"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi."
Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark.
Mem...
"cukup bajingan, dia adikmu!" bariton tegas milik Jeno yang sejak tadi menyimak didepan lift itu pun menghentikan acara perkelahian itu.
"aku hanya bercanda." tutur Sungchan renyah.
Jaemin menghela nafas, bingung pasal mengapa akhir-akhir ini emosinya mudah terpatik?
Mark memijit pelipisnya yang nyeri akibat mendengar cekcok antara Sungchan dan Jaemin. "Cukup, sudah ya bertengkarnya?"
Jeno menyodorkan kotak P3K pada Sungchan. "Obati sebelum bubu dan dad pulang dari rumah kakek."
"takut sekali diintrogasi." cibir Sungchan beralih kesofa setelah mencibir Jeno.
Jeno memperhatikan Jaemin yang berdiri kaku menatap lantai. "Menyesal? apa yang disesalkan? imej? atau baru saja teringat perkataan Renjun?"
mereka kembar, telepati adalah hal yang dilakukan Jeno saat ini.
Jaemin melangkah mendekati Sungchan yang asal-asalan mengobati lebam disekitar bibirnya dibuat tersentak kaget karena tangan Jaemin dengan paksa merebut kapas yang ia pegang.
"apa sih, hyung?" Sungchan nyolot.
"I'm sorry for the hurt I gave you."
"telat." sewot Sungchan lalu mengambil kapas yang dipegang Jaemin.
"lah kok telat!" sambar Jaemin dengan kedua mata melotot
"ya telat, semua luka nya sudah sembuh." luka dari Jaemin? yang mana lukanya?
"okay, sorry for the bad words i ever said to you."
"itu.. juga telat."
Jaemin mendengus nyaris ingin mencabik mulut Sungchan yang seakan tidak ingin memaafkan dirinya, "katakan saja jika kau tidak ingin memaafkanku."
Sungchan tertawa. "Itu.. ada benarnya sih, I still don't accept it but I'm not that heartless to my own brother."
"wow, thats ma bro."
kesadardirian Jaemin jadi tertampar karena ucapan Sungchan ditambah Jeno dengan kesarkasannya mengompori Jaemin.
Sungchan menghela nafas tak enak melihat wajah kusut Jaemin pagi ini setelah berdebat, harusnya ini salah dirinya kan karena memancing Jaemin? tapi kenapa harus Jaemin dulu yang mulai meminta maaf? "hyung, maybe something I did upset you and I'm sorry for that."
"here everything is wrong." balas Jaemin.
"kkeutnassda?" celetuk Mark mengalihkan atensi ketiganya, "kalau sudah ayo sarapan."
ㅡhow to share?ㅡ
unknow calling..
tanpa pikir panjang saat menuruni tangga, Renjun langsung mengangkat telpon dari nomor tidak dikenal itu.
"안녕 누구? 你好谁?"
"Mark, I'm waiting for you at the location I sent."
Renjun terkejut bahkan nyaris melempar ponselnya itu saat panggilan ditutup secara sepihak dan detik berikutnya ada satu pesan masuk dari nomor yang tadi menelponnya, "hangang?"
"Renjun-a, ayo makan siang!" teriakan Haechan menyadarkan Renjun dari rasa keterkejutannya.
"aaa?"
unknow come here quickly.
seperti Sungchan, terburu-buru dan dadakan. Renjun memasukan ponsel kedalam saku saat akan melangkah ke ruang makan, "where is gege?"
"belum pulang dari Macau, mungkin ada kendala dengan kolega." jawab Haechan yang menata piring makanan.
"mama, baba?"
"ke rumah tetangga, mengantar kue yang mama bikin." Haechan menjawab lagi, kenapa adik iparnya itu banyak tanya? "jika tanya-tanya dimana Yuqi noona dan Lino, aku tidak tau."
"hahaha, Haechan-a.. bisakah kau antarkan aku ke hangang?"
"omong-omong aku ini kakak iparmu bukan supir pribadimu." sambar Haechan, "memangnya ada urusan apa kesana?"
"ada." selanjutnya tidak ada topik pembicaraan, keduanya fokus dengan makanan masing masing.
ㅡhow to share?ㅡ
"YA RENJUN-A?!! CUCI PIRINGMU DULU, KAU PIKIR AKU PEMBANTU?!"
Renjun tertawa puas setelah berhasil membuat kakak iparnya, Haechan, berteriak marah.. tidak apa apa membuat Haechan marah sesekali kan? lagipula kakak ipar Renjun kan hanya Haechan.
"aniya, kau saja! itukan tugas submissive."
"brengsek, kau pikir status mu apa?!"
Haechan berkacak pingang, menatap sengit Renjun yang berdiri 5 meter darinya.
"aku? straight lah!" mendadak Renjun menjadi ponggah, berhasil membuat Haechan mencebik.
"apa kau yakin?" Haechan memasang senyum aneh.
"of course, why not?"
"aku tidak yakin itu." Haechan bersedekap didada melihat reaksi melotot Renjun, cukup lucu.
"ya! kalaupun tidak, aku dominan!"
"berkacalan, sadar diri dan sadar tinggi."
"hei! Huang Donghyuck!"
"bahkan kau lebih pendek dariku, Ren."
"Donghyuck!" Renjun kesal setengah mati dikatai Haechan.
"bahkan kau sangat amat cantik."
"hei, aku pukul kau sini!" ancam Renjun yang kepalang kesal.
cantik..
kalimat itu mengingatkan Renjun pada satu pemuda, "sumpah demi apapun aku masih dendam pada Sungchan."
drttt
unknow calling..
"oh shit!" umpat Renjun yang baru menyadari jika sejak tadi ia membuat seseorang disebrang sana menunggu.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.