11. Keberangkatan KKN

Beginne am Anfang
                                    

"Apa tuh?" tanya Ajeng penasaran.

"Kertas Evaluasi dari pengawas. Jadi nanti kalau misalkan ada pengawas yang dateng ke posko kita disuruh ngisi apa-apa aja yang kurang. Kayak evaluasi rapat gitu. Di situ juga ada petunjuknya kok. Pokoknya jangan sampai hilang. Kalau hilang udah nggak ada gantinya. Soalnya di bagian ttd udah ada stempel dari Univ." Jendra menjelaskan sama seperti yang ia dengar tadi.

"Simpen baik-baik," sahut Renan. Sementara yang lain mengangguk mengiyakan.

*

*

Upacara keberangkatan KKN berlangsung selama kurang lebih satu jam. Banyak sambutan-sambutan dari penanggung jawab KKN, pembina hingga Bapak Rektor tercinta. Setelahnya para mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih berangkat ke lokasi KKN menggunakan kendaraan sendiri atau ikut dengan rombongan bus.

Sella, Shasha, Ajeng, Yesmin memilih untuk mengikuti rombongan. Mereka dengan senang hati memilihnya, sebab tidak mau berjubel dengan asap kendaraan dan terik matahari. Anggap saja mereka lagi dalam mode sombong. Meskipun perjalanannya jauh lebih cepat menggunakan sepeda motor karena bisa lewat jalan pintas, tapi mereka tetap bisa memberi alasan--naik bus bisa sekalian ngerumpi, tidur, dan tentu saja makan jajanan ringan, kalau naik motor mana bisa.

Perjalanan untuk bisa sampai di lokasi tujuan dibutuhkan waktu sekitar satu jam lebih empat puluh lima menit. Hal ini disebabkan karena banyaknya tujuan. Jadi di sinilah mereka sekarang, berdiri di depan gang Desa Weringin. Mereka bisa saja langsung jalan ke posko. Namun Shasha lebih dulu menolak. Ia berinsiatif meminta bantuan kepada anggota lain yang sudah lebih dulu sampai di posko.

"Gue lupa kalau nggak ada signal, hehehe." Shasha menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Yakin nih jalan? Jauh," ucap Sella sembari menatap nanar jalanan Desa Weringing yang menanjak.

"Kalau nggak mau jalan kayaknya kita bisa nunggu orang lewat yang mau kita mintai pertolongan. Tapi desa ini kan sepi." Sahut Ajeng.

Tanpa bicara lebih banyak, mereka mendudukkan dirinya di dekat pepohonan. Meskipun hawanya sejuk namun terik matahari masih menyorot tajam. Lagi pula teman-temannya cepat atau lambat pasti akan menyadari kalau mereka butuh dijemput jika tidak datang-datang juga.

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berbaik hati kepada mereka. Baru saja mereka mendaratkan pantatnya tiba-tiba Yesmin berseru senang. Dilihat dari pandangan perempuan itu tak jauh dari mereka berdiri Pak Jepri dengan sepeda motor beatnya datang menghampiri mereka.

"Kalian kenapa ada di sini?" tanya Pak Jepri setelah turun dari motor.

"Kita lagi nunggu jemputan, tapi handphone kita lagi nggak ada signal, hehehe." Shasha memperlihatkan ponsel miliknya yang menunjukkan tanda silang di pojok bagian atas.

"Yaudah, ayok bareng sama Bapak aja."

"Kita kan berempat, Pak," sahut Ajeng kebingungan.

"Gini aja, salah satu dari kalian iku Bapak ke posko. Nanti sisanya minta bantuan ke temen-temen kalian. Bagaimana?"

"Eh bener itu. Gimana kalau saya saja yang ikut Pak Jepri," ucap Sella menawarkan diri.

"Boleh."

*

*

Mendapati Sella datang bersama Pak Jepri membuat yang lainnya cukup kebingungan. Pasalnya Sella ini ikut rombongan lalu kenapa bisa perempuan itu ada dalam boncengan Pak RT tersebut?

Dear, KKNWo Geschichten leben. Entdecke jetzt