1 - Surat Pertama

37 9 0
                                    

“SESEORANG AKAN MATI!”

~~~

“Surat bodoh dari siapa ini?” tanyanya dengan suara sedikit meninggi. Siapa yang tak kaget membaca surat iseng seperti itu di pagi buta? Gadis bernama Olivia itu meremas kertas itu, kemudian berbalik membanting pintunya.
Olivia berbalik ke kamarnya, ia hanya ingin tidur sejenak setelah semalaman menghabiskan waktu dengan tugas kuliahnya. Ia merasa tulang belakangnya remuk dan bengkok, ia butuh istirahat walau hanya sekejap.

~~~

“Hei, Parker!” sapa seorang lelaki berambut pirang dengan suara beratnya yang khas. Lelaki itu berlari ke arahnya dengan senyum melebar di bibirnya.

Olivia tersenyum memandang anak lelaki itu. Seketika rasa kantuknya hilang. “Hei, Chard! Sudah kubilang, jangan panggil aku seperti itu,” ocehnya sesaat Richard sampai di hadapannya.

Richard mengangkat kedua bahunya, seraya berkata, “Bukankah itu nama belakangmu? Olivia Parker!” Ia merangkul gadis, mereka berjalan bersisian menyusuri trotoran kompleks yang masih sepi.

Olivia memutar bola matanya, diam tak menggubris ucapan Richard. Mereka sudah berteman saat Olivia pindah ke kompleks ini, dulu sekali saat mereka masih seperti bocah yang lucu.

Dari dekat, Olivia dapat mencium aroma Richard yang lembut. Aroma musk bercampur dengan aroma alami badan Richard yang khas menimbulkan rasa tenang dalam diri Olivia. Gadis itu berjalan sambil nenutup matanya untuk sesaat, menyesap aroma lembut itu dalam-dalam.

“Kau mengendusku?” tanya Richard dengan suara serak, menolehkan kepalanya ke arah Olivia, menyisakan sedikit jarak bagi kulit mereka agar tak bersentuhan.

Olivia melepaskan rangkulan Richard dan berjalan agak menjauh dari lelaki itu. “Kau mengatakan hal itu seolah tak ada hal lain yang dapat kulakukan di pagi hari seperti ini,” ujarnya dengan suara pelan, ia berkilah. Padahal, hal itu sering ia lakukan setiap saat bersama lelaki tampan itu.

Richard kembali merangkulnya, kali ini lebih erat sehingga dirinya hilang keseimbangan. “Aku tahu kau sering melakukan itu, Parker! Aku akui tubuhku memang nemiliki aroma yang berbeda dan tentunya membuat semua gadis merasa nyaman,” tuturnya panjang lebar, merasa sangat percaya diri.

Gadis berambut cokelat itu hanya diam dan memutar bola matanya. Ia duduk di sebuah halte, sesekali mengecek ponselnya, barangkali ada seseorang yang mengiriminya pesan.

Sebuah bus berhenti tepat di depan mereka, Richard menarik lengan Olivia untuk masuk ke bus yang cukup ramai itu. Untungnya masih ada beberapa kursi kosong tersisa. Mereka duduk bersebelahan, Olivia lebih memilih duduk di sisi jendela agar bisa menikmati lalu lalang kendaraan di pagi hari.

Seketika ia teringat akan surat aneh yang ia dapatkan di teras rumahnya. “Chard,” panggilnya tanpa menoleh ke arah lelaki itu, pandangannya hanya fokus pada jalanan.

Richard bergumam tak jelas.

“Aku mendapatkan sebuah surat tadi pagi.”

Alis Richard bertaut. “Surat apa?” tanya lelaki itu.
Olivia merogoh isi tasnya, sengaja surat itu dimasukkan ke tasnya. Sebuah gumpalan kertas diraih dan ditunjukkannya kepada Richard. “Lihatlah isinya, aku tak mengerti mengapa aku bisa mendapatkan surat ini,” ujarnya gusar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The First PersonWhere stories live. Discover now