Part 14

1.9K 412 46
                                    

"Yan, ada yang mau aku katakan sama kamu." Kaysha membuka percakapan di dalam mobil ketika ia dan Aryan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.

"Apa?" Aryan menoleh sejenak sebelum kembali memusatkan perhatian pada laju mobilnya.

Kaysha meremas jemarinya, gugup. Ia mencuri pandang sebentar lalu menunduk kembali di detik berikutnya. Meragu pada niatnya untuk mengungkapkan kebenaran kepada pria itu.

"Kok diem?"

Lama tak mendapatkan jawaban membuat Aryan menoleh untuk sekedar memeriksa. Kaysha dengan segala keraguannya tertangkap oleh netranya.

"Ada apa?" Pertanyaan melantun sekali lagi, kali ini di sertai dengan usapan lembut di kepala wanita itu.

Kesiap halus, Kaysha reflek menoleh. Wajahnya sontak merona. Membayangkan dirinya harus bercerita kepada Aryan membuat kulit wajahnya terasa panas.

"A-aku...."

"Apa?" Aryan bertanya lagi dengan tak sabar.

Kaysha menelan ludah dan mulai mengatur nafasnya pelan-pelan. "Sebenarnya aku bingung, aku harus periksa kemana?" Ia menggigit bibirnya sembari menunduk dalam.

"Maksud kamu?" Aryan menoleh dengan tatapan kebingungannya.

Kaysha memejam sebentar. "Aku bohong saat bilang kaki aku terkilir," akunya saat berhasil mendapatkan keberanian.

Aryan mendengkus. "Masih mengelak aja kamu ya!"

"Yan, aku serius." Kaysha memutar badannya menghadap kearah kemudi, lebih tepatnya kearah Aryan yang kini masih fokus menyetir. "Bukan kakiku yang sakit, tapi...."

"Tapi apa Kay?"

Kaysha menunduk lagi, mencari keberanian sejenak. "Milikku yang sakit."

Ciiiitttt.

Rem di injak dengan mendadak. Meski kendaraan lumayan lengang, tapi perhentian mobil mereka yang tiba-tiba berhasil mengundang sumpah serapah dari beberapa kendaraan lain yang berada di sekitarnya.

Aryan menoleh ke sekitar, beberapa klakson masih di bunyikan oleh mereka yang merasa lajunya terganggu. Ia lalu kembali menjalankan mobilnya ke sisi jalan, tempat alternative yang ia pilih untuk bisa berbicara dengan nyaman.

"Kamu ... serius?" tanya Aryan setelah terdiam cukup lama.

"Kamu pikir?" Kaysha membuang wajahnya ke arah kaca jendela, terlalu malu untuk membahasnya lebih jauh.

"Jadi itu penyebab kamu demam kemarin? Gara-gara aku penyebabnya?" Aryan menyimpulkan, rautnya tampak di penuhi rasa bersalah.

Tidak menjawab, Kaysha hanya menggigiti kukunya. Tapi kemudian jemarinya di raih oleh Aryan.

"Kamu kenapa nggak bilang sama aku sih Kay?" Aryan melepas sabuk pengamannya lalu menghadap kearah Kaysha dan menahan tangan wanita itu berada di dalam genggamannya.

Kaysha terisak pelan. "Aku malu Yan. Kamu pikir, mudah untukku ngomong kayak gini sama kamu?"

Tertegun sejenak, Aryan lalu menyentuh lengan Kaysha, memaksa wanita itu untuk menghadap padanya. Mereka berpandangan sejenak, wajah Kaysha yang di basahi air mata seketika di usap lembut oleh Aryan.

"Kita sahabat bukan? Sejak kecil kita sudah tumbuh bersama. Kita saling mengenal satu sama lain dengan baik. Aku bahkan satu-satunya pria yang pernah berada di tempat yang belum pernah di datangi oleh pria manapun. Lalu apa yang membuatmu masih meragukan diriku, hmm?"

Kaysha terdiam, menatap dalam sepasang netra pria itu dengan rongga dadanya yang kian menyempit.

Justru karena kita adalah sahabat, tidak seharusnya kamu mendatangi tempat itu.

Kaysha (ONLY YOU)Where stories live. Discover now