"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi."
Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark.
Mem...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"astaga! ini rumah sakit atau hotel?" tanya Dejun takjub melihat interior rumah sakit JJ, "bahkan aroma obat tak menguar disini! hebat."
"jangan norak, ini rumah sakit Jung!" hardik Yuqi sedikit malu dengan tingkah norak Xiao Dejun.
"itu baba!" Hendery berjalan menuju Yukhei yang tengah berhadapan dengan resepsionis.
"ya!" Yuqi.
"tuan?!" Dejun.
pekik kedua asisten kala Hendery berlari mendahului mereka.
"Huang Renjun?"
"maaf pak, tidak ada pasien atas nama Huang Renjun disini."
"bagaimana bisa?!"
"bagaimana, ba?" tanya ragu Hendery mendengar percakapan sang papa dengan resepsionis itu.
Yukhei menoleh sambil menghela nafas berat, "sialan! apa orang yang menelponku tadi menipuku!?"
"apa?!" seru Yuqi mengambil nafas setelah sampai dihadapan Hendery.
"tidak ada pasien atas nama Huang Renjun disini!" ujar Yukhei kesal, "bajingan mana yang menelponku tadi?"
Dejun mengangkat tangan untuk mengutarakan pendapat, "tuan Huang.. mungkin anda bisa menelepon orang itu lagi untuk memastikan apakah benar atau tidak?"
"benar, coba sekali saja." Hendery setuju kali ini, siapa tau benar kalau adiknya itu ada disini? tapi, kenapa bisa sampai masuk rumah sakit? tidak mungkinkan Renjun bunuh diri cuma karena klarifikasi itu? agak gila kalau alasan masuk rumah sakit cuma karena itu.
ㅡhow to share?ㅡ
"bagaimana keadaan Renjun?"
"belum sadar, dad. Aku pikir tadi tidak memasukan dosis obat tidur tinggi tapi kenapa masih belum bangun ya?"
Sungchan menahan tawa, "dasar dokter abal-abal! pergi kuliah lagi sana."
"ya! ini penyebabnya kau, pasti laju mobilmu sangat tinggi? bagaimana jika Renjun mengalami amnesia karna benturan hah?!" sambar Jeno sangat sengit melihat adik bungsunya itu tampak merasa tak bersalah sama sekali.
"justru bagus, dia akan melupakan rasa sakit hati karena disakiti Yeh Shuhua dan seharusnya kalian berterima kasih padaku karena telah membuatnya lupa!"
"dasar anak gila biadab pula!" Taeyong menjewer telinga Sungchan saking kesal dengan ucapan si bungsu, "kau lebih gila dari papamu rupanya!"
"aaaa sakit bu!!" ringis Sungchan menepis pelan tangan bubunya.
"berisik, lebih baik kalian pulang biar aku yang menunggu keluarga Huang disini." lerai si sulung sejak tadi diam memperhatikan kehebohan keluarganya.