44. A Dream That Doesn't Sleep

Start from the beginning
                                    

"Chaeyoung, tenang, oke. Belum tentu penculik Da Eun itu sama dengan yang menculik Rion."

"Mana bisa aku tenang! Mana bisa aku tidur apalagi makan-makanan yang enak saat anakku bahkan nggak tahu lagi dimana, sedang apa, sudah makan atau belum."

"Nggak akan ada hal buruk yang akan terjadi sama Rion."

"KAMU TAHU APA?" Nada suara Chaeyoung meninggi.

Jaehyun kaget namun, ia mencoba untuk tidak tersulut. Saat seseorang menjadi api maka harus ada yang menjadi air, bukan?

"Kamu pasti lagi capek jadi, emosi kamu nggak stabil." Jaehyun mengusap tangan Chaeyoung namun, lagi-lagi ditepis. "Sekarang kamu makan habis itu tidur. Besok kita omongin lagi, oke."

"Kenapa kamu bisa setenang ini?"

"Ap—"

"Kenapa kamu bisa terlihat setenang ini saat Rion sudah tiga hari hilang dan kita nggak tahu dia ada dimana sekarang!" Mata Chaeyoung memicing.

"Memang kamu mau aku bersikap seperti apa? ikut terpuruk bersama kamu? Aku sedih, Chaeyoung, but I want to be strong for you."

"Nggak." Chaeyoung menggeleng. "Kamu begini karena kamu nggak peduli."

"Aku peduli."

"Sejak awal kamu memang nggak peduli!" Chaeyoung sama sekali tidak mempercayai kalimat Jaehyun. "Kamu nggak peduli dengan aku dan Rion."

"Chaeyoung." Jaehyun mencengkram bahu perempuan itu dan membuatnya melihat ke matanya. "Kamu mulai ngelantur. Please makan dan istirahat. Saat kondisi kamu sudah membaik, kita bicara lagi."

"Pergi saja sana!" Chaeyoung berseru saat Jaehyun mulai melangkah menjauh menuju kamar. "Memang itu keahlian kamu, kan. Datang dan pergi sesuka hati kamu."

"Aku cuma mau mandi, oke. Seharian ini aku keliling Seoul dan sorenya aku diinterogasi di kantor polisi."

"Kamu pikir aku juga nggak keliling kota untuk cari Rion?"

"Mau kamu apa?" Chaeyoung buang muka. "Kamu mau aku pergi?" tanya Jaehyun dengan suara pelan.

"Kalau aku minta kamu pergi, memang kamu mau menuruti?"

"Kalau itu memang yang kamu butuhkan sekarang, aku akan pergi," jawab Jaehyun. Seketika Chaeyoung meluruh ke lantai sambil menangis. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Kenapa lagi?"

"Kamu memang dari awal mau pergi, kan? Kamu memang nggak berniat untuk tinggal di sini sama aku, seperti waktu itu."

"Waktu itu kapan?"

"Waktu Yewon sakit dan sampai akhirnya meninggal! Aku berkali-kali menghubuni kamu tapi sama sekali nggak ada balasan! Sampai akhirnya nomerku kamu blokir." Isakan tangis Chaeyoung semakin menjadi.

"Itu sudah lama sekali dan aku pikir kita sudah melewati masa-masa itu."

"Mudah buat kamu ngomong begitu, sedangkan aku masih belum sepenuhnya lupa. Aku bahkan masih bisa merasakan rasa sakitnya sampai detik ini."

"Aku sudah minta maaf."

"PERGI! Aku nggak mau lihat muka kamu lagi!"

"Chaeyoung—"

"Aku benci kamu! Semua ini terjadi karena kamu!"

"Kenapa jadi aku?'

"Semuanya memang salah kamu! Rion jadi hilang begini juga karena kamu!"

"Seharusnya yang bilang begitu aku. Mungkin kalau kamu nggak terlambat jemput Rion hari itu hal ini nggak akan terjadi."

Chaeyoung menatap Jaehyun dengan sorot mata terluka dan tidak butuh waktu lama untuk Jaehyun menyadari kalau omongannya kali ini sudah keterlaluan.

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now