Penyembuh.

0 0 0
                                    

  "Tidak semua yang terlihat baik akan menjadi yang terbaik"

    Pagi ini Ara sudah berada di sekolah dengan malas seperti tidak ada semangat hidup ia berjalan datar dengan tatapn lurus kedepan.

DUKKK!!

"Awwhh" ringis Ara setelah tubuhnya tertabrak seorang laki laki.

"kalo jalan pake mata bisa ga!" omel Ara "lo yang jalan sambil ngelamun" Ara mengenali suara itu , suara Rion.

"kalo jalan jangan sambil ngelamun" ucap Rion.

Mata ara tertuju pada lengan Rion di jari jrinya terdapat memar seperti...

pukulan?? Rion memukuli tembok?

"Kalo stress jangan jadiin tembok sasaran" balas Ara.

"maksut lo?" Ara tidak menjawab ia langsung menarik lengan Rion ke ruang Osis.

Ara mengambil minyak kelapa dari laci miliknyaa "lo bawa bawa minyak kelapa kesekolah?" tanya Rion

"dari pada gua bawa kelapanya?" bener si Raa tapi kan... ahhh ya sudahlah.

"ngga gitu" Ara tidak menghiraukan ucapan Rion Ia meraih tangan Rion dan mengoleskan minyak kelapa pada memar di tangan Rion.

"Mata lo tajem juga"

"Mata elang nih" Ucap Ara membanggakan diri.

"Dasar bocil" Ara tidak terima diri nya di sebut bocil Ara menekan memar di lengan Rion.

"shhh.. .sakit raa"

"biarin , biar lo kecil"

"lo kira itu tombol pengicil" Ara kembali mengoleskan minyak pada lengan Rion.

"Jangan mukulin tembok , dia ga salah"

•••

Ara berada di kelas namun pikiran nya melayang ntah kemana semua terasa berenang berenang di dalam kepalanya.

"AHZA AARA MAHARDIKA!!  lamunan Ara buyar saat seorang guru meneriaki namanya

"kenapa buu?" jawab santai

"kenapa kenapa! masih bisa yaa kamu jawab santai kaya gitu! Kamu tidak memperhatikan pelajaran ibu!" bentaknya.

Ara sangat membenci orang yang tau akan truama pada dirinya tapi tetap memperlakukan seperti itu.

"Saya keluar!" ucapnya beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kelas.

"Raaa! Aaraaa!!  panggil repa,  teman ara , namun tidak di hiraukan.

Ara memang memiliki watak dan sifat yang keras , tapi ia masih bisa menghargai orang yang juga menghargainya.

Bu ningsih selaku guru yang sedang mengajar itu tau trauma seorang Ara itu seperti apa , saat Ara keluar barulah ia tersadar akan apa yang ia lakukan barusan.

Bu ningsih yakin saat ini Ara sedang menangis karena bentakannya yang terlalu keras tadi.

Hati Ara sedang sensitif tidak bisa tersenggol sedikit. Saat ini Ara sangat mudah menangis .

ARA DAN LUKA ( ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang