15 - Cengkeraman Setan

Mulai dari awal
                                    

“Apaan nih?” tanya ayah dengan wajah heran.

Itu rambut aku, hihihi.

Sebuah bisikan misterius terdengar di telinganya. Ayah menoleh sambil memasang wajah kaget, tapi tak ada siapa-siapa di sekitarnya. Rambut yang tadi sudah ditarik keluar oleh ayah tiba-tiba kembali masuk ke dalam lubang. Seolah ada yang menariknya dari dalam lubang itu.

Buru-buru ayah berdiri, hampir saja ia terpeleset sebelum akhirnya berlari ke luar meninggalkan kamar mandi. Sesampainya di luar, ayah melihat kedua anaknya Niko dan Bobi sedang mengintip ke dalam kamar mama. Ayah langsung mendekat dan menegur mereka.

“Kalian ngapain? Gak sopan begitu,” kata ayah.

“Ayah, liat deh. Mama lagi ngapain?” Niko menunjuk ke dalam kamar. Ayah pun ikut melihat ke arah yang Niko tunjuk.

Sore nepi ka peuting

Putra abdi teu acan sumping ka bumi

Budak bageur, tong hilap ka bumi

Hihihihihihihi ....

Nyanyian misterius mama lalu selesai dengan sebuah tawa melengking yang sangat tidak enak didengar telinga. Wajah mama menatap kosong ke depan, kulitnya pucat. Bagian bawah matanya menghitam, liur hijau keluar dari hidungnya.

Ayah memberanikan diri, tak peduli siapa yang ada di dalam raga mama. Ia ingin bicara dengan sang istri. Sedangkan kedua anaknya masih melihat di ambang pintu. Ayah masuk ke dalam, kepala mama menoleh ke arah ayah. Ayah pun membalasnya dengan senyuman.

“Mama nyanyi apa?” tanya ayah.

Mata mama menatap tajam ayah. “Gak usah tahu!” bentaknya.

Ayah lalu mengangguk. “Oh, gitu ya. Buburnya udah abisin, Ma. Masih ada setengah,” kata ayah menunjuk semangkuk bubur di meja.

Tangan mama lalu meraih bubur itu. Masih dengan wajah marahnya, mama melempar mangkuk itu ke arah ayah. Bubur itu pun tumpah mengotori baju ayah, mangkuknya pecah dan berserakan di lantai.

“Makan aja sendiri!!!” bentak mama yang kini melotot.

Ayah memejamkan mata, menarik nafas panjang dan mengambil pecahan-pecahan mangkuk di lantai. “Ya udah,” ucap ayah pelan. Hatinya begitu tegar, begitu sabar menghadapi mama yang semakin hari semakin memburuk.

“Berani kamu panggil dukun lagi ke sini, aku rusak tubuh ini! Aku bikin mati!” ancam sosok yang ada di dalam tubuh mama. “Jangan kira ilmu pas-pasan seperti orang semalam bisa kalahin aku!” tambahnya dengan nada tinggi.

“Oh, jadi Ayah salah orang ya, Ma. Nanti Ayah cari lagi orang lain lagi yang bisa sembuhin kamu,” ucap ayah membalas perkataannya.

“Jangan panggil siapa-siapa ke sini, Anjing!” bentak mama. Tangan mama lalu mengambil jam kecil di meja, dengan kuat melempar jam itu ke arah ayah. Beruntung ayah masih bisa menghindar dan membaca arah lemparan mama.

“Aku matiin aja!” Mama langsung mengambil sebuah garpu di meja. Lalu ia arahkan garpu itu ke leher mama, garpu itu ditekan sampai hampir menusuk leher mama. Tapi ayah langsung sigap menyelamatkan. Ia tahan tangan mama dan menjauhkan garpu itu dari lehernya.

“Jangan! Jangan! Iya saya janji gak akan panggil siapa-siapa ke sini. Oke, oke kamu menang!” kata Ayah.

“Hahahahahahahaha ...,” tawa mama dengan keras sambil melempar garpu ke arah ayah.  Mama lalu merebahkan dirinya di kasur. Perlahan tubuhnya lemas, lemah tak berdaya. Pandangannya berubah menjadi sayu.

“Mama?” panggil ayah.

Mata mama melirik ayah. “Ayah,” jawabnya yang kemudian memejamkan mata. Setelah itu, ayah membiarkan mama tertidur pulas di kasurnya. Ia berjalan ke luar, kedua anaknya masih menunggu di luar kamar.

“Ngapain kalian? Gak nonton TV?” tanya ayah sambil memegang mangkuk pecah di tangannya.

“Oh iya lupa! Ayo, Bob. Nyalain TV!” ajak Niko yang langsung menarik adiknya ke ruang depan. Sementara ayah mengambil kantung plastik dan memasukkan pecahan mangkuk yang tajam itu ke dalam plastik.

“Huuuuffft ....” Ayah menarik nafas panjang sambil mengusap wajahnya. Dirinya tampak pusing dengan semua yang terjadi. “Aku harus usaha gimana lagi? Ke siapa lagi aku harus minta bantuan?” gumam ayah.

Setelah berkata begitu, sebuah panci terjatuh dengan sendirinya. Ayah lalu sadar kalau ada sosok lain yang mendengar ucapannya, ia tak boleh asal bicara di dalam rumah ini. Atau keselamatan mama terancam.

Ayah kembali merapikan panci itu. Ia berjalan ke luar rumah sambil membawa kantung plastik berisi pecahan mangkuk. “Ayah buang sampah dulu,” ucapnya pada anak-anak yang asik menonton TV. Kedua bocah itu hanya mengangguk, tanpa memalingkan pandangannya dari layar TV yang menampilkan kartun kesukaan mereka.

.
.
.

Keluarga malang ini terjebak dalam cengkeraman Setan. 👻 Ancaman Setan membuat Ayah tak berkutik, bagaimana langkah yang akan Ayah lakukan selanjutnya? 🔥💀

Segala masalah pasti ada jalan keluarnya, simak terus kisah Ayah dalam memerangi gangguan Setan! 💀 Terus simak kisahnya sampai tamat ya ❤

Vote dan komen dong kk :)

7 Malam Setelah Nenek Meninggal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang