Prolog

9K 629 55
                                    

"Aryan! Aryan!"

Suara teriakan yang di dominasi oleh para siswi SMA internasional itu menggema di sekeliling area lapangan basket, tempat kedua regu tengah melakukan pertandingan dengan sengit.

Seorang siswa berperawakan tinggi dengan memakai hadband hitam itu bergerak dengan begitu lincahnya, melewati beberapa pemain lawan sambil mendribel bola sebelum melemparnya kedalam ring. Bola masuk dengan sempurna tanpa menyentuh ring sama sekali. Sontak keberhasilannya itu di sambut gembira oleh rekan satu timnya. Pun dengan para penonton yang memadati sekitar lapangan itu.

Tak lama kemudian suara peluit terdengar sebagai pertanda akhir dari pertandingan. Siswa dengan postur tinggi itu masih menjadi sosok yang dieluk-elukan oleh semua orang, mengingat selama pertandingan dirinya berhasil mencetak banyak angka untuk timnya dalam mencapai kemenangan.

Usai menyalami satu persatu lawannya dari sekolah lain. Ia menoleh ke area penonton yang beberapa di antaranya mulai membubarkan diri untuk kembali ke kelas masing-masing. Keningnya mengerut dalam saat tak berhasil menemukan sosok yang di carinya di antara kerumunan itu.

"Aryan?"

Ia seketika menoleh saat seseorang memanggil namanya. Seorang siswi dengan gaya rambutnya yang seperti Barbie menghampiri sambil membawa satu cup milk shake coklat di tangan.

"Ini buat kamu," kata gadis itu.

Aryan tersenyum ramah seraya menerima pemberian itu. "Thanks ya Ran."

Rania tersenyum senang melihat es pemberiannya di terima dengan baik oleh Aryan. "Kamu pasti haus banget kan? Jadi aku beliin itu untuk kamu," kata gadis itu dengan tatapan memujanya.

"Ekhem. Ko cuma Aryan aja sih yang di bawain minuman, buat kita-kitanya mana?" Seorang teman setimnya menyeletuk, menarik perhatian Rania dari wajah tampan Aryan.

Rania yang tengah sibuk mengagumi keindahan wajah serta tubuh dari sang kapten sontak menoleh dan ekspresinya pun berubah seketika, ia menatap cowok-cowok rekan setim Aryan dengan malas sebelum menjulurkan lidahnya kesal.

Sementara Aryan yang sudah terbiasa mendengar celotehan teman-temannya, dengan cuek menggosok-gosokkan handuk kecil ke wajah serta lehernya yang berkeringat, sambil terus mengedarkan pandangan ke pinggir lapangan yang mulai sepi penonton. Beberapa siswi membubarkan dirinya dengan terpaksa lantaran muak melihat tingkah Rania yang selalu cari perhatian kepada idola mereka.

"Yan pulang sekolah jalan yuk," ajak Rania seraya merangkul lengan Aryan tanpa malu-malu.

Pertanyaan Rania tak mendapat jawaban, lantaran Aryan masih sibuk melarikan pandangan ke penjuru sekolah yang sanggup di jangkau oleh jarak pandangnya. Wajah Aryan terlihat gelisah ketika sosok yang ia cari tak juga ia temukan disana.

"Kamu lihat Kaysha? Dari tadi kayaknya gue nggak lihat dia," tanya Aryan pada Rania yang langsung berwajah muram.

"Eh, Kaysha ya? Tadi sih aku lihat dia ada di kelas."

"Sama siapa?" Aryan melepas kaos basketnya membuat wajah Rania seketika mupeng menatap tubuh sempurna pria itu.

"Eh, kamu nanya apa tadi?" Rania mengerjap coba mengumpulkan fokusnya.

Aryan kemudian menarik kaos putih oblong dari dalam tas lalu memakainya, merasa risih pada cara Rania menatapnya. Dan tanpa mengulang pertanyaan, ia lalu meninggalkan Rania begitu saja di pinggir lapangan.

"Yan, kamu mau kemana?"

Dengan santai Aryan terus melenggang pergi seraya melambai pada Rania yang semakin terlihat kesal atas pengabaiannya.

Kaysha (ONLY YOU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang