⏲️ EXTRA PART 2 ⏲️

Start from the beginning
                                        

"Cutternya udah berkarat."

"Sumpah Al taruh itu barang!" Agis merebut paksa sebelum terjadi hal yang tidak-tidak.

Dia menurut lalu menaruh kembali cutter beralih ke lemari. "Lihat Gis seragam yang bisanya Alterio pakai. Udah Mbak Helena setrika rapi tapi sayang banget cuma disimpan di lemari."

"Hah!" ia membuang nafas panjang.

"Aku pikir kita bisa bareng-bareng ke sekolah tapi itu udah nggak mungkin. Sekarang cuma sisa seragamnya aja."

Alkena kembali melihat meja belajar yang dipenuhi buku. Ia kembali tertohok pada dinding dengan wallpaper kapal. Iya, itu kado ulang tahun darinya.

"Astaghfirullah lo jangan mau bunuh diri di depan gue!" panik Agis ketika Alkena menaiki kursi belajar.

"Alkena jangan gila please!"

"Cuma ambil jam Gis! Tapi nggak sampai tangannya," kata Alkena merasa kaget ketika sahabatnya berpikir demikian. Apapun itu bunuh diri adalah pilihan bodoh.

"Jangan bikin gue jantungan dong!" sebalnya lalu meminta Alkena turun dari kursi. Agis yang memiliki tinggi melebihi Alkena gampang saja menjangkau jam.

"Nih."

"Makasih Gis." Alkena menerimanya dengan senang.

"Mau lo apain?"

"Kayaknya jamnya mati jadi mau aku ganti baterai," terang Alkena mencari tempat pemasangan baterai.

"Masnya tau ini baterei yang Masnya kasih waktu itu. Dulu Alkena pikir baterainya nggak penting ternyata bermanfaat juga," batin Alkena mengingat momen waktu Alterio memberikan baterai ABC.

Sebuah ingatan masa lalu kembali menghampiri. Terekam jelas bagaimana dulu Alkena mati-matian menolak segala hal yang berkaitan tentang Alterio. Namun, lelaki itu tak mau menyerahkan begitu saja.

"Makasih tapi besok-besok Masnya gak perlu kayak gini lagi." Alkena tak enak jika Alterio seperti ini.

"Nih!" Alterio justru memberikan sekantong barang belanjaannya pada Finda.

"Yey, Finda bawa masuk deh." Finda menerima dengan penuh kegirangan.

"Dan buat Mbak Eswa tak kasih yang spesial," ucap Alterio membuat alis Alkena mengernyit.

"Kamu kasih saya batu ABC?" tanya Alkena tak mengerti.

Ingatan singkat pun berakhir. Alkena mencari kutub positif dan negatif lalu memasangnya dengan hati-hati. Selera Alterio memang cukup bagus. Jemari Alkena sedikit bergetar ketika membenarkan jarum sesuai waktunya.

"Perasaan ini jam awet banget."

"Hebat si Alterio bisa milih jam kayak gini. Cowok tapi IQ pemilih kayak cewek," imbuh Agis mengakui kehebatan Alterio. Kemudian jam kembali dipasang di dinding kamar Alterio yang cukup tinggi.

"Ponselmu bunyi Gis."

"Angkat aja!" suruhnya.

"Nggak mau dari Elvan ini," tolak Alkena hanya memandangi ponsel sahabatnya.

Agis turun dari kursi segera menerima panggilan dari Elvan. Alkena tidak terlalu peduli hanya menatap dengan perasaan dan iri pada Agis. Bahkan ketika dulu Alterio masih ada Alkena kerap mengabaikan telpon darinya.

Untuk chatting pun Alkena hanya menjawab singkat. Pasti saat itu Alterio sangat berusaha ingin dekat dengannya. Setelah mendapat cerita dari Agis, Alkena juga baru tahu kalau lelaki itu sering menanyakan hal-hal yang sepele.

Rustic Jam [END]Where stories live. Discover now