BAB 18

20 6 0
                                    

Tangisan alam berhenti, menyisakan hawa dingin dan genangan air di mana-mana. Dili dan Satria duduk di bawah pohon yang berada di atas tonjolan tanah. Karena daunnya lebat dan dahannya panjang, akar-akar yang menonjol serta tanah di sekitar batang pohon tidak basah. Menjadi tempat yang cocok untuk beristirahat.

Dili melirik tangan kanannya yang masih di genggam oleh Satria, lalu memandangi wajah Satria yang memerah, matanya tertutup tapi sekali-sekali dia berusaha membukanya kembali. Dili menempelkan telapak tangan kirinya ke dahi Satria, cukup panas, ternyata Satria tertidur bukan hanya karena mengantuk atau lelah, dia terserang demam.

Kepala Satria tertunduk, kali ini dia benar-benar terlelap. Dili menyandarkan kepala Satria ke bahunya, dan mengusir nyamuk-nyamuk yang menyerang mereka dengan mengibaskan tangannya. Matanya terjaga sepanjang malam sambil menanti dengan sabar terbitnya pelita alam.

Tadinya mereka hanya berniat untuk istirahat sebentar, tapi melihat keadaan Satria yang kurang baik, Dili memutuskan untuk tidak membangunkan Satria. Malam yang panjang dinikmati oleh Dili dengan mendengarkan nyanyian jangkrik dan belalang, sesekali dikacaukan oleh kebisingan dari makhluk yang berlalu-lalang, Dili mengacuhkan mereka yang tertarik dengan kehadiran manusia spesial yang bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk seperti mereka.

Area hutan yang harusnya hening bagi orang normal, tidak berlaku untuk Dili dan Satria. Hanya saja, Satria tampak lelap dalam tidurnya, tubuhnya memang perlu istirahat agar bisa kembali pulih.

Tidak lama setelah Satria tertidur, Arman lewat bersama Ika, Dili meminta Arman untuk segera membawa Ika ke tenda mereka karena melihat kondisi Ika yang lemah sampai harus digendong oleh Arman. Teman kelompok Satria juga datang karena khawatir Satria tidak kunjung kembali ke tenda, tapi Dili melarang dia untuk membangunkan Satria dan menyarankan untuk segera kembali ke tenda untuk menjaga teman-teman sekelompoknya yang lebih membutuhkan laki-laki di kelompok mereka.

Meski tidak tega meninggalkan Dili dan Satria, dia merasa pendapat Dili ada benarnya juga mengingat hanya ada dua di laki-laki di kelompok mereka, salah satunya Satria yang kondisinya sedang kurang sehat sehingga perlu dibiarkan beristirahat. Dia memberikan jaketnya untuk menyelimuti Satria, lalu berjanji pada Dili untuk mengecek kondisi mereka setiap satu jam sekali.

Sinar mentari pagi membangunkan Satria, suhu tubuhnya sudah kembali normal. Hawa dingin dikalahkan oleh kehangatan yang ditularkan oleh sang Surya, kicauan burung bernyanyi riang menyambut datangnya cahaya yang mengusir kegelapan. Satria menatap wajah Dili yang tampak bahagia menatap ufuk timur yang kemerahan.

“Selamat pagi, Dili.” Satria melengkungkan bibirnya saat kedua pasang mata mereka bertemu. Dili menempelkan telapak tangan kirinya ke dahi Satria untuk memastikan kondisinya pagi ini. Barulah Satria tersadar bahwa tangan kirinya masih menggenggam erat tangan kanan Dili, dia segera melepaskannya, takut membuat Dili merasa tidak nyaman.

“Maaf, apa tanganmu mati rasa?”

“Tidak papa. Syukurlah demammu sudah reda. Tadi malam Rifal bolak-balik ke sini untuk mengecek kondisimu dan membantu menyalakan api unggun untuk kita, kamu beruntung punya teman kelompok sebaik dia.”

“Maaf aku merepotkanmu. Sepertinya tadi malam kamu tidak bisa tidur karena menjagaku.” Satria sadar bahwa Dili tidak tidur karena melihat matanya yang tampak sayu. Dia menyalahkan dirinya yang tidak bisa diandalkan, harusnya dialah yang menjaga Dili, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Malam sebelumnya sepulang dari LDK, Satria tidak tidur semalaman karena mengkhawatirkan kondisi ibu angkatnya, dia terus terjaga di samping ibunya untuk memastikan tidak terjadi hal buruk pada wanita yang sangat disayanginya itu. Paginya dia langsung berangkat ke sekolah, karena tergesa-gesa dia tidak sempat sarapan. Lalu di kegiatan bertahan hidup sekarang, mereka bahkan tidak dibekali makanan.

Good Generation (TERBIT✓)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora