Ternyata sudah ada beberapa panitia di sana, termasuk Lana, Khaidir, dan Afdi yang tampak pucat melihat Nida membalikkan tubuhnya ke arah pagar pembatas. Satria langsung menyadari keadaan saat melihat tatapan Nida yang kosong, wajahnya pucat, dan tangannya sedang di genggam oleh sesosok makhluk tanpa mata, hidung, bahkan mulut.

Satria duduk sambil membungkukkan badannya, kedua telapak tangannya saling bertemu dan diletakkan tepat di depan kepalanya. Khaidir yang panik segera mendekati Satria, khawatir kalau Satria juga dirasuki seperti Nida, setidaknya dia bisa mencegah Satria mendekati ujung teras seperti yang sedang dilakukan Nida. Dia menyesal karena terlambat menyadari keanehan yang terjadi pada Nida sehingga sudah terlambat bagi mereka untuk menyelamatkannya.

Lima belas menit yang lalu, kelompok satu yang terdiri dari Nida dan Halidy tiba di posko Uji Nyali. Nida meminta kepada panitia untuk dikeluarkan dari ruang belajar terbuka yang saat itu dikunci dari luar padahal dia baru saja dimasukkan ke sana untuk sesi tes terakhir. Panitia yang menganggap Nida hanya bercanda saat dia mengaku melihat sosok aneh dan terus menerus minta dikeluarkan bersikap cuek karena merasa Nida hanya mencari alasan karena takut.

Sesaat kemudian, Nida terdiam. Keheningan itu justru membuat panitia merasa aneh, mereka memanggil nama Nida untuk menanyakan keadaannya, tapi tidak ada jawaban. Salah satu panitia menganggap itu adalah lelucon baru dari Nida agar panitia terkecoh dan membukakan pintu untuknya.

Waktu lima menit telah berlalu, pintu dibuka karena waktu tes berakhir. Betapa terkejutnya mereka melihat Nida yang berdiri tegak di ujung teras dengan tatapan kosong. Halidy yang menyaksikan hal tersebut segera menerjang ke arah Nida, tapi langkahnya terhenti di tengah teras karena mendengar ancaman dari Nida, suara itu terdengar seperti suara wanita dewasa dengan nada lirih tapi tegas. Ancaman itu seakan tembok pembatas yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dilewati oleh siapa pun.

“Saya yang sudah membuat anak Anda menangis. Tolong lepaskan teman saya, dia tidak bersalah.”

Dili yang baru tiba di sana segera mengambil posisi duduk di samping Satria. Meski dia tidak bisa merasakan takut kehilangan teman seperti yang dirasakan oleh Satria dan semua orang yang ada di teras, Dili tahu kalau sampai Nida jatuh dari ketinggian itu maka dia akan kehilangan nyawa, karena itulah Dili ikut memohon agar sosok itu tidak mencelakai temannya.

“Apakah kalian yakin dia diganggu makhluk halus? Bisa saja dia hanya berakting,” sahut Rama si perusak suasana yang sok tahu dan tidak peka.

“Sejak kecil adikku bisa melihat sosok seperti itu,” bisik Lana yang langsung membuat Rama terdiam. Sejak kecil tinggal di negeri yang tidak percaya hantu, tidak membuat Rama terpengaruh pola pikir mereka. Dia suka sekali menonton film horor sehingga menjadi penakut dan 100% percaya dengan keberadaan makhluk tersebut, dia menjadi lebih penakut sejak kembali ke Indonesia yang punya 1001 cerita mistis menyeramkan, tapi dia berusaha menutupi rasa takutnya dengan bertingkah sok berani.

Tersinggung dengan ucapan Rama yang terkesan meremehkan dirinya, makhluk itu menuntun Nida untuk menaiki pagar pembatas, semua mata tercengang, teriakan dari para panitia yang memanggil namanya tidak berhasil mengembalikan kesadaran Nida. Dia terus menaiki pagar hingga setengah badannya mendapati ruang tanpa batas.

Di tengah ketegangan yang membuat semua orang terpaku, Halidy menangkap pinggang Nida dan menariknya mundur. Nida terjatuh menimpa tubuh Halidy yang terbaring di atas teras, kesadarannya kembali saat kepalanya terbentur kepala Halidy dengan cukup keras. Mereka berdua mengaduh kesakitan di saat bersamaan sambil mengelus-elus kepala yang agak pusing.

Dalam situasi normal, mungkin kejadian itu terlihat lucu atau terkesan romantis, tapi perhatian mereka teralih kepada Dili yang memegangi kepalanya sambil bernapas dengan sangat cepat, matanya terpejam dan alisnya berkerut seakan sedang menahan rasa sakit yang luar biasa. Satria meraih telapak tangan Dili meski tahu bahwa dia akan menerima rasa sakit akibat genggaman tangan Dili yang sangat kuat.

Good Generation (TERBIT✓)Where stories live. Discover now