dira hangat, ketika ia duduk berdampingan dengan pria itu di ujung dermaga. Membuat pria itu meliriknya dingin, tatapan yang aneh membuat kegirangan Dira melayaang pergi begitu saja, dan kini di gantikan dengan perasaan tak nyaman.
Entah apa, tetapi yang pasti hal buruk akan terjadi.
Sepersekian detik, keheningan menyelimuti mereka, di temani dengan gurauan angin sepoi sepoi dari laut, memainkan anak rambut Dira yang di biarkan tergerai begitu saja.
“Dira, ada hal penting yang harus gue bicarain sama lo.”
Dira menoleh, menatap Dirga yang kini tengah menatap lurus kedepan, entah menatap apa. Entah apa yang kini tengah pria itu pikirkan, tapi yang pasti hal ini penting, terdengar jelas dari suara beratnya tadi.
”Gue mau, kita putus Dir. Sejak awal, gue emang gak mau punya hubungan apapun sama cewek kayak lo.” Kata Dirga singkat
Dira tertegun, ia tidak akan percaya jika kata kata itu keluar dari mulut Dirga jika saja ia tidak memperhatikan pria itu dari tadi.
Leher Dira serasa di cekik ribuan tangan tak kasat mata. Dan lagi ‘cewek kaya lo’ apa maksudnya? memangnya seperti apa Dira dalam pikirannya ?
Dira berdiri dari duduknya diikuti dengan Dirga yang juga berdiri di hadapannya.
“Menurut lo gue cewek kayak apa, hm ?” tutur Dira kemudian, ia tak bisa menyangkal, ada kegetiran dalam nada suaranya.
Dirga menatapnya tajam, menampilkan ekspresi jijik, seolah gadis di hadapannya saat ini hanyalah seongok sampah, sebelum ia kembali melontarkan kalimat keji dari mulutnya.
“Lo mau tau cewek kayak apa lo dalam pikiran gue ?” Dirga terdiam sebentar, sebelum akhirnya kembali melanjutkan kalimatnya, yang sepertinya telah ia rencanakan sebelumnya
“ Lo itu cewek yang gak punya harga diri, cewek yang hanya bisa memberontak ke sana kemari untuk membuktikan kalau lo yang paling kuat, cewek yang selalu merasa paling hebat dan paling bisa diandelin dari cewek manapun, cewek yang selalu menganggap dirinya paling benar dari orang lain. Lo itu cewek paling egois dari semua cewek yang pernah gue temuin sebelumnya. Dan ya, yang harus lo tau, ini bukan pendapat gue aja, tapi ini pendapat dari semua orang yang pernah kenal sama lo. “
Deg….
Rasanya seperti ribuan belatih menyergap masuk kedalam jantungnya.
Kaki Dira melemas, matanya tiba tiba saja menjadi panas, jika ia berkedip sekali saja, ia yakin sebutir cairan bening akan lolos sempurna merosot melewati pipinya.
“Kalo gitu kenapa lo mau deket sama perempuan sehina gue ini?” Dira tak bisa mengendalikan suaranya yang tiba tiba saja menjadi serak dan bergetar.
Tak ada jawaban dari Dirga, pria itu bergeming di tempatnya, mungkin saja sedang mempersiapkan kata kata untuk membalas pertanyaan gadis itu.
“Jawab Ga !” Dira mendekati pria itu, memegang kedua lengannya dan sedikit mengguncang
“JAWAB GUE AR DIRGA!”
Menolak gadis itu hingga tersungkur, Dirga kemudian menjawab dengan nada tak kalah tinggi
“ YA KARENA GUE PENGEN MENANGIN TARUHAN ITU. GUE PENGEN BUKTIIN KALAU GUE BISA TAKLUKIN CEWEK KAYAK LO !”
