3. Haz : Gue mau nya...

62 9 1
                                    

Koridor 3

Hazza berjalan dengan santai di koridor, kebetulan sore ini akan ada rapat tentang siapa yang akan tampil di acara sekolah nanti. Di perjalanan menuju ruang musik ia melihat siluet seseorang yang ia kenal sedang menyapu.

Pemuda tinggi itupun berhenti sejenak dan mendekati jendela kelas tersebut. Benar saja, disana ia melihat Arzee sedang menyapu. Tidak ada yang spesial sama sekali sih, hanya saja karena itu Arzee lah yang membuatnya betah.

Gedebuk!

Suara keras terdengar dari bawah meja, Hazza yang sedang mengintip di kaca menunduk. Samar samar ia mendengar Louis yang sepertinya baru saja bangun dari tidurnya, di bawah meja.

"Lah Zee?" Louis terbangun sambil mengusap kepalanya yang terbentur kolong meja. "Udah jam pulang?!" Sentak Louis dan Arzee mengangguk.

"Dari 10 menit yang lalu sih Lou," jawab Arzee santai. Ia berjalan menaruh sapu nya di lemari kelas, tak sengaja ia menangkap seseorang sedang bersembunyi sambil sesekali mengintip kedalam kelas. "Sore Hazza," sapa Arzee membuat Hazza terkejut dan terpeleset jatuh ke lantai.

"Oh, em, ugh, anu, em sore juga kak Zee," Hazza gelagapan membalas sapaan Arzee. Bukan apa apa nih ya, dia kan dari tadi diem di sana jadi kayak stalker. Semoga saja Arzee tidak berfikir macam-macam tentang dirinya.

"Ngapain?" Tanya Arzee membuat Hazza mengumpat dalam batinnya. Ia berusaha memutar otaknya untuk mencari alasan yang pas.

"Mau ngajak bareng ke ruang musik?" Hazza berkata cepat dengan nada ragu.

"Okay, gue ambil tas dulu," jawab Arzee masuk kedalam kelas dan mengambil tas berwarna hitam merah. "Lou! Ayok!" Ajak Arzee pada Louis yang sibuk pada ponselnya.

"Ah iya Zee duluan aja!"

Hazza dan Arzee pun berjalan berdua menuju ruang musik. Di dalam hati ia berharap Arzee berhenti dan membahas tentang kemarin, namun kakak malaikatnya tampak berjalan tanpa beban. Padahal kemarin dia yang wajahnya memerah parah.

------

Ruang Musik

Saat sampai di ruang musik, Arzee langsung masuk dan duduk di pojok dekat jendela. Hazza terkekeh merasa deja vu, sementara Arzee memperhatikan lapangan diluar. Tak lama, pemuda bersurai raven itu mengeluarkan sketchbook, pensil dan penghapus.

Netra hazel nya asik memperhatikan lapangan yang menunjukkan anak yang sedang bermain futsal dan tangannya mulai menggambar sesuatu. Hazza hendak duduk di sebelah Arzee terhenti oleh suara ketukan. Keduanya menoleh kearah pintu.

Karena tidak ingin Arzee harus berdiri dan membuka pintu, ia memutuskan membukakan pintu ruang musik. Disana terlihat seorang gadis yang bisa dibilang sangat cantik.

"H-hai!" Gadis itu terlihat gugup dengan wajah merona. Hazza melihat heran siswi di hadapannya itu, matanya memicing tidak suka.

"Maaf siapa ya?" Tanya Hazza tetap berusaha tersenyum.

"Kenalin Talita," siswi itu mengulurkan tangannya. Karena ingin menjaga image ramahnya, Hazza menyambut tangan itu dengan lembut. "Kamu Hazza Bagaskara kan?" Hazza mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu tersenyum senang, "Hazza kamu mau kan jadi pacar aku? Gausah di jawab juga aku tau sih jawabannya."

Hazza mengernyitkan dahinya kebingungan, ini cewek kenapa? Gila? Stress? Ato pasien RSJ yang kabur?

"Siapa itu Haz?" Tubuh mungil Arzee muncul dari belakang Hazza. "Oooh, Talita," kata Arzee dengan nada dingin dan wajah Arzee yang awalnya ceria terlihat muram dan dipenuhi aura hitam.

Haz & Zee Where stories live. Discover now