Sebuah kecupan di dahinya membuat soobin tersadar dari lamunannya. Ia menatap sang suami yang balas menatapnya khawatir. Khawatir jika ada sesuatu yang mengganggu istri manisnya di pagi hari yang cerah ini.

"Apa ada yang mengganggumu sayang?" Tanya yeonjun dengan nada khawatir yang begitu kentara di pendengaran soobin.

Suami tampannya itu benar-benar khawatir padanya. Padahal soobin baik-baik saja, dirinya hanya sedang memikirkan sesuatu tadi.

Tapi melihat respon sang suami, soobin jadi tau bagaimana khawatirnya yeonjun padanya atas kejadian yang lalu. Suami tampannya itu menjadi lebih posesif setelah kejadian itu.

Yeonjun benar-benar membatasi segala kegiatan soobin di luar rumah. Bahkan jika perlu yeonjun tidak akan membiarkan soobin keluar tanpa dirinya.

Biarlah ia terlihat posesif dan overprotektif. Yeonjun hanya tidak mau kejadian yang lalu terulang kembali, dan membuatnya benar-benar kehilangan istrinya.

Dirinya cukup sadar diri jika musuhnya mungkin tidak akan menbunuh soobin dan memilih mengurung si manis untuk diri mereka sendiri. Memangnya apa urusan mereka jika soobin mati nanti. Itu malah hal yang bagus karna dengan itu yeonjun pun akan ikut bersama sang istri.

Jika pun tidak mati, setidaknya si bungsu kim itu akan gila sebab kehilangan matenya. Lagipula, siapa yang bisa menolak pesona si nyonya kim ini. Hanya orang bodoh yang akan menolak sebongkah berlian demi sebatang emas.

Suara pintu yang di ketuk mengalihkan atensi sepasang suami istri itu. Yeonjun menatap sekilas pintu kamar yang mulai terbuka perlahan setelah dirinya memberikan izin masuk kepada maid yang datang membawa troli makanan.

Sepasang mata tajamnya menatap intens soobin yang ada di pelukannya. Berdehem singkat menganggapi sang maid yang pamit undur diri setelah meletakkan berbagai jenis makanan di atas meja yang tersediah.

Ia menepuk-nempuk punggu soobin perlahan, yang di hadiahi erangan protes sang istri yang akan terlelap kembali.

"Ayo bangun, sarapan dulu. Setelahnya kamu bisa tidur lagi" ucap yeonjun kepada soobin yang cemberut di sampingnya.

Soobin mengangguk, meminta yeonjun agar menggendongnya sebab bagian bawahnya yang masih lumayan sakit meski telah di pakaikan salep oleh yeonjun setelah mereka selesai melakukannya. Selain itu, ia juga malas untuk menggerakkan tubuhnya. Mungkin nanti, yeonjun harus menyuapi istri manisnya itu.









Setelah mengisi perut, keduanya saat ini tengah kembali bergulung nyaman di atas ranjang dengan ditemani oleh rintikan air hujan yang mengguyur bumi di luar sana.

Padahal tadi tidak ada tanda-tanda akan hujan sama sekali. Langit terlihat begitu cerah tanpa adanya awan mendung yang menghiasi.

Tapi, alam memang sulit untuk di prediksi. Manusia bisa membuat perkiraan cuaca, namun tidak bisa mengatur alam.

Yeonjun mengecupi puncak kepala soobin yang tengah bersandar di dada bidang suaminya. Mungkin jika tidak ada sesuatu yang benar-benar penting atau mendesak, soobin tidak akan bergerak dari posisinya sekarang barang sedikit pun. Ini terlalu nyaman, hingga rasanya soobin ingin tidur kembali dalam posisi seperti ini.

Itu mungkin terjadi, jika saja adik tersayangnya itu tidak mendobrak pintu kamar mereka dengan tiba-tiba. Semoga saja pintu kamar mereka tidak rusak akibat ulah adik tampannya itu.

"Aku harap kamu membawa sesuatu yang penting atau aku tidak akan segan menjadikanmu makanan untuk kedua kesayanganku choi beomgyu" ancam soobin pada beomgyu yang berdiri di depan pintu kamar mereka. Belum berniat untuk melangkah masuk sebab tatapan tajam sang kakak yang begitu menghunus padanya.

Not What It Seems and Dominant Alpha - Yeonbin [ END ]Where stories live. Discover now