3. Menjelajahi hutan 🏞️

Mulai dari awal
                                    

"Kalian duluan saja. Aku masih ingin disini." Sebenarnya dia hanya tidak ingin pulang. Apalagi setelah mendengar fakta yang mengejutkan.

"Aku duluan." Kata Rizard kemudian menyeret Lora kasar. Lora hanya melotot tajam.

Hanya tersisa Racel disini. Sendirian. Menatap langit yang penuh dengan ratusan ribu bintang. Tiba-tiba saja Ia teringat masa kecilnya. Racel akan menuju atap untuk melihat bintang dikala hatinya terasa gundah.

Dan hal itu berlangsung hingga sekarang. Perasaanya akan jauh lebih baik.

Sudah berjam-jam ia berdiam diri di sini. Setelah merasa benar-benar bisa mengontrol emosinya ia memutuskan untuk pulang. Menelusuri jalan setapak menuju pedesaan.

Saat Ia sampai di tengah hutan tiba-tiba ada sekumpulan kunang-kunang yang menghampirinya. Membentuk sebuah senyuman.

"Kalian memintaku tersenyum?" Tanya pangeran memastikan. Kemudian kelompok kunang-kunang itu membentuk jempol tanda mengiyakan.

Pangeran tersenyum hangat. Terlihat manis. Senyum itu jarang sekali ia tunjukkan.

"Aku sudah tersenyum. Lalu apa?"

Kemudian mereka merubah bentuknya menjadi lampu bulat. Menemani pangeran sepanjang perjalanan pulang. Hingga sampai di perbatasan. Kumpulan kunang-kunang itu tiba-tiba menghilang.

Disisi lain ada manusia yang tersenyum menatap punggung pangeran. Senyum itu terlihat sangat licik.

"Tunggu sebentar lagi pangeran."

🪴🪴

Sesampainya di istana pangeran segera berjalan menuju kamarnya. Ingin segera beristirahat karena hari ini benar-benar melelahkan.

Namun saat melewati taman Ia melihat siluet manusia yang duduk sendirian sambil melihat ke arah kolam.

"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut malam." Kata pangeran kepada orang itu.

"Ah kakak sudah pulang? Apa kau baik-baik saja?" Itu adiknya yang terlihat sangat antusias melihat kakaknya bertanya khawatir?

"Tentu aku baik-baik saja. Kenapa masih disini? Tidur El."

"Aku hanya menunggumu. Tadi aku dihukum bunda." Katanya mengadu.

"Lain kali jangan menungguku. Laku kenapa kau bisa sampai dihukum bunda?"

"Ketahuan bolos latihan pedang." Elvano berkata sambil menundukkan kepala takut kalau sang abang juga akan memarahinya.

"Kau belum makan?" Tanya Racelio memastikan. Wajah sang adik terlihat sangat pucat. Apalagi kalau dihukum bunda pasti dirinya tidak akan mau bertemu di meja makan. Ia cukup hapal dengan hal itu.

Elvano mendongak kemudian menggeleng pelan. Terlihat senang ketika kakaknya perhatian.

Kemudian tangannya digandeng. Berjalan mengikuti langkah Racelio. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan keduanya saling bungkam. Canggung.

Ia sudah sampai di kamar sang kakak? Untuk apa?

"Kau mau ikut aku memasak atau menuggu di kasurku?" Menoleh menatap Elvano.

"Ikut memasak. Tapi kenapa kesini? Kenapa tidak ke dapur?" Tanya El penasaran.

"Disini juga ada dapur El."

AGUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang