29. Another Spy

288 49 25
                                    

Mobil yang ditumpangi keduanya sudah berhenti di basement kantor, lelaki cantik bermarga Yoon itu tampak memerhatikan temannya lekat, hingga yang ditatap sadar dan balik menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Ada apa? Bicaralah, Han. Demi Tuhan, lima belas menit lagi jam kerja dimulai, dan jika aku terlambat saat akan ada rapat di divisiku pagi ini, itu bukanlah hal baik."

Alih-alih menjawab, Jeonghan meletakkan kedua tangannya di kedua sisi bahu rekan yang juga sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri.

Bias sendu itu ditangkap Taehyung dengan baik, dan sepertinya ia tahu apa yang tengah dipikirkan lelaki cantik itu.

"Berjanji padaku untuk menjaga dirimu sendiri dengan sangat baik, Tae. Kumohon. Kami menunggumu kembali secepatnya, Capt."

Senyum tulus diberikan Taehyung, kemudian ia menepuk pelan bahu itu. "Tenanglah, kau seperti sedang mengantarku ke medan perang. Aku masih di sini, bersama kalian. Aku hanya akan lebih fokus dan menghabiskan waktu bersama si keparat Seokjin itu demi keberhasilan misi kita. Dan tentu saja aku akan menjaga diri dengan baik."

Kedua tangannya turun dari bahu lelaki Kim itu, kemudian menghela berat. "Bagiku ini sama seperti medan perang, Tae. Tsk, kau merusak suasana." Rutuknya.

Terkekeh, kemudian menepuk-nepuk bahu lelaki Yoon itu. "Kau saja yang berlebihan. Ayo, bersemangatlah! Kita selesaikan misi bedebah ini secepatnya. Aku ingin pergi berkencan dengan benar."

Satu alis terangkat, Jeonghan menatap Taehyung menyelidik. "Berkencan? Jangan katakan kau dan Johnny sudah resmi menjadi sepasang kekasih? Mengakulah! Gerak-gerik kalian pagi ini sungguh mencurigakan."

Taehyung mendengus, menunduk untuk membuka kunci layar ponsel barunya, mendapatkan pesan dari yang tengah mereka bicarakan, hingga senyuman terbentuk pasca membaca deret kalimat di sana.

"Belum, kami memutuskan untuk meresmikannya setelah misi sialan ini selesai."

"Jika ada yang ingin kau katakan, lebih baik saat makan siang saja, Han. Demi Tuhan, kita hampir terlambat masuk." Ujar Taehyung setelah menonaktifkan daya ponsel barunya, menyembunyikannya di tas agar Seokjin tak mengetahuinya.

Embusan napas diberikan lelaki Yoon itu, kemudian mengangguk seraya melepaskan seat belt.

"Aku berencana mencari tahu soal mini GPS-ku hari ini, nanti kukabari hasilnya melalui chat dari nomor baruku sepulang kerja." Infonya sebelum keduanya keluar dari mobil.

Jeonghan mengangguk kecil, kemudian berujar dengan pelan. "Pastikan saja jam tangan barumu tidak hilang kali ini, di sana Johnny sudah menyisipkan mini GPS juga."

Taehyung tak bersuara, hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Keduanya melangkah cepat menuju lantai divisi masing-masing.
.

.

.

Gerah.

Taehyung merasa gerah kala sepasang manik sepekat malam itu menatapnya lekat alih-alih berfokus pada apa yang ditampilkan proyektor di papan presentasi.

Ia tidak bodoh pun buta, ia dapat melihat tatapan lurus Seokjin jelas tertuju padanya seorang. Bahkan mungkin orang dungu sekalipun tahu.

"Demikian presentasi saya mengenai neraca laba-rugi per bulan ini, Daepyo-nim."

Akhirnya Taehyung bisa bernapas dengan benar setelah Seokjin kembali memusatkan pandangan pada rekan kerjanya yang baru saja menyelesaikan presentasinya. Kasihan, seluruh kerja kerasnya dalam mempersiapkan presentasi ini sama sekali tak dihargai lelaki adikuasa bermarga Kim itu.

DEVIL'S ALLUREWhere stories live. Discover now