Jordan dengan senyum lembutnya, dengan tangan yang mengelus rambut Dean.
Sedangkan Dean yang malu, tidak tahu harus berbuat apa.

"Jordan, kamu berat."

Mendengar itu Jordan terkekeh kecil, dan menyingkir kesamping sisi kasur yang kosong. Akan tetapi tangannya tetap melingkar dipinggang Dean.

Seakan tidak ingin membiarkan Dean pergi.

Dean menghadap kesamping ke arah Jordan, "Kamu menyukaiku?"

Jordan tersenyum simpul, "Tidak hanya suka, aku bahkan mencintaimu Deana."

"Kenapa?"

"Karna kamu adalah takdirku, aku sangat berterimakasih kepada MoonGoddes."

Dean menautkan alisnya, "MoonGoddes?"

"Kau akan tau nanti, Deana."

Tiba-tiba Dean mengambil ponsel nya disaku dan melihat jam, ternyata sudah pukul 5 sore.
Mengingat perjalanan kesini melewati hutan yang lebat, Dean harus segera pulang sebelum langit gelap.

"Sepertinya aku harus kembali, sudah sore dan nanti aku harus melewati hutan yang menyeramkan itu."

Jordan mengacak-acak rambutnya dengan gemas, "Tidak akan ada yang berani menyentuh mu selama ada aku, Deana."

"Kalau hewan buas? Kalo tiba-tiba ada cheetah? Serigala? Ular? Singa?"

"Tidak akan ada."

"Baiklah nanti saja aku kembali."

Dean menatap wajah Jordan, "Coba tunjukan tangan mu."

Jordan mengangkat tangannya, "Ini?"

Dean menarik tangan Jordan kearah pipinya, "Aku suka."

"Dengan senang hati aku melakukannya, bahkan sepanjang haripun aku rela." kata Jordan dengan lembut.

"Dan bibir ini," Dean menyentuh bibir Jordan,  "jangan sampai wanita lain mendengar bibir ini berkata manis padanya."

Jordan mengangguk patuh dan tersenyum, "Tidak akan."

Dan mereka berdua mengobrol sampai lupa waktu.

Sedangkan didepan pintu besar itu, banyak sekali para Omega, Warrior, Beta dan Gamma menunggu diluar tapi tidak ada seorangpun yang berani masuk bahkan mengetuk pintu tersebut.

Datanglah Jane bersama para Witch yang akan melakukan pemeriksaan rutin.

Langkah Jane heran dengan apa yang ada dihadapannya, "Kenapa kalian semua disini?"

"Menunggu Luna yang tidak kunjung keluar dari kamar Alpha, Nona."

Jane membelakan mata, dan menutup mulutnya "Oh tidak, sepertinya pemeriksaan rutin harus kita tunda terlebih dahulu."

Para witch pun pamit undur diri.

"Dan kalian siapkan makan malam untuk Luna." Ucap Jane menunjuk para Omega.

Dan para Omega itu segera menunduk patuh dan pergi.

Jane menghampiri Beta dan Gamma disana.

"Haruskah aku ikut menunggu disini?" tanya Jane.

"Jangan Nona, anda akan lelah." jawab Beta Sabian.

Jane tersenyum lebar, "Ah baiklah baiklah, aku akan mempersiapkan diriku bertemu untuk Luna."

Beberapa jam kemudian, barulah knop pintu tersebut bergerak. Dengan sigap Beta dan Gamma berdiri tegap.

Pintu terbuka sedikit, terdengar kecil suara Dean dari dalam.
"Jordan, aku ingin mengajukan komplain untuk knop pintu yang berat ini."

"Baiklah nanti akan ku ganti ini dengan yang lebih ringan."

Begitu keluar Dean terlihat terkejut melihat banyak sekali orang didepan pintu.
Dean yang tadinya berada didepan kini mundur kebelakang Jordan.

"Kalian semua membuat Deana-ku takut, menyingkirlah." ujar Jordan kepada seluruh Warrior yang berada dihadapannya. Dengan cepat para Warrior  yang sedari tadi menjaga pintu itu pergi dari sana.

"Maafkan saya Alpha, saya ingin membertahu bahwa Nona Jane sudah menyiapkan makan malam."  kata Beta Sabian.

"Siapa Alpha?" tanya Dean.

"Alpha Jordan, De." Rehan yang tiba-tiba menjawab.

Dean membulatkan bibirnya, "Oh nama lengkap Jordan, nama yang bagus apa aku boleh panggil kamu Alpha juga?" Dean menoleh ke arah Jordan.

Jordan menggeleng cepat, "Tidak boleh." kemudian menggenggam tangan Dean, "Lupakan saja, mari kita pergi ke ruang makan, Deana."

# TBC

The WolfWhere stories live. Discover now